Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Pembuat konten video, host podcast , selebihnya pengangguran banyak acara

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Reuni PA 212, Kode Keras HRS Layak Jadi Mitra Aliansi Politik Prabowo

15 November 2018   21:37 Diperbarui: 15 November 2018   22:00 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ajang reuni adalah event bagus untuk menjalin silaturahmi lebih erat antar teman - teman sekolah, sahabat dan keluarga. Umumnya tujuan reuni seperti itu, lazim ada kepanitiaan yang mengurus akomodasi, transportasi, konsumsi bila lokasinya jauh atau peserta dari luar kota. Ya, bisnis lumayan besar, apalagi bila ada donaturnya, panitia tak perlu pusing mutar uang.  Ditambah kalau peserta mencapai ribuan dan berdatangan dari luar kota atau luar pulau, hmm... lumayan buat jalan - jalan akhir tahun.

Jadi teringat di medsos Twitter, minggu ini bakal ada reuni besar - besaran Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) di Monas Jakarta pada Sabtu 2 Desember 2018 besok, kabarnya acara ini diisi dengan kegiatan keagamaan, seperti dikemukakan Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif kepada Tempo (14/11/2018). Apa benar tujuan acara ini sekedar acara keagamaan?.

Slamet dalam kesempatan kepada Tempo juga  mengungkapkan bahwa Imam Besar Habieb Rizieq Shihab (HRS)  bakal ikut mengisi acara tersebut, tapi jangan berpikir dia akan hadir secara fisik di sana. Seperti reuni sebelumnya, akan nonton bareng (nobar) video dengan bintang HRS, sosok HRS sendiri bisa berlokasi Arab Saudi atau tempat lain. Bagi pendukung HRS sudah cukup mengobati kerinduan terhadap HRS yang pergi dengan alasan ibadah setahun lalu, dan buat partai yang pernah memanfaatkan jasanya, Gerindra moment ini bakal sebagai penepis tuduhan  mengkhianati ulama. Kok Gerindra, apa urusannya?. 

Munarman, juru bicara FPI  beberapa waktu mengklaim telah melaporkan kepada HRS tentang  draft- aliansi  yang diserahkan ke  Gerindra, anehnya anggota tim komunikasi Gerindra, Andre Rosiade membantahnya. Rupanya antara FPI sebagai motor PA 212 dan Gerindra kembali menjalin kesepakatan untuk membentuk **Koalisi Umat** untuk mendukung pencapresan Prabowo.

Herannya, kenapa FPI and the gank tak kapok - kapok dikhianati partai ini setelah calon wapres yang mereka ajukan tak direspon oleh koalisi oposisi, Prabowo lebih memilih Sandiaga Uno. Ketum Gerindra ini realistis, apa gunanya mengambil calon dari PA 212 kalau tidak ada duitnya, toh Sandiaga Uno bisa diangkat sebagai ulama untuk menaruh kepercayaan umat.

Kesan yang tertangkap dari bantahan Andre terhadap draft aliansi, seakan Gerindra tak butuh - butuh amat aliansi ini, seperti pepatah "tidak ada makan siang gratis", kontrak politik ini tak akan diumbar oleh Gerindra agar tak jadi blunder di kemudian hari. Bisa jadi pertimbangan Gerindra tak ingin rencana ini prematur, berantakan sebelum terorganisir dan terkontrol, namun arahnya sudah clear bahwa rencana ini segera diwujudkan. Momentum acara Reuni PA 212 ini menjadi pembuktian pihak HRS bahwa dirinya masih eksis dan Koalisi Umat yang dijanjikan kepada Gerindra benar - benar nyata, senyata mereka dulu mendukung Gerindra menjatuhkan Ahok.

Terlihat  Gerindra masih bergantung pada sosok HRS untuk mendulang suara di Pilpres 2019, seperti  pernyataan anggota badan komunikasi DPP Gerindra Andre Rosiade, Rizieq masih berpengaruh di Pilpres.  Bagi saya,  terlihat  kubu nomor urut dua mulai  "mati kutu" akhirnya kubu PAS  berpaling lagi ke HRS karena tak mempunyai resep manjur untuk meraup suara calon pemilih. Acara Reuni PA 212 untuk menegaskan kepada kubu Prabowo bahwa HRS layak jadi mitra aliansi politik di Pilpres 2019, seperti kode keras yang dikirim pihak HRS ke kubu Prabowo.

Cara murah dan mudah hanya lewat gerakan "politik identitas", skenario kasus Ahok tetap bakal dilaksanakan oleh Gerindra, PKS dan HRS dengan cara menyentuh emosi spiritual massa agar  melakukan perlawanan moral terhadap petahana. Sayangnya, lawan Gerindra dan HRS bukan Ahok yang lemah secara identitas sehingga mudah dipolitisir, Jokowi dan KH Maaruf Amin adalah pasangan kuat, masing - masing memiliki pendukung kuat. Metode untuk mendiskreditkan petahana bakal menabrak tembok, bukan tak mungkin skenario hoax  seperti pada kasus Ratna Sarumpaet bakal dimainkan lagi dengan lebih canggih dan bersih, dimana aktor dan korban seolah tidak terkait dengan kubu Prabowo - Sandi.

Bisa dibayangkan bila penganiayaan Ratna Sarumpaet sebuah fakta, keuntungan politik yang besar bakal diraup oleh kubu Prabowo. Inilah sebenarnya  yang diharapkan oleh kubu Prabowo - Sandi pada  kasus Ratna Sarumpaet, kali  ini pasangan nomor dua bakal  memanfaatkan kubu HRS dan PA 212 sebagai *proxy*.

Pernyataan Slamet tak bisa begitu saja diaminkan, tidak mungkin pihak PA 212 hanya mengagendakan acara keagamaan dalam acara reuni, patut diwaspadai bila  terjadi salah penanganan oleh pihak aparat keamanan, kubu ini sudah siapkan peluru untuk menyerang kubu Jokowi habis - habisan. Ingat kasus Ratna Sarumpaet, buzzer mereka bereaksi  cepat sekali  pada  kasus itu.

Menurut survei LSI pengaruh HRS sudah tidak besar lagi untuk mendulang suara bagi Prabowo - Sandi, toh pengaruhnya masih bisa diharapkan menyumbang suara di kantong - kantong pemilih tertentu. Belakangan, menurut survei LSI, justru  Ustad Abdul Somad mempunyai tingkat kepercayaan tinggi di kalangan sebagian umat Islam dibandingkan HRS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun