"Kecil kecil pelupa" begitu biasanya ia dijuluki, entah itu lupa dengan tempat mainan, lupa membawa tugas sekolah, lupa apa yang dikatakan temannya , lupa lupa dan lupa . Sebenarnya apa yang terjadi?
Lupa adalah suatu reaksi normal yang terjadi kepada kebanyakan manusia, baik orang dewasa maupun juga anak anak, dalam prespektif psikologi belajar, lupa (Forgetting) merupakan hilangnya kemampuan untuk mengungkapkan kembali apa yang telah kita terima atau yang telah kita pelajari sebelumnya.
Secara sederhana Gulo (1982) dan Rober (1988) mendefinisikan bahwa lupa merupakan ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari/ dialami, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya sistem informasi dan pengetahuan yang sebelumya telah ada dari akal manusia.
Banyak sekali faktor yang menyebabkan lupa seperti akibat dari informasi yang telah tersimpan lama dalam memori dan tidak digunakan , ada pula yang lupa karena terganggu oleh informasi lain yang ada didalam memori otaknya . Lalu bagaimana jika lupa terjadi pada anak?
Anak yang sering bahkan cenderung pelupa , umumnya mendapati hambatan dalam melakukan berbagai aktivitas kesehariannya, baik dengan keluarga , guru, maaupun teman mainnya.
Dalam gejala psikologis, bahwa lupa merupakan salah satu indikasi adanya gangguan konsentrasi/ hiperaktivitas. Apabila kemunculannya terjadi selama 6 bulan berturut-turut sebelum menginjak usia 7 tahun maka tidak ada intervensi, berbeda ketika mereka telah berumur 7-10 tahun, sebab pada saat itu pengalaman yang terjadi pada mereka kian bertambah, begitupun juga bertambah luas.
Pada usia tersebut anak juga beralih dari dunia egosentris menuju ke dunia yang lebih objektif hampri seperti dunia orang lain pada umumnya,. Disamping itu, baik keluarga, sekolah dan juga lingkungan pergaulan yang lebih luas berpengaruh terhadap akal dan daya pikir serta daya ingat mereka, direntang usia ini pula anak mulai mampu melakukan aktivitas sendiri, seperti menari, karate, senam dan sebagainya.
Sebab hal yang sangat mengasyikan dan membuat mereka antusias ada pada rentang usia ini, namun minat mereka masih tercekam oleh oleh unsur - unsur yang memegang peranan penting ( fantasi, petualangan, dan lainnya).
Lambat laun unsur kritik mulai muncul pada diri mereka, jika diperhatikan mereka seperti lebih mengoreksi peristiwa nya, kemudian juga mulai menghayatinya. Nahh, hal inilah yang membuat anak anak akan meloncat kedepan. Sebagian dari mereka telah mampu untuk menghadapinya, siap menampung pengetahuan dan juga pengalamannya, namun juga masih banyak yang belum siap/mampu.
Hal ini tentunya didasarkan juga pada pendampingan dan didikan kedua orang tuanya, anak anak yang telah mampu bertambah pengetahuan/ingatan, berarti telah dipupuk oleh orang tuanya berupa kedisiplinan, tata tertib dan aturan lain yang diterapkan.