Mohon tunggu...
Sihol Hasugian
Sihol Hasugian Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar Administrasi Publik; Sport Enthusiast.

Barcelonista Menulis adalah sarana berbagi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jadi Pedagang Itu Ternyata Tak Mudah

27 Desember 2020   00:26 Diperbarui: 27 Desember 2020   01:22 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kondisi pasar Balige : Dokumen pribadi 

Menjadi pedagang itu ternyata tak mudah.

Di tengah pandemi covid-19, ada pengalaman berharga saya  peroleh. Jadi pedagang, ya jadi pedagang di pasar. 

Dalam dua minggu terakhir ini saya berkesempatan berjualan kelapa parut di pasar. Siklus jual beli yang dialami pedagang ternyata tak sesimpel yang kita bayangkan. Ruwet. Ya, satu kata menggambarkan pedagang. Ini saya alami langsung ketika berdagang di pasar. Pada kesempatan itu saya menjual kelapa parut dalam jumlah yang cukup banyak. Maklum di daerah Balige, Toba Samosir sama sekali tidak ada kelapa. Batangnya saja pun sepertinya tak ada.

Menjual kelapa ke pasar saya lakukan untuk membantu usaha bapak, yang dari dulu meniti usaha dagang kelapa. Sebagai orang yang tak pernah jualan langsung di pasar, muncul kekhawatiran di benak saya, misalnya gimana kalau tidak laku ? Atau gimana cara menanggapi pembeli yang ngotot untuk diskon ? Hingga gimana cara menggaet pembeli agar melirik dagangan yang kita tawarkan ?

Pertanyaan-pertanyaan inilah yang selalu muncul di otak saya. Apalagi pasar ini masih amat asing bagi saya. Maklum saya bukan penduduk asli daerah Balige, Toba Samosir ( lokasi pasar ). Alih-alih tak siap, saya malah menikmati suasana berdagang di pasar, walaupun hanya sementara waktu. Istilah kerennya pedagang lepas ( freelance merchant) hahaha. Sebagai orang batak, tentu saya sangat mudah untuk beradaptasi dengan penduduk sekitar. Sehingga bersosialisasi dengan pedagang lainnya bukanlah hal yang sulit bagi saya.

Tetapi, dibalik itu, hal yang paling menekan mental saya adalah ketika proses jual beli berlangsung. Seperti adanya  pejual lain yang kerap kali banting harga. Padahal kita sudah menetapkan harga yang secara hitung-hitungan untung. Walaupun tidak banyak.

Satu momen ketika tetangga sebelah ( penjual kelapa yang lain)  nurunin harga jualnya, kalo istilah di pasar sini "mandabu harga" : "banting harga", mau tak mau saya harus menata ulang harga jual, proses hitung-menghitung pun harus dilakukan. Agar bagaimana harga jual kelapa ini tak merugikan. Paling tidak bisa balik modal lah. Hitung-hitung bisa bayar kelapa yang belum lunas hehe. 

Selepas hitung-menghitung dilakuan secara mendalam, eaa. Akhirnya saya putuskan untuk mengikuti pesaing. Walaupun harga jual kali ini tak akan memperoleh keuntungan. Artinya balik modal bung.  Sudah biasa ini dialami pedagang.

Hal-hal seperti ini ternyata sangat lazim terjadi di pasar. Tidak seperti berdagang online yang harganya lebih bersahabat dengan penjual. Tanpa ada proses tawar menawar yang sedikit menguras tenaga itu atau persaingan secara langsung secara tatap muka. Maka menurunkan harga adalah strategi pamungkas yang harus dilakukan bila salah satu pesaing banting harga. 

pasar Balige: dokumen pribadi 
pasar Balige: dokumen pribadi 

Oh iaa, salah satu trik yang paling sering saya temukan di pasar adalah, adanya suruhan dari pesaing untuk menawar produk kita. Kerjaanya hanya untuk survei harga jual, sama sekali tak ada niatan membeli walaupun tingkahnya seolah-olah mau memborong dagangan kita. Trik ini dilakukan agar mengetahui pasaran harga jual barang tertentu, dengan demikian mereka dapat memutuskan harga jual barangnya. Tentu mereka akan mematok harga lebih murah agar dilirik pembeli.

Satu lagi, jadi pedagang di pasar itu teknik negosiasi adalah senjata utama yang perlu disiapkan. Apalagi kalau di pasar yang didominasi emak-emak batak, hahaha. Pokoknya harus siap putar otak agar lolos ujian menghadapi mereka. Selain harus mampu mempersuasi mereka dengan segala cara, kita juga harus waspada dengan trik tipu dayanya. Loh kok waspada. Iya, karena seringkali pas kita udah deal, eh tau-taunya di akhir tak sesuai kesepakatan. Biasanya mereka akan mengambil barangnya terlebih dahulu, lalu bayarnya sesuai harga mereka, bukan harga kesepakatan. Ini seringkali saya alami. Trik untuk ini jangan mau terima uangnya hahaha, harus nunggu uang yang sesuai nominal harga, diberikan baru terima uangnya.

Hal-hal di atas adalah pengalaman berharga bagi saya. Saya jadi paham, jadi pedagang ternyata itu tak mudah. Profesi ini cukup menantang dan menguras tenaga, baik fisik pun dengan otak kita. Kita harus siap dengan segala konsekuensi di lapangan. Bahkan yang terburuk mengalami kerugian sekalipun. Walaupun demikian, banyak pelajaran yang dapat dipetik darinya. Mulai teknik negosiasi, strategi marketing, strategi persuasif, promosi. Dan ini adalah yang saya dapatkan secara langsung di pasar. Selain saya mebantu usaha bapak jualan kelapa, saya juga merasa mendapat ilmu melalui praktik langsung, tak hanya retorika belaka. 

Bagi sebagian orang profesi ini adalah tumpuan hidupnya. Walaupun kerap kali dipandang remeh, tapi pedagang tetaplah pekerjaan yang mulia, tentu tak mudah jua. Menjadi pedagang sudah pasti akan mengalami dinamika yang tak mudah. 

Jualan yang tak laku, penjual yang meminta diskon besar-besaran, hingga mengalami kerugian yang tak sedikit. Di sisi lain, banyak anak berhasil melalui mereka. Kerja keras dan keuletan mereka adalah nilai psotif yang patut diilhami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun