Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger ajah

blogger @ sigitbud.com

Selanjutnya

Tutup

Film

Sama-sama Novelis dan Dokter, Apa Bedanya Hanum, Marga T, dan Mira W?

12 November 2018   00:24 Diperbarui: 12 November 2018   10:55 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekuel film Harry Porter selalu sukses meraup jutaan penonton setiap kali dirilis, bahkan hak siar perdana di TV Kabel cerita dari JK. Rowling ini juga diantri oleh perusahaan - perusahaan TV Jaringan.  Alasannya sederhana, karena kisah ini mempunyai magnet kuat bagi banyak orang. Tak banyak cerita sesukses Harry Porter, versi  novelnya film nya laris manis.

Di Indonesia, Andre Hirata, penulis novel "Laskar Pelangi" bisa dibilang mengikuti kesuksesan JK. Rowling dalam batas tertentu, ceritanya pun mengundang banyak penonton ketika diangkat ke layar lebar. 

Faktanya tidak semua cerita buku novel mampu menarik penonton ketika dibuat cerita film, banyak faktor yang mempengaruhi kesuksesan sebuah film. Cerita novel lain yang sukses di pasar dan film adalah Dilan, kabarnya novel ini juga akan dibuat sekuel film. Gaya bercerita pengarang "Dilan 1990", Pidi Baiq  mampu menyihir pembaca novelnya yang rata - rata generasi millenial. 

Padahal cerita Dilan 1990 diambil dari kehidupan remaja di kota Bandung era 90- an. Pidi Baiq sukses mengikuti jejak Andre Hirata, karya kedua penulis novel kreatif ini mampu menyihir audience di dua media, cetak dan bioskop. Nama Raditya Dika mendahului Pidi Baiq menjejakkan karyanya di layar lebar dan hasilnya juga memuaskan dari jumlah penonton.  

Belakangan di media sosial viral tentang film "Hanum dan Rangga", sebuah film diadaptasi dari  novel "Faith & The City" karya Hanum Salsabiela Rais, tak lain anak perempuan dari Amien Rais, berprofesi sebagai seorang dokter gigi. 

Nama Hanum sempat menghebohkan media ketika menjustifikasi Ratna Sarumpaet sebagai korban penganiayaan. Pernyataan Hanum menjadi blunder ketika fakta penganiayaan Ratna adalah hoax, akhirnya Hanum meminta maaf. Namun sebagian masyarakat terlanjur bersikap sinis kepada Hanum, pasal ia membawa - bawa profesinya untuk menutup hoax dari Ratna Sarumpaet.

Selain Hanum, pada tahun 80-an novelis Mira Widjaja (Mira W) sangat populer karya - karyanya, ia juga seorang dokter, menurut wikipedia sampai tahun 1995  Mira sedikitnya telah menerbitkan 40 buku novel. 

Karya - karyanya banyak diangkat ke dalam film dan sinetron, antara  "Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi", "Ketika Cinta Harus Memilih", dan "Permainan Bulan Desember". Selain Mira W, ada Marga T juga seorang berprofesi dokter dan novelis, ia lebih senior dari Mira W dan dijuluki sebagai novelis paling produktif. 

Karya Marga T yang cukup populer dan difilmkan adalah "Karmila (1971)" , Bukan Impian Semusim (1976), Badai Pasti Berlalu (1974), Wikipedia mencatat Marga T telah menerbitkan 128 cerita pendek dan 67 buku (untuk anak-anak, novel serta kumpulan cerpen).  

Ketika film Hanum "Hanum dan Rangga" dirilis, publik pun menanggapi secara sinis, apalagi saat penayangan perdananya hampir berbarengan dengan film "Man Called Ahok" yang diambil dari kisah hidup mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Cahya Purnama. 

Ahok sendiri meski di dalam penjara memiliki banyak pendukung setia dan simpatisan, meski tak lagi menjabat Gubernur, api empati dan simpati pendukung tetap berkobar di antara pendukung Ahok. Apalagi jatuhnya mantan Wagub Presiden Jokowi ini diawali dengan tragedi politik SARA, membuat nama Ahok selalu di hati pendukungnya. Tak heran saat "Man Called Ahok" mendapat sambutan luar biasa, kursi - kursi di bioskop yang memutar film tak pernah sepi.

Entah bagaimana pertimbangan pemasaran produser dan publiser "Hanum dan Rangga" saat meluncurkan film ini. Saya tertarik cerita - cerita berkait dengan film Hanum, di platform Chripstory muncul cuitan tentang surat edaran Rektor Universitas Muhamadiyah Surakarta (UMS) isinya agar segenap warga UMS menonton film karya dari anak Amien Rais ini. 

Promo film seperti sebenarnya tak istimewa, pada era Orde Baru beberapa film karya pemerintahan Soeharto bahkan diwajibkan untuk ditonton oleh anak - anak sekolah, saya menjadi kaget ketika Partai Amanat Nasional (PAN) sampai memobilisasi  kader - kader nya menonton film ini juga. 

Barangkali pengurus DPP PAN tak enak hati atau bahasa Jawa-nya "ewuh -perkewuh" dengan Amien Rais yang tak lain Ketua Dewan Kehormatan Partai. Meski upaya formal dan informal telah diupayakan maksimal  oleh tim marketing  film "Hanum dan Rangga", kabarnya penggemar  film nasional kurang antusias menonton film ini.

Mestinya Hanum harus belajar dari Raditya Dika, bagaimana sebelumnya  ia membangun komunitas pembaca secara konsisten lewat tulisan - tulisan di blog, tak heran cerita  Dika ketika di angkat ke film mendapat sambutan penonton film nasional.

Tentu Dika tidak menggunakan nama sang ayah dan pengaruhnya agar filmnya ditonton, juga Pidi Baig, Andre Hirata. Apalagi Mira W dan Marga T, dua penulis novel ini dalam waktu lama secara konsisten berkarya dan menghasilkan novel - novel yang digemari pembaca, maka ketika cerita novel mereka difilmkan tak heran menjadi perhatian masyarakat. 

Marga T, Mira W dan Hanum sama berprofesi sebagai dokter dan penulis novel, hanya saja cara mereka meraih simpati pembaca.

Di dunia kreatif, nama besar orang tua tidak 100% mempengaruhi kesuksesan karya seorang kreator, sudah banyak kasusnya seperti anak dari mendiang Bruce Lee, film-film nya tidak sesukses ayahnya. 

Lain lagi di dunia politik, nama keluarga atau ayah bisa menjadi modal sang anak meraih sukses, seperti nama keluarga Kennedy di Amerika, atau nama Soekarno, SBY menjadi kunci sukses karir politik anak - anaknya. 

Di keluarga Amien Rais sendiri, anak - anaknya juga memanfaatkan nama besar sang ayah untuk meraih jabatan politik, salah satu anak Amien Rais, Ahmad Hanafi Rais adalah anggota DPR dari PAN, tanpa perlu berkeringat menjadi salah satu kandidat kuat wakil DPR RI menggantikan Taufik Kurniawan, tersangka KPK. 

Pada Pileg 2019, di KPU tercatat 4 anak Amien Rais maju sebagai caleg di wilayah yang berbeda, peluang mereka untuk meraup suara besar dengan membawa nama sang ayah, pendiri PAN, tokoh Islam , mantan Ketua Muhammadiyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun