Mohon tunggu...
silva liem
silva liem Mohon Tunggu... Freelancer - pemerhati sosial

Silva seorang pemerhati perkembangan, gejala dan masalah sosial. Bidang yang diminatinya termasuk pendidikan, gaya hidup, kesehatan, dan Psikologi sosial. Pernah bekerja sebagia konsultan manajemen yang berkiblat pada keuntungan materi, tetapi lebih menghargai pengalaman bekerja untuk masyarakat miskin, khususnya dalam mengupayakan akses air bersih dan sanitasi yang layak.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selamat Jalan, Bunda Kristiani Herawati Yudhoyono

2 Juni 2019   13:41 Diperbarui: 2 Juni 2019   13:48 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam 24 jam terakhir sejak jam 12 tengah hari tanggal 1 Juni 2019, media mainstream Indonesia mengajak masyarakat larut dalam gelombang kesedihan sekaligus keharuan teramat. Bagaimana tidak mengharukan, ketika menyaksikan pengalaman manusiawi seorang mantan presiden yang notabene pernah berkuasa selama 10 tahun di negara bhineka tunggal ika ini. Seluruh indera terasa merespon ungkapan emosional bukan saja dari pak SBY dan anak menantu, tetapi juga dari pribadi-pribadi yang pernah secara langsung menikmati hakekat kemanusiaan seorang Ani Yudhoyono. Otomatis benak pun bekerja mencoba menemukan apa yang dapat kita warisi sebagai anak bangsa.

Sebagai seorang anak jenderal, perempuan, ibu dua orang putra, ibu negara, dan kemudian nenek dari empat orang cucu, pasti ibu Ani selalu berbuat yang terbaik, dalam koridor agama maupun kehidupan bermasyarakat. Tidak ada yang meragukan ke-Islam-an beliau. Sebagai seorang non-muslim saya sangat membanggakan ibu Ani, terlebih saat-saat begini dimana Islam sebagai agama yang penuh cinta menerima cobaan berupa pengkhianatan yang dilakukan oleh segelintir orang yang mengaku ulama Islam. Bunda Ani terkasih, bunda menjadi bukti betapa indahnya Islam ketika dijalani dan dihidupi dengan benar.

Kesaksian sang suami yang menyebut betapa ibu negara begitu mencintai rakyatnya, tanpa membedakan identitas, siapa pun dia, apapun agama maupun ras serta aliran politiknya sungguh menggelitik untuk lebih jauh mengenal ibu Ani, walaupun dari jauh. Tidak berlebihan rasanya jika sikap ibu dipahami sebagai pelajaran berharga bagi kami untuk tidak mengkotak-kotak-an manusia karena pada hakekatnya YANG MAHA KUASA menciptakan kita dalam kesetaraan, Bukankah tidak ada manusia yang terlahir dalam kotak identitas tertentu.

Secara kasat indera, seorang Ani menunjukkan betapa dari namanya saja beliau sudah mengemban amanat untuk menembus keter-kotak-kotak-an umat manusia. Beliau menyandang nama Kristiani dalam ke-Islam-an yang kental dan tidak diragukan sama sekali. Ijinkan saya menyapa ibu sebagai Bunda. Seperti pengakuan sang suami yang sedang dirundung duka terdalamnya, Bunda Ani membuktikan penolakan untuk mencederai kesatuan umat manusia dalam kotak SARA: suku, agama, rasa, maupun antar golongan.

Rupanya begitu dalam Bunda menghayati bagaimana para pendiri bangsa merajut berbagai SARA yang ada menjadi negara kesatuan bercirikan bhineka tunggal ika, yang justru disitulah terletak kekayaan bangsa. Dunia mengakui kekuatan bangsa kita yang terdiri dari beragam latar belakang namun sampai saat ini selalu berhasil menghalau kekuatan yang ingin merusaknya.

Negara sahabat belajar dari bangsa kita bagaimana menjaga kerukunan ditengah keragaman, mereka juga belajar bagaimana upaya aparat yang sangat kita banggakan -- terlebih dalam satu bulan terakhir ini -- mengusir pemecah bangsa berbalut jubah agamis yang bertujuan menjadikan kotak agama sebagai jurang pemisah untuk menjerumuskan bangsa besar ini ke dalam kehancuran. Adakah manfaatnya kotak identitas selain untuk urusan administrasi?

Adakah manfaatnya kotak-kotak tersebut dalam kebersamaan bermasyarakat? Bukankah sebaiknya kita menembus identitas SARA dan mengusung kebersamaan untuk mewujudkan keluarga besar Indonesia dan bangsa terhormat sebagaimana cita-cita para pejuang negara? Semoga siapapun yang menjadi pemimpin bangsa ini sekarang dan selamanya, senantiasa mengacu kepada Bunda Ani dalam hal menembus identitas kelompok demi kesetaraan dan keluruhan umat manusia sebagai ciptaanNYA.

Bunda Ani, kesaksian keluarga dan sahabat tentang ibu tak pelak membuat saya hormat dan jatuh cinta kepada Bunda.

Selamat jalan Bunda, semoga ALLAH SWT menerima Bunda dalam kasihNYA, dalam kebanggaanNYA atas amal ibadah dan cara hidup Bunda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun