[caption id="attachment_78127" align="alignleft" width="300" caption="Kursi (penulis)"][/caption] Kursi adalah benda yang selalu kita duduki setiap hari. Kursi terdiri dari bermacam-macam jenis, yaitu: kursi bertanganan (armchair), kursi di teras (deckchair), kursi kamar mandi (bathchair), kursi santai atau kursi malas (easychair). Menurut asal-usul kata, 'chair' berasal dari kata 'katedral', yaitu gereja tempat tinggal pemimpin umat agama Nasrani, yang memiliki kursi untuk tempat duduknya. The word itself is derived via Middle English, Old France, and Latin from the Greek 'kathedra' from which is, of course, also directly adopted the word 'cathedral', the church where a bishop has his throne. ('Chairs', Lanto Synge, Blandford Press, 1978, halaman 10.) Kursi tempat duduk pemimpin gereja (singgasana - 'throne') merupakan posisi yang paling utama dalam proses keagamaan, juga merupakan symbol kekuasaan dan derajat spiritual. Kursi singgasana tersebut biasanya diletakkan di antara altar ('the high altar') dan tempat duduk untuk paduan suara ('the choir stall'), disisi ujung sebelah timur gereja. Dalam proses penggunaannya 'kursi kebesaran (singgasana)' tersebut selanjutnya digunakan untuk tingkatan kekuasaan. Singgasana juga bisa disamakan dengan mahkota sebagai simbol kenegaraan. Inggris sebagai negara kerajaan (monarchy konstitusional) menyimpan beberapa singgasana. Singgasana ini dinamakan: 'Coronation chair', yang disimpan di istana Westminster Abbey. Dalam sistem pemerintahan parlementer, sejak pemerintahan Ratu Elizabeth ke-1, aturan hukum pemerintahan diambil alih kewenangannya oleh Pemimpin hukum ('the Lord Chancellor'), yang berhak duduk di bantal empuk (' a woolsack'), mengendalikan jalannya sidang parlemen. Rapat 'The House of Lord Meetings' dimulai dan diakhiri dengan datang dan perginya pemimpin sidang ('The Chancellor'). Jurubicara parlemen ('The House of Commons'), adalah satu-satunya orang yang berhak duduk di kursi singgasana ('Throne'), dalam debat parlemen. Anggota parlemen, bahkan Perdana Menteri dan anggota kabinetnya sekalipun hanya diberi jatah duduk di sebuah 'bangku' yang mungkin mirip dengan bangku warung angkringan di Jogja. Meskipun 'kursi singgasana' hanya milik kalangan tertentu namun pemahaman kursi sebagai symbol kedudukan tetap memiliki arti 'kekuasaan' bagi orang-orang yang memenangkan pertarungan. In some places a successful candidate was 'chaired' by his electorate and paraded in an elaborate seat around town. (idem, halaman 13) The Pope is from time to time borne through his congregation in a chair or litter, or similarly victorious sportsmen are 'chaired' at the spur of the moment on the games field, being mounted on their team's shoulders. (idem, halaman13) A throne or chair was always a symbol of high status; the fact that a leader was placed in it meant that he had assumed a place of authority and signified his attention to high duty and his intention of supervising whatever proccedings were going on. (idem, halaman 14) University professors are said to have 'chairs' in subjects of which they are the official exponents and teachers.(idem, halaman 14) Dari semua kisah tentang makna 'kursi', kita tidak dapat melupakan tentang kisah penemuan fossil furniture di Mesir, yang ditemukan pada tahun 1922, bersama dengan peti mati Tutankhamun. Furniture tersebut meliputi: Singgasana Tutankhamun, beserta perlengkapan lainnya, yang diperkirakan telah terpendam sejak 1350 BC (sebelum Masehi). Dekorasi hiasan pada kursi singgasana menunjukkan keragaman seni pahat dan kehebatan sang desainer perabot furniture di Mesir, pada saat itu. Singgasana Pharaoh (Raja Mesir) yang terbuat dari kayu ini dihiasi dengan emas, perak, dan 'isian' batu-batuan mulia. Kursi inilah yang mengilhami model-model kursi selanjutnya pada awal abad ke-19 di Eropa, khususnya di Inggris dan Perancis. Pengulangan model kursi singgasana Tutankhamun ini dapat dilihat pada kaki kursi dan penampilan pahatan wajah singa atau leopard. Karya seni ini telah terpendam selama 25.000 tahun lamanya sebelum dapat disamai dengan karya-karya 'turunannya' di Eropa. Tidak ada satupun jenis furniture yang menjadi budaya besar yang penting atau menunjukkan sejumlah aspek perubahan ritual, kebiasaan, dan 'gaya hidup'. Hal ini sangat mengundang keingintahuan dan sangat memberi arti, yang bahkan pada saat ini kursi bertanganan ('armchair') ditempatkan dibagian 'ujung' (sisi lebar meja yang dapat diisi oleh sebuah kursi), diperuntukkan bagi Kepala rumah tangga atau Pemimpin acara pesta. Tradisi ini mulai diciptakan di Inggris setelah pengenalan awal pada 'meja makan panjang' (long dining tables) hingga akhir abad ke-19. Cileungsi, 15 Desember 2010
[caption id="attachment_78128" align="aligncenter" width="422" caption="Gambaran posisi duduk, bantuan 3D Max (oleh penulis)."]
1292398403586580801
[/caption]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI