Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kian Rapuhnya Parpol karena Politik "Libido Dominance"

26 November 2019   01:28 Diperbarui: 26 November 2019   01:50 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar / Dokumen Bumantaranews.com

Di Indonesia, kehadiran partai politik semestinya diharapkan mampu untuk memperkuat pilar demokrasi. Jika kinerja Parpol baik, maka pilar demokrasi akan menguat. Sebaliknya, jika kinerja Parpol buruk, maka pilar demokrasi pun akan rapuh.

Dalam pergerakan demokrasi, kehadiran Parpol memiliki peran yang sangat penting dan krusial, karena berfungsi sebagai penghimpun aspirasi bangsa, memperkuat jalinan komunikasi warganegara dengan Negara.

Parpol juga berfungsi sebagai tempat untuk membentuk calon-calon pemimpin yang akan mengisi jabatan-jabatan politik kenegaraan dan juga berfungsi mengatur konflik yang terjadi di tengah masyarakat.

Pada sisi yang lain, partai politik juga mesti mampu memberikan keteladanan dalam berdemokrasi. Termasuk Integritas para kadernya dalam menjalankan roda kepartaian, ketika, akan, dan telah menduduki jabatan politik kenegaraan.

Namun perkembangan yang terjadi di Indonesia ternyata malah semakin memprihatinkan, Parpol yang diharapkan mampu berbuat banyak bagi pilar demokrasi, secara realita yang ada, ternyata mengalami stagnasi dan kerapuhan, Parpol dinilai masih kurang kreatif dalam mengakomodir dan menerjemahkan berbagai kehendak warganegara.

Hal ini dapat dilihat dari Kurangnya figur keteladanan dari kader partai, karena ketika telah memegang jabatan-jabatan politik kenegaraan malah banyak kader tersebut tersangkut kasus korupsi.

Selain itu, ketidaktegasan parpol untuk menghadirkan kader-kader bersih yang akan diusung dalam perebutan kursi calon anggota legislatif, termasuk juga hadirnya kader-kader instan dengan kekuatan modal dan popularitas belaka, tanpa diperkuat ideologi kepartaian ataupun tanpa kaderisasi yang ketat dari partai politik.

Maka berlatar dari ini, partai politik seharusnya dapat segera berbenah dalam usaha memperkuat kembali akar demokrasi. Langkah-langkah penguatan tersebut harus segera diambil untuk menjawab berbagai kegelisahan dan keraguan publik dalam menyikapi semakin rapuhnya kinerja partai politik.

Partai politik juga harus berbenah dalam menjalankan misi politiknya, karena sampai saat ini praktek politik yang dijalankan oleh Parpol dan yang ditampilkan ke khalayak umum atau public political, ternyata semakin bias dari struktur kebermaknaan politik yang sejati.

Politik yang ada lebih condong mengedepankan idealitas yang destruktif, dialektis, dan distorsi ketimbang realisme politik, bahkan cenderung mengedepankan libidio dominance, atau hasrat hanya untuk berkuasa saja. Perkembangan politik kita berjalan di tempat, karena para elit politik maupun kadernya, masih berpatokan dengan prinsip "Menghalalkan segala cara untuk berkuasa".

Politik kerapkali memberikan suguhkan drama-drama politik yang penuh kepalsuan, layaknya tontonan yang diorganisasi sehingga berubah menjadi entertainment political atau hiburan politik dan menjadi kehilangan logika politik tuntunan yang dapat mengedukasi publik.

Sehingga politik yang digalang sudah tidak orisinal lagi karena hanya berujung pada kesemuan realitas politik, publik tidak mendapatkan apa-apa dan hanya jadi obyek politik saja dan akhirnya nanti jadi obyek kekuasaan semata.

Sejatinya ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, para elit politik, kader Parpol mesti segera bangkit untuk mendekonstruksi bangunan politik dan kembali pada tatanan paripurna sejati politik yang konstruktif, bersama-sama dalam menyuguhkan fakta, keadilan, kemanusiaan, dan persatuan yang bertumpu pada logika politik pengetahuan yang edukatif yang mengutamakan aspirasi dan kepentingan publik.

Seperti para founding father bangsa Indonesia, yang menyuguhkan politik pengetahuan untuk pembangunan sumber daya manusia yang akan menjadikan alam Indonesia sebagai tempat berjuang bersama dalam menciptakan keadilan dan kemakmuran.

Seperti itulah sejatinya keberlangsungan politik di Indonesia seharusnya dibangun. Agar dapat menemukan struktur bangunan politik yang kokoh dan dapat memaknai substansi politik untuk kehidupan bersama. Semoga saja para elit politik dan kadernya dapat menyadari ini dan kembali kepada sejatinya politik yang berkedaulatan rakyat.

Semoga tulisan singkat yang masih butuh saran, kritik dan referensi ini dapat bermanfaat.

Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun