Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kades Cantik Tewas dengan Kepala Meledak, Diduga Gara-gara Susuk Pesugihan (Bagian Kedua)

5 Oktober 2020   20:54 Diperbarui: 5 Oktober 2020   21:01 3367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar hanya sebagai ilustrasi | Dokumen Foto Via Shutterstock.com

Baiklah kalau begitu Mbah", jawab saya dengan lugas.

Saya dengan ditemani Mbah Renggo sudah hampir memasuki jembatan Puri, tapi tiba-tiba Mbah Renggo menepuk pundak saya untuk menghentikan sepeda motor.

Berhenti sebentar mas", katanya.

Kenapa Mbah", tanya saya penasaran.

Nanti kalau didepan sana ada kabut tebal dan angin sedikit kencang kemudian kamu melihat dan mendengar berbagai hal aneh, kamu abaikan saja ya, dan turuti kata-kata saya tersebut ya", kata Mbah Renggo dengan mimik muka yang serius.

Tanpa banyak kata dan bertanya lagi, langsung saya mengiyakan, dan memang saat kami berdua melintasi jembatan tiba-tiba entah dari mana datangnya, muncul kabut tebal, dan angin kencang dengan hawa dingin yang terasa hingga menusuk tulang, lalu terdengar suara aneh seperti suara cekikikan dan nampak kelebatan beberapa bayangan hitam.

Saya hampir teriak dan menghentikan sepeda motor, tapi saya teringat kata-kata Mbah Renggo untuk mengabaikannya, sambil terus berdoa kepada Tuhan saya terus maju.

Akhirnya lewat juga dari jembatan Puri, lepas dari kengerian yang membuat saya sampai bergidik dan merinding tidak karuan, memang mengherankan lepas dari jembatan Puri suasana berubah drastis suasana kembali terang, takada kabut dan normal sepeti suasana sore pada umumnya.

Singkat kata, kami sampai juga di desa Pareng, bisa jadi karena desa ini paling dekat dengan akses jalan menuju ke kota, makanya desa tersebut dinamai desa Pareng.

Setelah mengucapkan pamit kepada Mbah Renggo saya segera melanjutkan perjalanan pulang, sekarang kurang lebih hampir jam 4 sore berarti kurang lebih saya jam 9 malam sampai rumah.

Alhamdulillah, leganya, akhirnya saya tiba di rumah, selesai mandi saya berbaring ditempat tidur, dan mengingat peristiwa nyata yang saya alami tadi, termasuk peristiwa Nyai Puri yang rasanya kalau dinalar tidak masuk akal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun