Tengah malam mungkin pukul 02.00 waktu di purwakarta, saya dan seorang sahabat arief munandar seorang sarjana kimia yang berprofesi sebagai programmer sedang melakukan pekerjaan kami di bagian apotik rumah sakit efarina etaham purwakarta, jawa barat.Â
Pekerjaan yang cukup berat karena kami harus menyelesaikan pekerjaan dari PT. Efarina Etaham Purwakarta dengan spesifikasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dan tentu saja pada saat itu kami belum kenal dengan siapa pemilik rumah sakit tersebut. Dan tentu saja ketika kami menangani bagian Apotik maka seluruh kendali teknologi informasi di divisi itu kami ambil alih. Mungkin karena tidak ada aktivitas apa apa, maka apoteker yang bertugaspun memilih untuk tidur di kursi.Â
Pukul 03.00 hadirlah seorang pria muda dengan jaket menuju ke ruangan apoteker, menyapa kami. gimana begadang ya? karena bagi kami, yang datang ini adalah keluarga pasien yang hanya sekedar menyapa kami untuk menghilangkan kantuknya, kami pun hanya menjawab, iya pak dan langsung sibuk lagi dengan pekerjaan kami. Beliau langsung masuk ke ruangan apotek dan mendapati apoteker tertidur, langsung beliau bangunkan, dan beliau langsung memberikan sanksi.Â
Pengalamanku selama lebih kurang 8 tahun di Rumah Sakit Efarina Etaham, mulai dari kontraktor SIRS hingga menjadi pengelola SMK, beliau bukan sekali dua kali hadir di Rumah Sakit Efarina dini hari. Dan dengan tujuan tentu saja menilai etos kerja karyawannya.Â
Tentu menjadi hal biasa juga bagi beliau untuk melaksanakan sidak ke satuan kerja perangkat daerah ketika beliau menjabat sebagai bupati. Sidak yang beliau lakukan banyak menghasilkan kejutan kejutan adalah hal yang wajar. Ingatkah kita kejadian di tahun 2014 ketika sidak jr saragih tidak menemukan kepala sekolah dan langsung memberikan sanksi pencopotan dari jabatan, dan pada hari yang sama di lokasi yang sama guru guru melaksanakan rapat untuk memilih kepala sekolahnya?Â
Dan banyak lagi contoh yang kita temui sidak yang dilakukan berakibat pemberian reward and punishment. Tentu semua aparatur yang bekerja dengan serius layak mendapatkan reward, dan aparatur yang lalai apalagi abai tentu layak mendapar punishment.Â
Secara manajerial mulai dari rhenald kasali hingga Phillip Kotler akan sepakat bahwa aparatur yang handal dan cakap wajib diberikan reward dan tentu saja punishment harus diberikan kepada yang gagal mengemban tugas.Â
Teruskan aja sidaknya pak jr saragih, karena suara nyinyir yang berkembang itu hanya karena mungkin yang kena sanksi adalah saudaranya, segerejanya atau se kampungnya. Padahal jika ditanya hati nuraninya toh meng-amin-kan kebijakan pak jr juga kokÂ