Mohon tunggu...
Siauw Joen Kiong
Siauw Joen Kiong Mohon Tunggu... Pandita Buddha

Saya seorang pemuka agama, suka mengisi kelas Dhamma dan ceramah di beberapa vihara, saat ini juga sedang membina warga binaan di lapas cipinang.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Menemukan Danau Tenang di Dalam Diri

24 September 2025   15:40 Diperbarui: 24 September 2025   16:01 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Kenapa ya, hidup rasanya penuh drama terus?” Jati, seorang pekerja kreatif di kota, mengetik statusnya di media sosial suatu malam. Di balik foto kopi latte dan laptopnya, ia sering merasa hampa. Target kerja tercapai, liburan ke luar negeri pernah, circle pertemanan ada, tapi… kok tetap aja gelisah?

Di kolom komentar, seorang teman lama menulis, "Coba main ke tempat gue, deh. Ada yang mau gue kenalin."

Beberapa hari kemudian, Jati benar-benar berangkat. Ia sampai di sebuah bukit hijau yang sunyi, jauh dari notifikasi ponsel. Di sana ia bertemu Pak Tua---seorang kakek berwajah teduh yang sedang menyapu halaman.

Pak Tua menatap Jati sebentar, tersenyum, lalu bertanya,

"Capek, Nak?"

"Iya, Pak. Capek lahir batin. Kerja keras, pencapaian lumayan, tapi hati ini tetap resah. Saya pengin tenang."

Pak Tua berhenti menyapu. "Tenang itu kayak danau, Nak. Airnya cuma bisa jernih kalau dasarnya nggak terus-terusan kita aduk. Kamu sibuk nyari kebahagiaan ke mana-mana, tapi jarang berhenti ngerasain apa yang udah kamu punya."

Jati tercenung. "Jadi saya harus gimana?"

Pak Tua duduk di bangku kayu. "Tiga hal. Pertama, berhenti sejenak. Hirup udara dalam-dalam. Rasakan apa yang kamu punya. Kedua, belajar ikhlas---nggak semua yang kamu genggam harus selamanya di tangan. Ketiga, berbuat baik tanpa hitung-hitungan. Kalau niatmu tulus, hati kamu sendiri yang jadi lega."

Percakapan itu singkat, tapi kayak menyalakan lampu di ruang gelap. Jati pulang dengan perasaan baru. Ia tetap kerja, tetap nongkrong, tetap berkarya. Bedanya, sekarang dia lebih sering berhenti sejenak, mengucap syukur, dan nggak terlalu ngotot sama hasil. Ia juga mulai berbuat baik kecil-kecilan---bantu teman, jadi pendengar yang tulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun