Malamini disebuah teras rumah yang sederhanaada seorang ayah yang bertutur pada putranya,Di samping garasi yang berisi motor tua sang bapak.
Ayah : “ Nak….dalam menjalani hidup ini alangkah baiknya engkau seperti mengendarai kendaraan”
Anak : “saya kurang jelas pak,bisa lebih diperjelas maksud bapak?”
Ayah : “ Nak, jika berkendara lihatlah spion. Itu berarti engkau harus memandang pengalaman-pengalaman yang telah engkau jumpai dimasa lalu agar apa yang telah engkau jalani menjadi pengalaman dimasa depan, dan janganlah terlalu lama melihat spion,yang ada didepan jauhlah lebih penting dan lebih berharga tentunya”
Sambil menghela nafas sang ayah melanjutkan kembali nasehatnya.
“ apabila jalan yang kau tempuh itu menanjak, kurangilah perseleningnya, itu berarti jika mengalami jalan yang berat kurangilah kebutuhan-kebutuhanmu dan bersedekahlah, hematlah menggunakan uangmu,jangan kau paksakan pola hidupmu seperti dijalan yang datar,disaat menanjak kita membutuhkan perselening 3,2 bahkan 1 pergunakanlah dia agar tanjakan itu dapat terlampaui”
“saat jalan menurun,tekanlah rem. Itu berarti kita butuh aturan,norma dan kejujuran saat engkau diuji atau dipercaya oleh orang lain,jangan engkau salahi aturan dan norma-norma itu,meskipun kita dengan menyalahi mereka kita dapat keuntungan yang bersifat semu”
“Dan disaat engkau berada dijalan yang datar,injaklah gas agar semua yang engkau harapkan dapat terwujud, maksimalkanlah semua potensi-potensimu dengan berusaha sekuat tenaga untuk berusaha. Dan yang terakhir, janganlah engkau sesali terhadap jalan yang engkau tempuh,orang lain menganggap jalanmu keliru, tetaplah berusaha dan yakin bahwa tuhan tak pernah salah membimbingmu sampai akhirnya engkau akan sampai di tujuan hidupmu”
Semarang,7 October 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H