Mohon tunggu...
Silmy Mauli
Silmy Mauli Mohon Tunggu... Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Penggemar Topik Film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kisah Seniman Jogja: Yanti Lemoe, dari Tidak Dibayar Sampai Sukses Main Film Layar Lebar

11 Desember 2021   15:50 Diperbarui: 11 Desember 2021   15:54 1597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yanti Lemoe bekerja dalam proses produksi film pendek  di Kasihan, Bantul, DIY (Dokumentasi Pribadi)

Angin sepoi-sepoi menerpa setiap daun padi yang baru menghijau. Pohon rindang dan suasana tenang yang jauh dari keramaian kota, ditambah pemandangan di pinggir sawah membuat Warung Bakmi Mbak Yanti bisa disebut tempat istimewa yang tersembunyi di Selatan Jogja.

Suara osengan wajan dan spatula aluminum beradu membentuk nada yang menggugah selera. Aroma rempah yang ditumis dalam minyak panas tercium mencapai radius tiga meter dari penggorengan. Seorang wanita menggunakan daster kuning keluar dari pintu rumah menyambut pelanggan dengan senyumannya yang khas, tak lama ia berjalan menghampiri sang suami yang sedang memasak di dapur kedai.

Mbak Yanti, begitulah wanita itu disapa kebanyakan orang. Penampilannya yang nyentrik dan tubuhnya yang besar membuatnya akrab dengan nama panggung Yanti Lemoe. Lemoe (Jawa: lemu) berarti gemuk. 

Lantas, mengapa ada nama panggung tersemat pada pemilik warung bakmi satu ini?

Siapa sangka, Yanti adalah pekerja seni yang aktif berkeliling Yogyakarta, bahkan luar kota untuk tampil sebagai artis.

Riyanti (33) merupakan seorang aktris dan seniman asli Yogyakarta. Ia aktif bermain ketoprak, memainkan suatu peran dalam produksi film, menjadi pembawa acara, dan bernyanyi. Yanti selalu dibanjiri panggilan kerja untuk memeriahkan suatu acara atau menjadi aktris film. 

Diantara padatnya jam terbang tersebut, ia juga handal menjadi sosok yang romantis untuk suaminya, Pak Jaya. Tahun 2014, Yanti menyiapkan kejutan istimewa berupa gerobak  dan perlengkapan lainnya untuk berjualan bakmi.

"Sampai sekarang, kedai ini yang handle Pak Jaya, suamiku. Karena ini cita-citanya dia buat berdikari membuka usaha kedai bakmi Jowo, dan aku berusaha buat bantu-bantu siapin bahan dan yang lainnya, tapi kalau urusan masak tetap Pak Jaya," Ujar Mbak Yanti.

Sepiring bakmi goreng spesial sudah sampai di meja pelanggan. Matahari pagi semakin naik, langit yang cerah di pinggiran sawah menciptakan suasana yang nyaman untuk memulai obrolan santai namun mendalam. 

Mbak Yanti menceritakan hiruk pikuk kisah hidupnya hingga bisa sampai di titik kesuksesan ini. Sambil berkaca-kaca, matanya menahan rindu, Yanti menceritakan sosok ayahnya yang telah mengalirkan darah seni kepada dirinya hingga membuat putri kesayangannya ini sukses seperti sekarang.

"Singkat cerita, bapakku itu menurunkan darah seninya ke aku, dulu beliau adalah pemain gamelan dan paham tentang tradisi Jawa. Tetapi dulu aku gak kepikiran mau belajar bareng bapak, disamping itu aku mau latihan dan belajar atau sekolah seni pun ekonomi kami tidak memungkinkan," Jelasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun