Mohon tunggu...
Yai Baelah
Yai Baelah Mohon Tunggu... Pengacara - (Advokat Sibawaihi)

Sang Pendosa berkata; "Saat terbaik dalam hidup ini bukanlah ketika kita berhasil hidup dengan baik, tapi saat terbaik adalah ketika kita berhasil mati dengan baik"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Sang Pendosa (AlKisah 2)

9 Februari 2019   08:27 Diperbarui: 2 Maret 2019   23:32 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

.

Kisah Sang Pendosa (AlKisah 2)

"Pembantah"

Oleh: Yai Baelah 

Langit tampak pekat di sore itu. Awan hitam bergerombol di langit sebelah timur, seolah mengolok-olok matahari yang sedang meredup dan sebentar lagi akan tenggelam ditelan malam. 

Di sisi lain, tak kalah pekatnya  asap hitam yang berasal dari tumpukan sampah yang sedang dibakar, tampak terlihat membumbung tinggi, bersaing dengan asap rokok sang Pendosa yang kala itu sedang duduk merenung sembari membakar sampah di halaman belakang padepokan gurunya.

Di tengah lamunannya, tiba-tiba sang Guru mendekati dan menepuk pundaknya. "Wahai murid ku, apa yang sedang kau pikirkan?", tanya gurunya. "Maaf guru, sebetulnya aku sedang berusaha mencari jawaban dalam renunganku tadi. Di kepalaku berputar-putar pertanyaan dan jawaban  yang tiada berkesudahan".

"Hhhmmm.... apakah sebetulnya yang sedang kau tanyakan itu? Dan  jawaban apa  yang sudah kau temukan?". Sang Guru menanggapinya dengan lembut.  

"Begini guru,  bukankah untuk menjadi kafir atau kufur itu cukuplah  hanya dengan tidak bersyukur?". Begitu retorika sang Pendosa pada gurunya. "Iya, tentunya begitu. Tapi mengapa kau masih bertanya jika kau sudah punya jawababnya?", timpal sang Guru tak mau terjebak. 

"Begini guru, dalam renunganku tadi aku  sempat memikirkan ayat tentang ancaman neraka buat hamba NYA  kafir. Dan aku khawatir jangan-jangan hamba yang kafir itu termasuk diriku".

"Ooohhh.....". Sang Guru menimpalinya singkat.

"Bagaimana guru?", tanya Sang Pendosa penasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun