Mohon tunggu...
Michael Siahaan
Michael Siahaan Mohon Tunggu... Jurnalis - Berpikir, bekerja, bersahaja.

Apa guna membaca tanpa menulis?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku Ingin Desember Segera Berakhir

24 Desember 2016   16:25 Diperbarui: 24 Desember 2016   16:40 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Sumber gambar: http://www.notonthehighstreet.com/fortheloveofgeek/product/ho-ho-no-anti-christmas-card"][/caption]

 

Oleh Michael Siahaan

Aku ingin Desember segera berakhir. Bukan apa-apa, bulan ke-12 ini, menurutku, terlalu riuh. Seharusnya kita semua bisa tenang menyambut tahun yang baru, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Mereka malah memanfaatkan Desember untuk menabur kebencian.

Ini tidak boleh, itu tidak boleh. Jangan ucapkan selamat. Kalau dilakukan, ingat neraka. Ketika ditanya neraka mana, mereka meracau tak jelas tentang kitab dan ayat-ayat. Melantunkan omong kosong mengenai sesuatu yang hanya ada dalam bayangan, yang itu pun tak sama satu dengan lainnya.

"Kita ini pembela agama!" kata pemimpinnya sembari melancarkan kutukan-kutukan. Mereka berbeda dengan kita, kalau kalian pakai apa yang mereka pakai, murtadlah kau. Derajatmu lebih rendah dari kami. Mereka itu cuma sekumpulan makhluk tak berharga, kitalah yang utama, nomor satu.

Desember itu terlalu sumpek. Malah di tahun ini, ribuan orang melantunkan nama Dia yang katanya maha besar. Membela negara, alasannya. Bhinneka Tunggal Ika, teriaknya. Ada lagi, NKRI harga mati. Semuanya diteriakkan, lantang, keras sekali. Terdengar sampai ke pelosok, ke titik terjauh yang mungkin sama sekali tak terbayangkan.

Sayangnya, mereka sepertinya tak sadar. Ketika membuka mulut lebar-lebar untuk berteriak, bau mesiu menyengat menyebar ke mana-mana. Baunya sama seperti aroma yang dahulu pernah menguasai Indonesia, bersama dengan menyengatnya anyir darah.

Mereka kira mereka itu suci karena pakai baju putih. Serba putih, karena mereka anggap hitam terlalu ternodai untuk dikenakan. Apalagi kalau kau menggantungkan topi merah itu di kepalamu, sambil berteriak, "Hohohoho...".

Bah, kau antiagama! Itu kan dipakai mereka untuk beribadah? Itu bagian dari kepercayaan mereka. Lalu ada yang menyeletuk, "Memangnya mereka memakai itu di setiap kali mendengarkan khotbah dan meminum anggur yang sudah didoakan? Kenapa diidentikkan dengan ibadah?" Hasilnya, dia pun dicibir habis-habisan. Dituduh pengkhianat surga, imannya cetek, Tuhannya ada di ketek...

Satu lagi kenapa aku ingin Desember segera enyah. Di bulan ini, uang-uang berhamburan bersamaan dengan meriahnya diskon-diskon. Lelaki-perempuan berburu barang-barang, ada yang baru pun ada yang bekas pakai. Bagus-bagus rupanya, warna-warni pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun