Mahasiswa KKN Tematik Pemberdayaan Masyarakat Gelombang 114 dari Prodi Biologi Hasanuddin University mengenalkan pemanfaatan limbah sayuran pertanian dan limbah sayuran rumah tangga menjadi biokompos dalam program kerja di Desa Erelembang, Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa, pada 25 Juli 2025. Kegiatan ini bertujuan mendukung pertanian ramah lingkungan dan mengurangi sampah organik desa.
Program ini penting karena di wilayah pertanian seperti Desa Erelembang, limbah organik berasal dari dapur dan lahan pertanian yang tidak layak diperjual belikan  sangat melimpah namun belum optimal dikelola karena hanya menuju tempat pembuangan padahal dapat menjadi pupuk alami yang dapat dimanfaatkan kembali. Biokompos menjadi solusi praktis dan ekonomis yang sesuai dengan keadaan masyarakat desa.
Kegiatan dimulai dengan sosialisasi metode pembuatan biokompos, diikuti praktik langsung di lapangan Dusun Simbang. Peserta yang sebagian besar berasal dari petani dan ibu-ibu PKK yang dengan antusias mencacah sisa sayuran, mencampurnya dengan EM4, gula, air, serta menumpuknya dalam komposter sederhana dengan galon bekas.
Tim mahasiswa melempar pertanyaan dan dengan antusias warga menjawab dengan benar. "Limbah yang tidak boleh digunakan yaitu limbah berminyak, limbah dari hewan, dan limbah plastik" ungkap Pak Najamuddin. Dilanjutkan salah seorang kader desa dari kalangan ibu-ibu menyampaikan "kompos dikatakan berhasil yaitu ketika berwarna cokelat hingga hitam, limbah menyatu dengan tanah, dan tidak berbau" petanda warga memperhatikan teori yang disampaikan.
Setiap 3-5 hari dilakukan pengecekan pada kompos dan dilakukan pengadukan untuk memperlancar proses sirkulasi udara dan mencegah kebusukan pada kompos. Hingga pada waktu fermentasi kurang lebih 4 pekan didapatkan kompos yang tidak bau, limbah sayuran telah menyatu dengan tanah, dan berwarna cokelat meskipun masih terdapat bahan cokelat (daun kering) yang belum terurai.
Inisiatif mahasiswa KKNT 114 Unhas ini diharapkan dapat menjadi model penerapan teknologi sederhana berbasis biologi di desa, sekaligus perkuat upaya pertanian organik. Ke depan, model biokompos ini bisa diadopsi secara luas di desa-desa lain di wilayah Gowa. Jika belum dapat di produksi dalam skala besar untuk pertanian setidaknya dapat dipergunakan untuk tanaman hias yang terdapat di halaman rumah warga.
Dengan pendekatan partisipatif, edukasi serta praktik langsung, program biokompos di Desa Erelembang bukan hanya berfungsi sebagai solusi pengelolaan limbah, tetapi juga sebagai jalan menuju kemandirian lingkungan dan pertanian yang lebih sehat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI