Mohon tunggu...
Sidik Nugroho
Sidik Nugroho Mohon Tunggu... -

Guru, penulis lepas, usia 32. Suka gitar, sastra, dan sinema. Buku terbaru: 366 Reflections of Life

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Perjuangan Hidup di Samudera Pasifik

6 Desember 2012   04:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:06 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13547687641564016855

Judul film: Life of Pi | Sutradara: Ang Lee | Pemain: Suraj Sharma, Irrfan Khan, Adil Hussain | Asal, Tahun: AS, 2012 Akhirnya, saya mendapat kesempatan untuk menonton film yang sudah saya nanti-nantikan sejak berbulan-bulan lalu. Saya mungkin adalah salah satu dari sekian banyak orang yang terkesan dengan novel "Kisah Pi" karya Yann Martel. (Novel "Kisah Pi" pernah saya ulas dalam sebuah tulisan, di sini: http://tuanmalam.blogspot.com/2010/07/perayaan-yang-megah-atas-hidup.html.) Novel "Kisah Pi" karya Yann Martel diadaptasi dengan visualisasi dan plot yang sangat menawan. Secara keseluruhan, Ang Lee, sang sutradara, berhasil "menerjemahkan" novel ini menjadi sebuah film yang indah, seru, sekaligus mengharukan. Film ini secara garis besar mengisahkan perjuangan hidup Piscine Molitor Patel (Pi) di samudera Pasifik setelah kapal barang Tsimtsum yang membawa keluarga Pi dan hewan-hewan yang ada di kebun binatang milik ayahnya terbakar di laut. Setelah beberapa hari terkatung-katung, hanya Pi dan seekor harimau Bengali bernama Richard Parker yang bertahan hidup di atas sekoci. Ada beberapa adegan yang menarik dalam film ini. Pertama, bagian awal film yang berisi rekaman berbagai tingkah laku aneka hewan di kebun binatang. Hewan-hewan itu tampak lucu dan menggemaskan -- adegan ini pun menjadi pengantar yang baik sekali untuk film yang sedikit banyak berkaitan dengan tingkah laku hewan ini. Kedua, adegan saat Pi diserang badai di samudera Pasifik. Ombak raksasa, petir, juga guntur di langit -- begitu menegangkan dan membuat panik. Saat itu Pi berseru kepada Tuhan dengan teriakan-teriakan yang muncul dari perpaduan kegentaran dan kepasrahannya. Inilah adegan yang paling kuat memotret pertarungan batin Pi antara memilih bertahan hidup atau memutuskan mati. Ketiga, beberapa adegan di tengah samudera pada malam hari. Ubur-ubur di tengah laut, ikan-ikan raksasa yang seliweran di dalam laut, dan saat lautan menjadi jingga dan hening -- keindahan-keindahan itu begitu menakjubkan. Keindahan-keindahan itu membuat saya teringat pada narasi-narasi yang ada di novel Jim Lynch, "The Highest Tide". Selain itu, saya jadi teringat pada dunia yang indah bernama Pandora di film "Avatar". Dan, adegan-adegan yang paling tak terlupakan adalah ketika Pi berusaha dengan segala cara mendekati Richard Parker, sang harimau, untuk menjadikannya teman seperjuangan bertahan hidup. Hal yang kurang memuaskan di film ini adalah ketidakhadiran sosok Mr. Kumar, seorang atheis, guru Biologi Pi saat remaja. Mr. Kumar sebenarnya memiliki peran cukup besar dalam kehidupan Pi, sehingga saat dewasa Pi mengambil kuliah di jurusan Zoologi (tidak dikisahkan di film). Saya beranggapan, mungkin karena film ini memiliki pesan yang kuat tentang ketuhanan, maka sosok Mr. Kumar dikesampingkan. Sejak kecil, Pi haus akan siraman rohani. Dia pertama menganut agama Hindu, lalu Kristen, dan terakhir Islam. Kepercayaan Pi pada Tuhan, juga ditambah dengan kesukaannya berlatih renang bersama Mamaji, guru renangnya, sangat berperan dalam membuat Pi bertahan selama 227 hari di samudera Pasifik yang luas. [SPOILER ALERT: Paragraf-paragraf di bawah ini jangan dibaca kalau tidak ingin menerima bocoran akhir cerita.] Pada akhir cerita, hal yang menarik adalah adanya sodoran dua jenis cerita kepada sidang penonton. Dikisahkan bahwa Pi diwawancarai oleh dua orang Jepang sebagai perwakilan pembuat kapal Tsimtsum. Pi tampak lelah dan kehabisan akal mengisahkan 227 hari perjuangan bertahan hidupnya di tengah laut. Ia pun akhirnya mengarang cerita yang lebih sederhana. Seperti apakah cerita yang lebih sederhana itu? Itu cerita yang lebih masuk akal, cerita tanpa Richard Parker. Cerita Pi bertahan hidup bersama Richard Parker memang indah, dramatis, dan adikodrati. Cerita yang satunya lebih logis dan sederhana. Dan, penonton pun pada akhirnya bebas memilih: mau percaya cerita yang mana? Tidak ada catatan bahwa kisah Pi diangkat dari kisah yang nyata. Jadi, bilamana Anda mempercayai salah satu atau keduanya, tidak masalah. Cuma, mempercayai Tuhan tak jarang juga tidak logis. (*) Pontianak, 5 Desember 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun