Mohon tunggu...
Shofy AinurRosyidah
Shofy AinurRosyidah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Endah Imawati Berbagi Kejurnalistikan di Sutejo Spectrum Center (SSC) Ponorogo

17 Juni 2023   20:06 Diperbarui: 17 Juni 2023   20:27 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

    Endah Imawati, selama 30 tahun berbakti di Harian Surya sebagai wartawan. Pihaknya singgah sekaligus berbagi pengalaman kejurnalistikan di Sutejo Spectrum Center Ponorogo (SSC). Peserta yang hadir dalam aula bernuansa emas dari berbagai kalangan. Mulai dari mahasiswa, divisi humas, Ibu rumah tangga, sampai sastrawan (Arafat Nur, Sutejo). 

Keluarga literasi Sutejo pun turut hadir dari anak  sulung sutejo bernama Dita, hakim sampai si kecil bernama Fatih cucu Sutejo.
    Berbagi tentang kejurnalistikan, Endah mengungkapkan wartawan bukanlah penulis berita, melainkan pencari berita, mulai dari wawancara narasumber, saksi sebuah insiden sampai terjun ke TKP secara langsung. Wanita Surabaya ini memberi tahu jelas perjuangan Harian Surya saat peralihan menjadi online.

    Diselang cerita Harian Surya ini, Endah, menjelaskan juga perihal kepenulisan jurnalistik. "Kepo dan cerewet itu modal untuk nulis". Tidak hanya dua hal itu yang diperlukan dalam jurnalistik, ada juga tiga hal lain yaitu data, logika serta transparan. Transparan dalam kepenulisan bukanlah tembus pandang seperti yang kita tahu. Namun maknanya lebih, tidak terbatas.

    Bagi wartawan informasi sekolah narasumber saja masih kurang. Wartawan akan mengulik lebih, dari siapa guru yang mengajar, siapa teman terdekat dari narasumber sampai Ibu penjual kantin pun akan digalinya. Itulah makna transparan sebenarnya, tidak terbatas hanya dengan orang tertentu saja. Mentang-mentang narasumber yang diambil dalam berita, tapi orang disekitarnya tidak dicari tahu. "Kurang!"

    Tiga jam sudah Endah  bercerita, dan berbagi pengalaman bahkan membocorkan rahasia kejurnalistikan Harian Surya. Dosen STKIP PGRI di Ponorogo, Arafat Nur, bertanya "Bagaimana penggarapan berdasar dari visual?" Jelasnya yang sederhana dari Ning Endah "Digital activity selain itu ada video juga. Saat podcast karena langsung. Maka tidak bisa asal, karena untuk menjaga image narasumber" terangnya.

   Disambung Agus Nur bertanya, simple saja apakah harus mengikuti data yang didapat tanpa diolah? Semua pasti bertanya-tanya akan hal ini. Apa kita harus 100% mencantumkan semua data yang kita dapat? Padahal ada kalanya kita juga bisa sedikit mengarang data, bukan dalam artian buruk. Selama karangan data tersebut masih bisa menguntungkan baik narasumber ataupun instansi yang berkait.

    "Harus berani keluar zona nyaman. Bukan berarti meninggalkan. Namun keluar zona nyaman untuk melebarkan zona nyaman kita" tutur sang senior harian surya. Jawaban yang tepat sasaran bagi para mahasiswa yang datang. Mahasiswa sudah pasti tidak asing dengan kata 'Zona nyaman' ini, namun memperluas zona nyaman?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun