LOKAK DAN PO DIO LOKAK
"(a)Po dio lokak?" Â Sapaan (sok) akrab yang biasa latah diucapkan kaum besak kecik tua muda. Orang Palembang khususnya. Istilahnya, "wong kito galo". Â Begitulah. Â Bila lama tak jumpa, tiba-tiba bertemu teman lama. Lalu mulailah tegur sapa. Â "Po dio lokak?". Latah!. Nggak ada pilihan kata. Hahhh!. Hhhhhhhhhhhh.
Yaaa... begitulah... budaya... kita, wong kito, Palembang.  Dan... mungkin ada yang bertanya-tanya. Lokak? Po dio lokak? Apa pula itu? Apa maksudnya? Maknanya? Tujuannya? Kendaknya?
Lokak, (a)Po dio  lokak, maksudnya "Apa kegiatan (usaha/kerja) kamu sekarang?". Lokak itu  artinya mirip-mirip  dengan istilah "objekan" atau "job" (berkenaan pula dengan rejeki. Misal, dapat lokak, maksudnya dapat rejeki).
Ceritanya, pertanyaan ini timbul sebenarnya semata untuk menggantikan sapaan "apa kabar", atau untuk melengkapi sapaan apa kabar itu sendiri yang sebelumnya telah diucapkan sebagai pembuka pertemuan. Apa kabar? Lalu disusul Po dio Lokak?.  Sapaan khas ini kadang  dikemuka, biasanya hanyalah sebatas basa-basi saja (bukan pula bemaksud kepo). Bahkan boleh dikata latah. Tapi, fatalnya, diksi ini kadang bisa saja jadi bumerang.Â
Tadinya bermaksud mengakrabkan pembicaraan, mencari-tema pembicaraan, biar ceritanya jadi panjang gitu loh! (maklum dah lama nggak ketemu), tapi nyatanya bisa saja jadi berbalik! .  Si teman tadi  ternyata justru buru-buru menyingkir. Minggir teratur (tak teratur tepatnya). Laaaah? Kenapa bisa begitu? Begini yaaa, coba kamu bayangkan, kalo teman lawan bicara kita tadi kebetulan sedang 'kosong', sudah lama nggak kerja, lagi nggak punya objekan,  (maka) bisa baperan dia!,  Mana pula duit sudah lama nggak masuk (nganggur terlalu lama). Kebayang `kan??? Bisa bikin dia gelagapan tau! Malu! Minder! (bikin dia kepepet, mau jawab aaapa coba??!).  Apalagi lagi. Apa lagi nih,  kitanya, kitanya yang menyapa teman tadi, saat itu sedang 'makmur', berjaya, keren, belagak, baju necis, sepatu kelimis,  lagi berduit lah kira-kira.  Hayoo? Gimana rasanya si dia. Bahkan, boleh jadi dia merasa terhina, sengaja dihina, dikiranya begitu (Naahhh...  Loohhh!  Bisa berabe kan?!). Belum tentu sih. Meski kadang ada yang begitu memang (hiks!).  Â
Tapi, ada tapinya juga sih. Meski hanya sedikit , tapi tak tertutup kemungkinan kalau  memang ada yang sengaja, atau sungguh-sungguh niatnya benar-benar bertanya. "Po dio lokak?" (maksudnya, kalau lagi sepi pengen ngajakin gabung, nawarin kerja atau bisnis). Atau, bisa pula, sebaliknya,  "Po dio lokak?". "Lagi bisnis apa kamu sekarang?", "Lagi ada kerjaan apa kamu sekarang?".  Aku ikut doong. Bagi-bagi doong.  Aku lagi nggangur nih.  Lagi buntu!  Naahh BUNTU! Apa pula itu buntu???!^%^&($&$&* Â
*sekedar gesah wong palembang yang besak kelakar (betok)Â