Mohon tunggu...
Shyntako
Shyntako Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

A Cancerian woman who love her Taurus's son so much. I'm also a freelancer and blogger who love to write about culinary, travelling, financial, parenting, and daily life. And let's get connected https://www.yoayoproject.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Imbas Banjir Awal Tahun, Garut-Jakarta Ditempuh Selama 20 Jam

3 Januari 2020   16:12 Diperbarui: 3 Januari 2020   16:37 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat tahun baru semuanya. Awal tahun biasanya dipenuhi dengan suka cita perayaan menyambut tahun yang baru. Setiap orang memanjatkan doa dan memiliki harapannya masing-masing untuk kehidupan yang jauh lebih baik di tahun 2020 ini. 

Saya memutuskan untuk berlibur di Garut di tempat adik saya. Di sana jarang sekali terdengar gelegar kembang api yang biasanya lazim menandai pergantian tahun. Hal ini dikarenakan peraturan Pemda setempat yang melarang pesta kembang api. 

Tapi, kemarin kami cukup beruntung karena masih ada warga yang 'bandel' dan menyalakan kembang api. Lumayan hiburan ditengah acara barbekyuan sederhana kami, jagung dan sosis bakar yang cukup bikin happy dan perut kenyang.

Akhirnya, tibalah saatnya kembali pulang ke Jakarta. Seperti biasa, saya memilih moda transportasi bis yang murah meriah karena tidak sedang terburu-buru juga. Seperti perjalanan biasanya juga, saya membeli cemilan untuk iseng ngemil selama di jalan. 

Oh ya, trip kali ini saya berdua sama anak lelaki kesayangan. Untungnya, dia termasuk anak yang gak rewel selama perjalanan. Kami naik bis Primajasa jurusan Garut-Jakarta dari Terminal Guntur. Dan, tidak ada info apapun sebelumnya bahwa perjalanan kami akan terhambat dan terganggu. Waktu saat itu menunjukkan pukul 1 siang hari.

Di tol Cipularang memang sudah terlihat kepadatan arus balik tahun baru ini. Tapi, saya masih belum curiga sama sekali. Saya pikir, oh ya ini mungkin macet seperti biasa puncak arus balik setiap libur hari besar. Saya dan anak saya pun terlelap berharap ketika membuka mata kami sudah sampai di Jakarta. 

Dan kecurigaan saya pun dimulai ketika seluruh kendaraan diarahkan keluar di pintu tol Cikarang Barat. Saya mulai rajin memantau info di Twitter.  Saat itu, waktu sudah menunjukkan waktu adzan Maghrib. Kami pun mulai membuka perbekalan karena perut rasanya mulai lapar juga. 

Waktu berlalu, sudah total 10 jam kami di dalam bis dari Garut menuju Jakarta. Pegal rasanya kaki dan dinginnya AC di dalam bis membuat dorongan untuk buang air kecil makin besar. Duh, tapi ini antah berantah entah di mana. 

Ternyata, saya tidak sendirian. Penumpang lain pun mulai resah. Apalagi supir mulai sesekali mematikan AC dan mesin mobil untuk menjaga stok bbm-nya. Jujur, saya mulai agak parno karena bis AC kan biasanya jendelanya gak bisa dibuka. 

Ingatan saya langsung mengarah ke tragedi kemacetan arus mudik/balik di Brebes yang memakan korban. Berkali-kali saya bertanya dan mengingatkan anak saya jika terasa nafasnya sesak. Apalagi, mulai terdengar tangisan bayi di dalam bis yang mungkin mulai pengap juga karena mesin bis dimatikan.

Keluarga saya pun memantau lokasi saya melalui live share location di aplikasi Whatsapp. Mereka mencari berbagai bala bantuan untuk mengevakuasi kami yang juga mulai resah. Beruntungnya saya memiliki anak lelaki yang tidak rewel. Alhamdulillah sepanjang malam dia tertidur. 

Sudah sekitar 4-5 jam kami tertahan dalam kemacetan total di Cikarang. Saudara saya yang tinggal di Cikarang pun berusaha untuk menjemput dan mengevakuasi kami. Tapi, saat itu kondisinya malam dan susah menentukan titik temu karena kami berada di sisi kali dan di pinggir jalan hanya terlihat bedeng-bedeng khas Madura. 

Dan benar saja, ketika kami sudah turun bis, hujan pun kembali turun cukup deras diiringi dengan kilatan petir. Anak saya pun akhirnya ketakutan dan mulai menangis merengek untuk naik kembali ke dalam bis. Karena kondisi sedang macet total, kami pun bisa kembali ke dalam bis dengan kondisi basah, untungnya saya memberikan sebuah rompi untuk menutupi tubuh dan kepala anak saya sehingga ia tidak terlalu kuyup. 

Setelah kembali duduk didalam bis, saya pun mengganti baju anak saya yang rada basah. Dia pun kembali melanjutkan tidurnya karena merasa kembali nyaman di dalam bis. Gelisah mencari solusi lain, saya pun akhirnya terlelap setelah lelah mencari hotel terdekat untuk beristirahat sejenak daripada terjebak macet total di dalam bis.

Matahari sudah bersinar menyapa dari balik kaca bis ketika saya terjaga. Dan, tebak posisi kami dimana? Ya, benar sekali masih di Cikarang! Perut saya pun mulai perih pertanda lapar, tapi di jalan antah berantah ini susah mencari makanan. Tukang mi instan pun laris manis diserbu semua orang yang ikut terjebak kemacetan yang melelahkan ini. 

Secercah harapan datang. Papa saya menghubungi temannya yang tinggal di sekitar situ untuk menjemput saya. Seluruh penumpang terlihat pasrah sekaligus lelah. Saya pun mencoba menghubungi seorang teman yang kantornya berlokasi di sekitar area Cikarang. Dia pun segera meluncur ke lokasi saya dan menjemput kami tepat begitu bis memasuki area Cibitung. Lega sekali rasanya bisa keluar dari bis. 

Setelah sarapan di kantor teman saya tersebut, saya pun segera memesan ojek online untuk melanjutkan perjalanan ke arah rumah dengan kereta commuter tujuan Bekasi-Kota. Nggak sabar rasanya ingin segera merebahkan badan di kasur dalam kamar tercinta. 

Ojek yang kami tumpangi pun harus mencari rute karena banyak jalan yang ditutup akibat terkena musibah banjir. Papa siaga saya pun segera menjemput anak dan cucu kesayangannya di stasiun Klender Baru. Wajahnya pun terlihat kelelahan karena mungkin khawatir juga semalaman dengan kondisi kami yang terjebak macet total terlama sepanjang hidup saya.

Kemacetan total yang terjadi ini merupakan imbas dari banjir besar yang melanda Jabodetabek. Tol Cikampek pun rupanya mengalami banjir yang cukup parah. Banyak kendaraan terjebak saat banjir terjadi. Oleh karena itu, pihak Jasa Marga dan pihak berwenang pun mengalihkan arus kendaraan keluar tol Cikarang Barat dan melalui jalur non tol via Kalimalang.

Musibah banjir ini musibah kita bersama. Tidak ada manfaatnya juga hanya mencaci maki pejabat tertentu atau pemerintah. Kita harusnya fokus untuk evakuasi dan solusi penanganan banjir. Masalah evaluasi, nanti lah bisa dibahas setelah semua korban banjir mendapatkan bala bantuan. 

Tidak perlu juga sibuk berceramah bahwa ini azab. Karena sungguh, omongan seperti itu sama sekali nggak membantu para korban banjir dan yang terjebak macet total seperti saya. Kalo kita masih punya hati, yuk belajar empati terhadap duka dan kesulitan orang lain. Kalo kamu nggak bisa banyak membantu, cukup diam, atau berdoa atau bagikan informasi yang baik dan berguna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun