Mohon tunggu...
Shobrina Alya Muthmainnah
Shobrina Alya Muthmainnah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Elektro, Universitas Airlangga

I am student at Airlangga University, Faculty of Advanced and Multidisciplinary Technology, majoring in Electrical Engineering.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Integrasi Teknologi AI dalam Sensor Elektrokimia untuk Mendeteksi Polutan Lingkungan

29 April 2024   20:03 Diperbarui: 29 April 2024   20:07 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber dari imagesee.biz 

Polusi udara di Indonesia mengandung banyak gas yang berbahaya, terutama untuk kesehatan. Paparan gas tersebut berupa Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Nitrat Oksida (NO), Tar, dan Nikotin. Proses pencemaran udara ini tentu mempunyai dampak yang bersifat negatif, utamanya pada gangguan pernapasan.

Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan teknologi yang maju. Pada era ini, teknologi kecerdasan buatan (AI) dan sensor elektrokimia mulai digabungkan untuk menciptakan sistem yang lebih efisien dan akurat dalam mendeteksi polutan lingkungan. Integrasi ini melibatkan penggunaan algoritma AI yang canggih dalam memproses dan menginterpretasikan data yang dikumpulkan oleh sensor elektrokimia.

Sensor elektrokimia ini digunakan dalam bidang lingkungan untuk mendeteksi polutan, seperti logam berat dan gas beracun. Sistem ini bekerja dengan mengukur perubahan listrik yang disebabkan oleh reaksi kimia antara polutan dan elektroda dalam sensor. Namun, data yang dihasilkan oleh sensor ini dapat sangat kompleks dan sulit untuk diinterpretasikan.

Dengan menggunakan algoritma belajar mesin, AI dapat diajar untuk mengenali pola dalam data dan membuat prediksi yang akurat mengenai konsentrasi polutan dalam sampel. Hal ini membuat proses deteksi menjadi lebih cepat dan akurat, memungkinkan timbal balik yang lebih cepat dalam merespons pencemaran lingkungan.

Selain itu, integrasi AI dan sensor elektrokimia juga dapat membuka peluang untuk pengembangan alat yang lebih canggih dan otomatisasi proses deteksi polutan. Misalnya, sistem yang dapat digunakan dalam drone atau robot yang dapat secara otomatis memantau kualitas udara atau air dan memberikan data real-time kepada tim manajemen lingkungan.

Meskipun integrasi teknologi AI dalam sensor elektrokimia menjanjikan, terdapat beberapa masalah yang perlu diatasi. Salah satunya adalah pengolahan data sensor yang sulit dan kalibrasi dengan tepat. Dengan mengembangkan teknologi AI ke dalam sensor elektrokimia memiliki potensi besar untuk meningkatkan pemantauan lingkungan dan membantu mewujudkan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah lingkungan.

Referensi

Andrianto & Muhammad Rival. (2018). Sistem Sensor Gas Elektrokimia yang Diimplementasikan pada Arduino Due. Jurnal Teknik ITS, Vol 7. No 2.

Shobrina Alya Muthmainnah, Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Airlangga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun