Mohon tunggu...
Bang SB
Bang SB Mohon Tunggu... Jurnalis -

Bang SB dimasa kanak kanaknya kerap jualan bakwan, menulis untuk diri sendiri, pernah jadi supir angkot nasib baik memberinya rezeki hingga mampu beli android

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Hidup Seorang Bupati: Guru, Pahlawan Hidupku

25 November 2016   14:51 Diperbarui: 25 November 2016   15:11 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
JR Saragih, Bupati Simalubgun

Siapalah aku, Jika tidak dipertemukan dengan guru guruku

(DR. JR Saragih, SH, MM)

Siang itu, aku dengan kantongan plastik kresek kesayanganku, keliling dari satu warung kopi ke warung kopi lain, iya ditahun 1980 yang lalu, di Terminal Siantar untuk menjajakan jasa sebagai seorang tukang semir. Namanya hidup, aku harus berjuang untuk mengumpulkan uang recehan demi recehan untuk beli nasi campur. Makan tiga kali sehari adalah mimpi bagiku, bahkan membayangkannya pun aku ngga berani. Makan bagiku hanyalah memuaskan cacing cacing diperutku, empat sehat lima sempurna adalah menu makanan para malaikat disurga. Petang ketika malam dah menghampiri, aku nyuci angkot yang mangkal di terminal dan aku senang, senang karena selain akan diajak makan bareng kernetnya, aku diijinkan tidur didalam mobilnya, angkot adalah istana malamku. Itu sudah menjadi malam yang indah dibandingkan harus tertidur diemperan kios kios itu beralaskan tanah, berselimutkan embun malam dicaci bintang, diejek bulan.

Hingga suatu siang ditahun yang sama berbalut debu, impianku untuk sama seperti anak anak lain bermain dan digandeng cinta sang ibu, menjadi siang yang sejuk meski berpeluh panas, karena aku diajak untuk mengikuti pendidikan kesetaraan sekolah dasar. Aku senang, minimal aku melalui satu tahap pendidikan yang kucita citakan, meski dikala teman teman seusiaku sudah tamat SMP, aku masih mau ujian tamat SD. Tapi itu menjadikan semangatku tumbuh dan berani mulai bercita cita menjadi seorang tentara meski hanya balok merah. 

Jujur memang aku sangat ingin menjadi seorang tentara seperti sosok ayahku yang hanya sempat kukenal sekedarnya, karena diusia setahun, dia sudah menyelesaikan pengabdiannya dan pergi menghadap yang kuasa, sekarang sudah senang dan bersemayam di TMP Medan. Karena selalu ingin menjadi tentara, aku kerap meminjam baju tentara yang lagi istirahat dikampungku. Tak apalah disuruh ngusuk kaki tentara itu, asal bisa pinjam bajunya meski hanya sejam dua jam. Melihat semangatku, seorang guru SMP di kampung ibuku, mengajakku pindah dan berjanji akan menyekolahkanku disekolahnya. Tentu saja ajakan itu langsung kuterima, karena jika sudah tamat SMP aku akan mencoba peruntungan mendaftar ke tantama TNI. Sembari sekolah, aku menggembalakan lembu di perladangan, bahkan kadang aku belajar menjadi teknisi elektronik di kutambaru. 

Setamat SMP, akupun mencoba peruntungan untuk mendaftar ke tamtama, tapi karena ongkospun ngga punya akhirnya dengan membawa persyaratannya dan baju sekedarnya menyamar menjadi kernet bus lintas menuju jakarta. Jakarta aku mencoba peruntungan dengan menjadi apa saja, mulai dari kernet bus hingga bekerja di galian pasir, membawaku bertemu dengan seorang putra simalungun yang menjadi guru di jakarta, iya Johalim Purba adalah guruku yang mendaftarkan aku bersekolah di SMA Ikhlas Prasasti Jakarta. Tentu saja, aku digratiskan beliau uang sekolah atau dia membayar dari gajinya, aku tidak tahu karena tujuanku hanya tamat SMA lalu mendaftar jadi tentara. Semua yang kulakukan tujuannya bermuara satu hal yaitu menjadi tentara. 

Sembari bersekolah dan bekerja di usaha galian pasir, aku berteman dengan tentara, akhirnya seorang tentara yang ternyata sudah berpangkat membawaku ke Malang untuk kuliah. Aku kuliah sekalian nyambi di usaha koperasi yang beliau kelola. Di koperasi itu, banyak tentara yang menjadi pelanggannya. Inilah kesempatan emas bagiku, akupun diberikan informasi, masukan bahkan dukungan dan akhirnya aku diterima menjadi seorang calon perwira. Aku akhirnya dilantik menjadi perwira muda dengan pangkat Letnan Dua CPM. 

Yach itulah sosok guru bagiku, guru yang membuatku seorang tukang semir bisa menjadi seorang perwira militer bahkan menjadi seorang bupati. Inilah aku, orang tak berpunya yang banyak dibantu dan diselamatkan sosok seorang guru, aku adalah DR. JR Saragih, SH, MM, sekarang dipercaya menjadi Bupati Kabupaten Simalungun Sumatera Utara, 

Selamat Hari Guru, 

Teruslah menginspirasi guruku 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun