Mohon tunggu...
Travel Story

Mendaki Gunung Menjadi Hobi di Usia Muda

22 April 2018   12:21 Diperbarui: 22 April 2018   12:34 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Usianya baru menginjak 18 tahun, namun ia sudah pernah mendaki berbagai gunung di Pulau Jawa. Diantaranya termasuk gunung yang dikenal tertinggi dan ter-ekstreem di Pulau Jawa yakni gunung Semeru dan Gunung Raung di Jawa Timur. Pria yang bernama Zaenal Mudzammir atau yang biasa dipanggil Azam ini memang suka hal-hal yang menantang sejak kecil. Bahkan saat masih SD dia suka memanjat pohon tinggi dan pernah naik Roler Coaster tanpa sepengetahuan orang tuanya. Tidak heran mendaki gunung yang memiliki resiko yang besar pun dipilih menjadi hobinya sejak muda.

Azam mengawali pendakian gunung pertamanya di gunung Semeru pada 17 September 2014 yang usianya baru 15 tahun. Pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menerapkan aturan yang mendaki ke gunung Semeru harus berusia sepuluh sampai 60 tahun. Saat itu Pria yang memiliki rambut pirang itu mendaki bersama kakaknya yang bernama Agus Hermansyah (26) dan teman-teman kakaknya. 

Rupanya Azam mengenal gunung dan alam dari kakaknya yang dulu juga suka berpetualang. "Saya pengen seperti mas Herman yang suka naik gunung, mumpung saya masih muda", tutur Azam. Saat ini dia sudah menginjakkan kaki di gunung Semeru, gunung Welirang, gunung Raung, gunung Butak, gunung Penanggungan, gunung Lawu, gunung Arjuna yang ada di Jawa Timur, dan gunung Merapi, dan Gunung Slamet yang ada di Jawa Tengah.

Mendaki gunung merupakan kegiatan yang tidak mudah. Butuh banyak persiapan yang dilakukan diantaranya masalah fisik, perlengkapan mendaki, dan bekal yang tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk orang seperti Azam yang tergolong masih remaja dan belum bekerja tentunya butuh perjuangan lebih untuk 'melayani' hobinya tersebut. Rupanya dia selalu menabung dari uang sakunya yang ia sisihkan 10 ribu sampai 20 ribu setiap harinya. 

Ditambah lagi uang THR (Tunjangan Hari Raya) yang masih utuh dari tahun ke tahun yang sengaja ia kumpulkan. "kalo masalah dana ya saya ada-adain ntah dari THR atau tabungan dari saku saya karna saya malas makan di sekolah", ujarnya. Untuk masalah perlengkapan pendakian tidak semua dia miliki. Alat seperti Tas Carrier, Tenda, dan kompor kecil selama ini ia masih meminjam. "Yang penting berangkat dulu, sambil menabung buat beli tas", tambahnya.

Ada beberapa manfaat yang diperoleh saat kita mendaki gunung diantaranya meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh, memperkuat otot kaki, menambah pengalaman baru, dekat dengan alam, belajar hidup mandiri, menambah relasi dengan orang lain, dan masih banyak lagi manfaat lainnya.

Belakangan ini wisata populer bukan lagi nongkrong di mall atau ngopi santai di cafe-cafe ternama. Belakangan ini wisata alam mulai dilirik menjadi trend berwisata kekinian. Menurut Azam tentu sah-sah saja jika banyak pendaki 'kekinian' yang menjadikan gunung sebagai tempat barunya, namun jangan sampai merusak lingkungan. "saya paling benci melihat orang yang bikin kotor di gunung" jelasnya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun