Mohon tunggu...
Shokhibul Arifin
Shokhibul Arifin Mohon Tunggu... wiraswasta -

No time for dolanan and guyonan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menjadi Pribadi Beruntung

3 Oktober 2012   14:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:18 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Secara naluri, manusia memiliki keinginan untuk menjadi seseorang yang beruntung dan sukses,Baik itu urusan pekerjaan, profesi, perdagangan, dan lain lain. Namun beruntung yang hakiki adalah beruntungdi akhirat. Dalam Al-qur’an, Allah swt banyak menyebutkan ayat berkenaan dengan keberuntungan dan cara-caraagar bisa menjadi manusia yang beruntung.

Pada saat ini, marilah kita merenungkan beberapa firman Allah swt kaitannya dengan orang yang memeroleh keberuntungan di sisi Allah swt. Diantaranya ayat tersebut adalah dalam surat Al-Mu’minun ayat 1-11. Di ayat pertama Allah swt berfirman:Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. Pada ayat tersebut menggunakan lafadz qod, Ini menunjukkan adanya ta’kid yaitu penegasan dengan sungguh sungguh bahwa orang yang memiliki keimanan dalam hatinya termasuk dalam golongan orang beruntung. Iman kepada Allah swt adalah pondasi utama dalam beragama, sehingga keimanan kepada Allah swt sangat ditekankan dalam diri setiap muslim.

Kemudian di ayat selanjutnya Allah swt berfirman “(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya, Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, Dan orang-orang yang menunaikan zakat, Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, Maka Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada terceIa.Barangsiapa mencari yang di balik itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara sholatnya.Mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.

Iman adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan melaksanakan dengan anggota badan. Dari ayat diatas dapat dijelaskan setelah keimanan ada pada diri seseorang maka realisasi dari keimanan adalah dengan melaksanakan dan menunaikan perintah Allah, yaitu khusyu’ dalam sholat, menjauhkan diri dari perbuatan tidak berguna, menunaikan zakat, menjaga kemaluan, menjaga amanah dan janji, dan menjaga sholat. Ketika kita melakukan hal tersebut maka kita dicap oleh Allah termasuk dalam golongan orang yang beruntung.

Dalam ayat yang lain, Allah swt berfirman dalam surat Luqman ayat 1-5, “Alif Laam Miim. Inilah ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung hikmah, menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat. Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Al-qur’an adalah kitab suci umat Islam yang sudah pasti kebenarannya dan tetap terjaga keasliannya, dengan membacanya maka dihitung sebagai pahala terutama apabila memahami dan mengamalkannya. Sehingga rahmat Allah swt selalu menaungi orang yang mempelajari Al-qur’an dan mengamalkannya, dan menjadi pedoman hidup muslim dalam setiap aktifitasnya untuk berbuat kebaikan. Maka barang siapa yang berbuat demikian, kata Allah termasuk dalam kriteria orang yang beruntung.

Kriteria lain orang beruntung lain adalah orang yang beramar ma’ruf nahi munkar :“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran : 104)

Orang yang berjihad dengan jiwa dan harta :“Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan; dan mereka itulah (pula) orang-orang yang beruntung.”  (Al-Taubah : 88)

Orang yang mengikuti keputusan Rasulullah saw : ‘Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan : “sami’na wa atho’na” (Kami mendengar dan kami patuh). Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”  (Al-Nur : 51)

Orang yang berinfak : Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung.” (Al-Rum : 38)

Orang yang bertaubat : “Adapun orang yang bertobat dan beriman, serta mengerjakan amal yang shaleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung” (Al-Hasyr: 67)

Semua yang telah disebutkan di atas pada dasarnya adalah amal sholeh yang bisa menjadikan banyak pahala, dan tentunya memperberat timbangan amal kebaikan. Maka konsepnya ketika timbangan amal sholeh lebih berat dari amal keburukan maka termasuk dalam golongan orang yang beruntung.

Marilah kita senantiasa untuk melakukan amal sholeh sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Allah dan rasulnya. Agar kita menjadi orang yang beruntung di sisi Allah swt.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun