Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger ajah

blogger @ sigitbud.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balada Sebuah Impian Warga Jakarta (7)

23 Oktober 2017   09:41 Diperbarui: 23 Oktober 2017   09:54 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Situ Lembang Menteng Jakarta Pusat, sebuah oase di tengah hutan beton

Hari sabtu aku masuk setengah hari, biasanya aku narik ojek online untuk nambah uang beli susu. Lumayan hasilnya, usaha ini tak perlu modal baru asal punya motor yang sehat. Setelah mengantar penumpang ke stasiun Manggarai aku nongkrong di warung Indomie, disitu banyak 'ojekers' online.
Biasanya sambil memesan kopi hitam seharga 3000 rupiah sesama kami ngobrolin apa saja. Mulai harga BBM, motor terbaru, kebijakan bonus perusahaan, harga handphone termurah dan terbaru.


Ada satu yang menarik adalah soal 'aplikasi tuyul' yang banyak dipakai oleh ojekers online. Aku sendiri tak paham, agak sulit memahaminya, katanya dengan cara mengakali aplikasi GPS di hanphone. Sehingga order terdekat selalu digaet meski di situ ada ojekers online lainnya.
Ternyata di kalangan pengemudi online pun terjadi persaingan tidak sehat, berebut order secara tidak jujur. Fakta hal itu agak sulit dibuktikan kebenarannya.


"Anto dari tadi nggak berhenti ordernya?", kataku pada Parno yang duduk di sebelahku.
"Dia pakai aplikasi tuyul", jelasnya.


"Maksudnya?", tanyaku.
"Itu lho aplikasi khusus yang dipasang agar GPS hanphone cepat terdeteksi oleh kantor", jelas Parno.
"Ohh gitu?" , tanyaku.
"Ya, begitulah kalau mau pasang bayar 100 ribu, biasanya orangnya kesini', ujarnya.
Aku berpikir untuk pasang juga aplikasi tuyul ini, tapi untuk apa. Toh aku tidak tiap hari narik, kecuali aku rutin narik. Kalau dipikir kasian juga pengemudi online, kita mengambil rejeki orang lain yang tak lain teman kita sendiri.


"Enggak, ahhh jalani saja sedapatnya rejeki", pikirku
"Tit..tit..", notifikasi hanphone berbunyi. Ada order masuk untuk mengantar makanan dari sebuah restoran.
"Lumayan", pikirku. Order antar makan, pengemudi dapat poin lebih dibandingkan antar orang. Cuma resikonya kalau belum dibayar online lebih dulu oleh pelanggan dan saat antar makanan tidak ketemu, pengemudi nombok. 

Pernah satu kali dapat order antar makanan fiktif, alamat peng-order tidak ketemu. Terpaksa makanan yang sudah terbayar aku bawa pulang.
"Makanan darimana, Mas", tanya istriku.
"Tadi dapat order fiktif, nggak ketemu alamatnya", jelasku.
"Ohhh gitu, ya sudah kita makan sendiri, aku belum pernah makan ini", jawab istriku dengan muka cerah.


Hitung - hitung bahagiakan istri, selama ini aku belum bisa membahagiakannya. Tanti sendiri tidak pernah menuntut macam - macam, inilah yang membuat aku bersemangat untuk berjuang.


Makanan yang aku bawa pulang adalah martabak aneka rasa yang sangat terkenal, yaitu "Markobar". Gerai martabak milik anak pertama Presiden RI, Bapak Joko Widodo.


Tak habis pikir, kenapa seorang anak Presiden RI mau capek - capek bisnis makanan, kalau dia mau bisa supply catering atau ikut proyek - proyek infrastruktur bapaknya.


Mungkin sudah begitu watak keluarga Bapak Jokowi, anak - anak dididik untuk mandiri sejak kecil. Meski bapaknya menjadi pejabat dari Walikota sampai Presiden, anak pertama Presiden tak mau ikut proyek pemerintah.
Aku meluncur ke arah  sebuah restoran Cina  yang tak jauh dari lokasi nongkrong. 

Sesampainya disana aku menunjukkan kode order dan mencocokan dengan kode yang dipegang pengelola resto. Lalu pelayan restoran memberikan bungkusan plastik, aku chek alamat tujuan berada di seputaran Menteng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun