Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Apakah Orang "Berkacamata Tebal" Seperti Saya Termasuk Penyandang Disabilitas?

3 Desember 2020   10:50 Diperbarui: 3 Desember 2020   14:37 3939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar | Dokumen pribadi

Apakah orang yang memakai kacamata tebal seperti saya ini adalah termasuk penyandang disabilitas dan golongan kaum difabel?

Ya, begitulah kiranya, ketika saya seringkali bertanya pada diri sendiri, terkait apakah orang "berkacamata tebal" atau sebagai orang yang termasuk "penderita miopia berat" seperti saya ini adalah termasuk bagian dari kaum difabel ataupun penyandang disabilitas ataukah justru tidak termasuk?

Mungkin juga apa yang saya alami ini ada yang dialami juga oleh Anda yang kurang lebihnya sama kondisinya seperti saya "berkacamata tebal" atau "penderita miopia" dan sering bertanya pada diri sendiri, terkait termasuk atau tidaknya sebagai kaum difabel penyandang disabilitas.

Kemudian, tentang sebab kenapanya juga saya sering bertanya seperti di atas, ini karena tidak pernah ada orang lain disekitaran saya, bahkan termasuk juga keluarga saya, yang memberikan informasinya apakah penderita miopia seperti saya ini termasuk atau tidak sebagai penyandang disabilitas.

Jujur juga sih, saya juga nggak pernah bertanya soal itu, entahlah juga kenapa ada keengganan dari hati saya untuk menanyakannya langsung kepada orang lain.

Memang juga, dari tampilan saya yang menyandang kacamata tebal ini, justru yang seringkali saya terima adalah, ungkapan pernyataan-pernyataan yang malah tak memotivasi dan terkesan membully secara halus.

Seperti begini contohnya;

"Wah, Pak Sigit kok kacamatanya makin tebel aja nih".

"Wah, Bang Sigit minus berapa tuh, tebel amat kacamatanya".

"Jadi, Mas Sigit kalo nggak pake kacamata kabur banget atau nggak liat gitu yah"

Dan berbagai pernyataan lainnya yang kurang lebihnya sejenis.

Jujur banget sih, ungkapan pernyataan-pernyataan seperti di atas sebenarnya sangat menyakitkan perasaan dan hati saya dan kemungkinannya juga bagi Anda yang sama kondisinya seperti saya ini.

Sebab apa, saya merasa diragukan atas kemampuan diri hanya karena indera penglihatan saya yang tidak sempurna, saya merasa mereka bisanya hanya menilai kekurangan saya yang "cacat mata" ini.

Seharusnya orang "berkacamata tebal" atau "penderita miopia berat" seperti saya ini dimotivasi dengan diberikan saran dan tips bermanfaat tentang penglihatan.

Namun demikian, saya harus menyadari dan memahami, karena mungkin, itulah bentuk ungkapan pernyataan yang menjadi perhatian orang lain kepada saya.

Yang jelas, sesuai referensi literatur yang saya dapatkan terkait "penderita miopia, baik itu ringan, sedang, dan berat", maka saya ini adalah bisa termasuk bagian dari penyandang disabilitas, yaitu penyandang disabilitas sensorik.

Disabilitas sensorik adalah terganggunya salah satu fungsi dari panca indera, antara lain disabilitas netra, disabilitas rungu, dan/atau disabilitas wicara.

Artinya di sini, saya adalah termasuk penyandang disabilitas netra, yaitu adalah mereka yang masih memiliki penglihatan tapi kurang awas/low vision.

Karena tidak mampu menggunakan penglihatan untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal dan dari jarak yang normal meskipun juga harus dibantu dengan kacamata. (Mediadisabilitas.org).

Sedangkan pengertian dari miopia adalah rabun jauh, yaitu sebuah kelainan refraktif mata berupa citra yang dihasilkan berada di depan retina ketika mata tidak dalam keadaan akomodasi.(Wikipedia).

Jadi intinya, kalau disesuaikan dengan penjabaran di atas, maka secara umumnya yang dimaksud dengan penyandang disabilitas netra adalah tidak berfungsinya indera penglihatan.

Ya, itulah informasi yang bisa saya dapatkan untuk menjawab pertanyaan saya selama ini, terkait apakah orang "berkacamata tebal" atau sebagai orang yang termasuk "penderita miopia berat" seperti saya ini apakah termasuk kaum difabel ataupun penyandang disabilitas.

Mudah-mudahan juga apa yang saya ungkapkan melalui artikel ini dapat diterima dengan bijak, bahwasanya penderita miopia itu adalah termasuk juga dalam klasifikasi penyandang disabilitas.

Ilustrasi gambar | Dokumen pribadi
Ilustrasi gambar | Dokumen pribadi
Dengan maksud, agar kedepannya bisa memperbaiki stigma yang mungkin secara tak sengaja terucap ataupun terungkap kepada kami-kami yang menyandang kacamata tebal ini.

Dan secara umumnya juga, dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat dan kesadaran bersama tentang disabilitas.

Untuk menghilangkan stigma tentang penyandang disabilitas dengan selalu memberikan dukungan untuk meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan para kaum difabel.

Serta bisa memberi tempat dan kesempatan yang adil dan bijaksana dalam dunia kerja dan aktivitas dinamis yang lainnya.

Yang jelas, saya menyadarinya dengan sepenuh hati dan menerimanya secara ikhlas terkait kekurangan  fisik ataupun ketidaksempurnaan fisik terkait dengan disabilitas penglihatan yang saya sandang ini, karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.

Yang pasti, dalam rangka tetap memotivasi diri, saya selalu berupaya melakukan tindakan yang bermanfaat untuk memelihara kesehatan mata.

Seperti di antaranya adalah memproteksi atau perlindungan menghindari paparan sinar matahari langsung terhadap penglihatan terutama sinar Ultra Violet dengan menggunakan pelindung mata.

Termasuk juga perlindungan terhadap segala bentuk bahaya lainnya yang mungkin bisa mengancam penglihatan ketika sedang bekerja ataupun beraktivitas.

Berupaya memenuhi kebutuhan nutrisi mata dengan selalu berusaha untuk memenuhi asupan lutein, zeaxhantin, karoten dan berbagai mineral penting lainnya yang berfungsi menjaga kesehatan mata.

Serta yang tidak lupa juga untuk membatasi mata dari aktivitas yang berlebihan serta  konsultasi dengan dokter mata.

Yang tak kalah penting juga adalah, meskipun saya memiliki kekurangan fisik terkait dengan indera penglihatan saya ini, saya selalu berusaha dan bekerja dengan sebaik-baiknya.

Bahwa kekurangan fisik bukanlah suatu halangan dalam kehidupan, untuk selalu bangkit bila terpuruk dan tetap semangat untuk menunjukan dan membuktikan upaya terbaik diri kepada dunia.

Demikianlah ungkapan saya melalui artikel ini, mohon maaf bila ada yang kurang berkenan, semoga kiranya dapat memberi manfaat.

Salam hangat.
Sigit Eka Pribadi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun