Mohon tunggu...
Siauw Joen Kiong
Siauw Joen Kiong Mohon Tunggu... Pandita Buddha

Saya seorang pemuka agama, suka mengisi kelas Dhamma dan ceramah di beberapa vihara, saat ini juga sedang membina warga binaan di lapas cipinang.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Misteri Candi Ijo: Jejak Peradaban yang Hilang di Atas Awan By Siauw Joen Kiong

29 Juli 2025   17:25 Diperbarui: 29 Juli 2025   17:29 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Misteri Candi Ijo: Jejak Peradaban yang Hilang di Atas Awan

Misteri Candi Ijo: Jejak Peradaban yang Hilang di Atas Awan

Oleh: [Siauw Joen Kiong]

Pendahuluan: Saat Langit dan Bumi Menyatu

Di ketinggian 410 meter di atas permukaan laut, berdiri sunyi sebuah bangunan batu yang terlupakan waktu. Candi Ijo, nama yang mungkin masih asing bagi banyak orang, menjadi saksi bisu dari sebuah peradaban yang dahulu pernah hidup, mencipta, dan percaya akan sesuatu yang lebih tinggi dari diri mereka sendiri.
Jauh dari hiruk-pikuk kota dan gemerlap sorotan wisata mainstream, Candi Ijo menyimpan misteri: siapa yang membangunnya? Untuk apa? Dan mengapa di tempat setinggi ini?

Jejak yang Tak Tersampaikan

Dibangun sekitar abad ke-9 hingga ke-10 M, Candi Ijo merupakan kompleks candi Hindu tertinggi di wilayah Yogyakarta. Namun, dibandingkan “saudaranya” seperti Prambanan atau Ratu Boko, nama Candi Ijo tenggelam dalam senyap.
Yang menarik, kompleks ini dibangun secara bertingkat, dari bawah ke atas, menyerupai tingkatan semesta dalam kosmologi Hindu—dari dunia manusia (bhūr) menuju dunia dewa (svah). Setiap batu tersusun rapi, seakan ada pesan yang ingin disampaikan oleh leluhur kepada langit... dan kini kepada kita.

Potongan Misteri yang Tersisa

Berbagai prasasti ditemukan di sekitar situs, salah satunya Prasasti Poh yang berisi aturan sosial dan sistem denda. Ini menunjukkan bahwa masyarakat kala itu telah memiliki tata hukum yang teratur. Namun yang menjadi misteri, hampir tidak ditemukan catatan jelas siapa pemimpin spiritual atau penguasa yang membangun candi ini.
Ada pula simbol-simbol spiritual seperti lingga-yoni, arca Siwa, dan makara, yang menunjukkan bahwa ini bukan hanya tempat ibadah biasa, tapi juga mungkin sebuah pusat spiritual yang sangat sakral—tempat “pertemuan” antara manusia dan ilahi.

Lokasi yang Tak Biasa, Tujuan yang Luar Biasa

Mengapa membangun di puncak bukit yang terjal dan jauh dari pemukiman? Beberapa arkeolog berspekulasi bahwa tempat ini sengaja dipilih untuk keperluan ritual tertentu yang bersifat tertutup dan hanya dilakukan oleh kalangan spiritual tinggi. Lokasi yang tinggi juga diyakini memudahkan komunikasi dengan “alam atas” dan menyimbolkan pencapaian spiritual tertinggi.
Dari sini pula kita bisa melihat Gunung Merapi dengan sangat jelas—sebuah simbol kekuatan alam yang dihormati dan ditakuti. Apakah para leluhur membangun candi ini untuk bernegosiasi dengan kekuatan alam? Atau untuk menghormati roh yang mereka yakini mendiami Merapi?

Peradaban yang Menghilang

Tidak ada catatan jelas mengapa kompleks ini akhirnya ditinggalkan. Bisa jadi karena letusan Merapi, pergeseran pusat kerajaan, atau perubahan kepercayaan. Yang pasti, jejak mereka menghilang, hanya menyisakan batu yang diam namun penuh pesan.
Dan kini, kita datang sebagai penanya. Apakah kita siap untuk mendengarkan?

Relevansi bagi Generasi Hari Ini

Bagi kita, generasi digital yang hidup dalam kemudahan dan informasi instan, kisah Candi Ijo menyodorkan pelajaran penting: bahwa peradaban bisa hilang, dan kebesaran bisa terlupakan.
Namun, jika kita bersedia melihat lebih dalam, warisan leluhur ini justru memberi inspirasi. Tentang ketekunan, spiritualitas, dan keyakinan pada sesuatu yang lebih besar dari dunia material.

Penutup: Saat Batu Bicara

Candi Ijo bukan sekadar tumpukan batu di atas bukit. Ia adalah pesan yang dikirim melintasi zaman—menunggu untuk ditemukan, dipahami, dan dihargai kembali.

“Jika kamu ingin tahu siapa dirimu, lihatlah apa yang ditinggalkan leluhurmu di tempat tertinggi.”

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun