Mohon tunggu...
Shofwan Karim
Shofwan Karim Mohon Tunggu... DR. H. Shofwan Karim Elhussein, B.A., Drs., M.A.

Shofwan, lahir 12 Desember 1952, Sijunjung Sumatera Barat. Suku Melayu. Isteri Dra. Hj. Imnati Ilyas, BA., S.Pd., M.Pd., Kons. Imnati bersuku Pagar Cancang, Nagari Balai Talang, Dangung-dangung, 50 Kota Sumbar. Shofwan, sekolah SR/SD di Rantau Ikil dan Madrasah Ibtidayah al-Hidayatul Islamiyah di Sirih Sekapur, 1965. SMP, Jambi, 1968. Madrasah Aliyah/Sekolah Persiapan IAIN-UIN Imam Bonjol Padang Panjang, 1971. BA/Sarjana Muda tahun 1976 dan Drs/Sarjana Lengkap Fakultas Tarbiyah IAIN-UIN Imam Bonjol Padang,1982. MA/S2 IAIN-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1991. DR/S3 UIN Syarif Hidayatullah-UIN Jakarta, 2008.*

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UMSB 70 Tahun: Mempertahankan Keunggulan

2 Oktober 2025   04:05 Diperbarui: 2 Oktober 2025   04:05 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shofwan Karim (Foto: Fok/Ist)

UMSB 70 Tahun: Mempertahankan Keunggulan

Oleh Shofwan Karim

(Ketua PWM Sumbar 2000-2005; 2015-2022 dan Rektor UMSB 2006-2013)

Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat-UM Sumbar (UMSB) adalah salah satu perguruan tinggi swasta tertua di Sumatera Barat yang telah berdiri sejak tanggal 18 November 1955.

Cikal bakal Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat dimulai dengan diselenggarakannya kuliah perdana untuk Fakultas Hukum dan Falsafah (kemudian menjadi Sekolah Tinggi Ushuluddin) di Padang Panjang, dengan mahasiswa angkatan pertama adalah utusan cabang dan daerah Muhammadiyah se-Sumatera Barat.

Kini  UMSB memiliki  6.500 mahasiswa, 12 Fakultas, 27 prodi, 45 doktor dan 2 guru besar. Ada Program Pascarjana S.2 Pendidikan Islam; Hukum Tata Negara; Agro Bisnis dan; Hukum Keluarga Islam(Akhwalu al-Syahshiyah). Ada satu Program S.3 Studi Islam.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat sejak tahun 1985 sampai saat ini memiliki kampus yang tersebar di 4 kota di Provinsi Sumatera Barat yakni kota Padang, kota Padang Panjang, kota Bukittinggi dan kota Payakumbuh.

Perguruan tinggi perlu mengembangkan pemikiran-pemikiran baru yang out of the box dan berbeda dengan tradisi keilmuan yang seringkali diredusir pengembangannya oleh individu tertentu yang malas belajar.

Hal ini akan mendorong transformasi perguruan tinggi sehingga program-program akademiknya mampu menghasilkan insan unggul dan berdaya saing global.

Menurut Herry Suhardiyanto Mantan Rektor IPB (2015) Pribadi unggul dapat dilihat dari karakter yang memiliki lima filosofi dasar,  yaitu: (1) memiliki kemampuan berpikir dan gemar menggali ilmu pengetahuan; (2) pandai mengambil hikmah, dan pelajaran dari setiap fenomena alam maupun sosial; (3) selalu berpegang teguh pada kebaikan dan keadilan; (4) memiliki pengetahuan luas, kritis dan teliti dalam menerima informasi, teori dan proporsional;  (5) dan mampu mengedepankan kemaslahatan umat.

Dibalik itu, menurut Fathur Rokhman, Rektror UNES Semarang, (2022) mengutip Alvin Toffler dalam Power Shift (1990) manusia unggul digambarkan dalam pergeseran zaman dan bergeser pula  kriteria manusia unggul.

Ada tiga periode perubahan besar manusia unggul. Pada periode awal peradaban manusia, manusia unggul diidentifikasi oleh kekuatan fisik, karena itulah, kelompok pemimpin hampir selalu dianggap unggul kalau kondisi tubuh-fisiknya terkuat.

Lalu, ketika manusia memasuki era pertanian, feodalisme, dan kemudian industri, sumber daya unggul di identifikasi melalui aksesnya terhadap alat-alat produksi. Pada periode ini, pemilik lahan dan pabrik menjadi SDM unggul dalam arti yang sebenarnya.

Pada awal milenium ke-21 ini, kriteria itu bergeser lagi ketika peradaban memasuki era informasi. Pada era ini, orang kuat adalah yang memiliki akses terhadap data. Inilah yang membuat dunia ini tidak lagi dikendalikan oleh para industriawan tradisional, melainkan oleh perusahaan-perusahaan teknologi berbasis data. Hipotesis ini terbukti hari ini.

Perusahaan seperti Google tidak hanya mengontrol akses pengetahuan kita, tetapi juga membentuk pandangan dunia (worldview) kita.

Facebook dengan Metaversenya WA, Instagram dan medsos lainnya bukan hanya membentuk pola interaksi pengguna, tetapi juga membentuk nilai-nilai pemakainya.

Begitu pula Multi National Cooperation (MNC) Informasi Teknologi lainnya, produk mereka membentuk selera kita. Apalagi dengan produk Artificial Inteligent (AI) atau boleh kita sebut akal imitasi (AI) lainnya. Lalu di mana letak Amal Uusaha Muhammadiyah  (PTMA) kita? UM Sumatera Barat salah satu dari 172 PTMA kita di Tanah Air yang sangat potensial.

Hari-hari belakangan ini menunjukkan sinar yang semakin cermerlang. Hampir dari segala sektor. Fisik, infrastruktur dan sarana prasarana, jumlah mahasiswa, dosen yang bergelar dokter, publikasi, dosen yang meneliti, peringkat akademik, prestasi akademik dan kegiatan kebutuhan mahasiswa, minat mahasiswa dan kesejahteraan mahasiswa-nya semakin prestatif dan seterusnya, semua sangat menggembirakan.

Lebih jauh silahkan klik searching google tentang prestasi dan posisi UM Sumatera Barat di antara ratusan Perguruan Tinggi Swasta di Sumbar.

Semuanya itu, tentu saja belum dan tidak akan memberikan kepuasan kepada kita. Pada saatnya bila lebel unggul kita sandang, upaya mempertahankan dan meningkatkannya mesti lebih hebat lagi.

Dalam kaitan itu, maka sebagaimana karakter lembaga, institusi, dan organisasi, bahkan negara, selalu ada dua pendulum. Yaitu pendulum satu yang kadang berlawanan dengan pendulum dua.

Saya ingin menyebutnya sebagai cluster (gugus) atau pihak yang loyal-progresif dan konstruktif sebagai pendulum satu. Dan cluster atau pihak yang loyal-krititikal konstruktif sebagai pendulum kedua.

Bahasa mudahnya, ada pihak yang loyal kepada lembaga dan pimpinan dengan bekerja keras dan konstruktif. Dibalik itu ada yang loyal kepada Lembaga dan pimpinan tetapi sangat kritis, tentu juga kontruktif. Cluster satu tadi biasanya sebagian besar bekerja dalam diam. Cluster dua bekerja dalam hiruk pikuk ktitis dan vokal terhadap lembaga dan pimpinan.

Bagaimana menjaga keseimbangan kedua pendulum tadi untuk kemajuan UM Sumatera Barat? Semua berkumpul dan berkolaborasi. Disitulah peran Pimpinan UM dan  Badan Pembina Harian (BPH) mewakili Muhammadiyah sebagai persyarikatan sangat strategis dan urgent.

Kedua komponen dan eksporen itu berjahit dan berkelindan dengan bijak, kreatif dan inovatif mempersuasi seluruh civitas akademika (Dosen, Tendik dan Mahasiswa) secara dinamis dan konstruktif untuk menjalankan dan mencapai tujuan seuai VISI Menjadi Universitas unggul berbasis kearifan lokal dalam pembinaan IMTAQ dan pengembangan IPTEK untuk kesejahteraan umat.

Selamat Milad 70 Tahun UM Sumatera Barat, semoga selalu diberkahi-Nya dan terus maju membawa keunggulan.***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun