Mohon tunggu...
Lyfe

Gerakan Mahasiswa Bukan Hanya Soal Kebenaran dan Nyali

19 Maret 2018   14:01 Diperbarui: 19 Maret 2018   14:08 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

"Ngapain kamu, orang lain menderita, kamu

mewah sekali. Priayi sekali kamu." (Wiji Tukul)

Kutipan kalimat sederhana diatas mengandung nilai introspeksi diri yang kuat sebelum kita melihat kembali sejarah pergerakan Aktivis Mahasiswa pada era -- 1960an. Bagaimana tidak, pergerakan tahun '60an adalah melawan sisa -- sisa Nipon (Kompeni ; dalam hal ini adalah ideolgi serta pemikiran kolonial) dan mengumpulkan rongsokan kolonialisme yang masih menjamur di negeri Merah Putih. 

Jadi, diawal kalimat ini sebenarnya kita seudah melihat betul bahwa tujuan pergerakan adalah melawan kolonialisme dan pemerintahan yang korup, otoriter serta komunis. Memang sebuat tugas yang maha berat saat itu ketika kita harus mengumpulkan segudang kekuatan untuk menghadapi masa -- masa sulit ini.

Bertolak dari pemikiran ini, saya memperkenalkan realitas mahasiswa zaman Digital yang memang di manajemen oleh ibu jari jika harus mengelilingi dunia. Pengaruh teknologi memang sangat mewabah di tengah kehidupan sosial, namun jika kita memiliki kesadaran dan kepekaan penciuman yang tajam maka sebenarnya fenomena sosial tentang penindasan, keadilan sudah dapat dirasakan. Namun, realitasnya bahwa tidak ada kepekaan penciuman yang tajam.  

Opini -- opini dalam berbagai tulisan saat ini banyak yang berkisah akan pengaruh teknologi informasi mengakibatkan perombakan sistem kehidupan bersosial, dan lebih -- lebih kepada pola hidup dan komunikasi umat manusia. Opini lain yang berkembang dalam masyarakat baik masyarakat biasa (masyarakat sosial, adat) dan masyarakat Ilmiah (Mahasiswa) seolah -- olah  tengah tenggelam dalam sebuah zona nyaman dalam pengucapan istilah masyarakat " dinina bobokan oleh teknologi".

Dalam hal ini saya membenarkan beberapa opini tersebut. Namun saya ingin sedikit menjungkirbalikan pernyataan -- pernyataan tersebut. Bahwa wacana tentang perkembangan teknologi dan informasi yang merombak sistem tatanan kehidupan dalam masyarakat bukan lagi trendzaman sekarang yang harus di perbincangkan. Mengapa.? Saya ingin menunjukan bahwa kekuatiran ini sudah muncul sejak tahun 1014 ketika Uskup Wulfstan  dalam khotbahnya di sebuah misa, Ia mengatakan bahwa " dunia sedang dalam perubahan  dan tengah lepas kendali mendekati titik nadirnya  (Run away word) dimana akan terjadi perombakan terhadap tatanan kehidupan sosial umat manusia diseluruh dunia". 

Kekhawatiran ini sudah muncul pada abad 10 namun banyak orang sampai saat ini masih menulis hal yang sama bahwa akan terjadi perombakan tatanan kehidupan sosial. Pertanyaan reflektif untuk kita semua apakah harapan dan kegelisaan di setiap periode hanyalah salinan dari masa -- masa sebelumnya? Saat ini yang dibutuhkan adalah masalah kepekaan yang tinggi akan fenomena kehidupan sosial bukan lagi pengaruh teknologi yang " menina BOBOkan ",realistisnya yakni setiap hari pengguna sosial media selalu berinteraksi walau hanya dalam dunia maya. 

Saya menggambarkan dengan sebuah pemisalan agar jelas apa yang saya maksudkan dengan masalah kepekaan sebagai berikut " setiap orang yang menggunakan facebook (ini sebagai contoh, sebab pengguna terbanyak), dan pengguna ini saling berinteraksi antara satu dengan yang lain walau ada yang tidak saling mengenal satu dengan yang lainya. Bayangkan saja jika anda mempunyai 5000 orang teman dan saat itu semuanya aktif berkomunikasi (interaksi) kemudia muncul postingan berupa kejadian dalam masyarakat dimana terjadi penindasan akan ketidak adilan, bagi anda jika mempunyai kepekaan atau kesadaran menganggap bahwa hal ini sangat urgen untuk disuarahkan dan inilah sebenarnya data yang sangat akurat ketimbang kita harus memakai data badan Sensus Nasional kan.? 

Tetapi kepekaan ini sebenarnya tidak dimilki oleh pengguna yang lain sehingga membuat suatu ketidak percayaan akan fenomena ini oleh karena itu bukan lagi pengaruh teknolgi, tapi tingkat kepekaan sebab dalam hal ini teknologi mempermudah dalam bersosial media, mendekatkan yang jauh dan merekatkan yang tercerai namun tingkat kepekaan ini tidak ada, dengan ketidak berdayaan kita menyalahkan Teknologi. Ini yang saya rasa sebagai dalil jika kita harus mengumpulkan kekuatan untuk membuat taring aktivis dan saya tidak sedang ingin membuat suatu barisan kaum skeptis.

Kesadaran mahasiswa sebenarnya baru sebatas seruan tuntutan perubahan, sama sekali belum sampai pada mewujudkan paradigma yang baru. Untuk mewujudkan paradigma ini penggarisan atas dasar umur, status kemahasiswaan, kekuatan moral dan kontrol, tidaklah memadai, artinya dalam suatu rekayasa besar perubahan politik, sangat berlebihan jika meletakkan mahasiswa dalam peran yang sangat menentukan. Bahkan gerakan mahasiswa kadang justru mengakibatkan instabilitas pemerintahan, pada saat pemerintah dipegang oleh golongan intelektual yang masih terasing sehingga mahasiswa dianggap sebagai pembuat kerusuhan (Samuel P. Hutington, 2004:10).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun