Mohon tunggu...
mpbbutar
mpbbutar Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati hidup yang bermanfaat

RASA INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perbincangan Imajiner Jangan Maksa

3 Agustus 2018   22:45 Diperbarui: 27 April 2023   07:22 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Kita kan bukan mau pilih Ketua Adat, Ketua Suku atau Ketua Agama. Bukan parpol, tapi nekannya lebihi partai. Itu namanya maksa nyisipkan orangnya jadi Cawapres. Maksa nanam saham"

Pagi ini, saya bangun agak telat dari biasanya. Maklum, tadi malam saya banyak minum kopi. Seperti kebanyakan manusia lainnya dijaman modern ini, langsung lihat ponselnya. Tak mau ketinggalan, saya kemudian mengecek ponsel-ponsel saya. Didua ponsel berbeda, saya lihat ada miscal. Satu persatu saya cek. Ternyata telepon dari bw.

Saya langsung telepon bw. Seperti biasa, saya dan bw basa-basi tanya kabar pagi itu. Lantas saya tanya, perihal miscal di ponselku dari nomor dia. Bw kemudian membenarkan. 

Diawal bicara, bw ngaku awal dulu, ingin terima tawaran dari kw, untuk jadi Cawapresnya. "Tapi orang belakang tak mau. Partai sebelah juga tak setuju. Pakai ngancam. Macam kuat aja modal partainya. Gondok juga kadang, tapi gimana lah kan," katanya mengawali perbincangan.

Dia mengaku sekarang agak sedikit galau soal calon Wapresnya. Dirinya tidak ingin calon yang disodorkan Pekaes dan kelompok demonstran. Dia beralasan, akan memperkecil ruang dukungan dari kelompok nasionalis. Selain itu, diakui kalau pasangan dengan calon dari Pekaes, kalau terpilih, nanti sulit saat menjalankan roda pemerintahan.

"Wapres itu, tak bisa terlalu dominan diatur partai. Biar tak tersendat nanti. Calon juga tak boleh hanya diterima satu kelompok. Ngarap ormas pendukungku ini juga jangan terlalu nekan. Kita kan bukan mau pilih Ketua Adat, Ketua Suku atau Ketua Agama. Jangan karena dia pasanganku, ada elemen merasa terancam. Klo Ormas dukung, jangan nekan atau maksakan orangnya. Itu namanya maksa nyisipkan orangnya jadi Cawapres. Tak murni dukung saya Capres. Maksa nanam saham," ujar bw panjang lebar.

Diakuinya, calon pendampingnya ada beberapa orang. Tapi tentu yang akan dipilihnya yang bisa mengayomi semua suku, agama dan ras."Saya ini secara hati lebih condong, ada satu orang. Tapi enaknya gimana ya. Untuk bilang pilihan ini, agar tidak ribut-ribut diluar sana, saya tidak enak bilang. Mbok pada sadar gitulah, biar tak pusing disini," cerita bw.

Mendengar keluhan itu, saya juga sepakat. Saya sarankan, ambil pasangan yang dari kelompok nasionalis religius. Tapi bagusnya jangan yang terlalu ambisius dan banyak wacana. Cepat memutar badan membelakangi teman.

"Istilahnya, ini kalau kalian menang ya. Kalau kalah, tidak soal kan. Kalau terpilih, dia asyik beropini dan memutar argumen, tapi pembangunan stagnan, kan tak ada gunanya. Apa lagi figur yang ada hanya untuk satu kelompok," kataku, yang disambut Bowo sambil bergumam, "iya juga sih".

Tapi saya teruskan lagi, disisi lain, Dekai bisa jadi lebih menjual untuk diterima partai koalisi. Kalau perebutan antar calon partai menguat, pilihan lain ambil yang non partai. Biarpun non partai, Dekai kan lebih dekat ke Bowo sebagai pengusung dulu.

"Tapi bw-lah yang menentukan. Aku lebih enak nonton kalian aja," kataku lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun