Alhamdulillah sejak tanggal 29 Juni 2019 saya akhirnya berkesempatan mengukir jejak di negeri Benazir Bhutto (Pakistan) setelah mendapatkan undangan mengikuti program NUST's Internship Programme for International Student (NIPIS) 2019 yang diikuti oleh total 51 mahasiswa asing dari 26 negara di belahan dunia, untuk perwakilan dari Indonesia terdapat 2 orang mahasiswa yaitu penulis dan Fahru Reza Arifni, sedangkan mahasiswa lainnya ada yang berasal dari Austria, Indonesia, Mesir, Tiongkok, Perancis, Polandia, Ghana, Turki, Spanyol, Swedia, Sudan, dll.
Beragam fasilitas dan kemudahan yang saya dapatkan seperti akomodasi, transportasi, agenda kunjungan ke berbagai landmarks dan pusat industri, makanan yang disediakan di hostel secara gratis, dan mendapatkan uang saku (stipend) dari NUST.Â
Proses magang saya sendiri akan melakukan short-time research di School of Social Sciences and Humanities (S3H) NUST berfokus kepada human development and gender studies. Saya berharap, dengan mengikuti program ini saya punya banyak kesempatan untuk mengenal keberagaman dan bertukar pikiran dengan orang dari berbagai negara lain khususnya tentang bahasa, budaya, dan isu-isu sosial yang ada di Pakistan.
Bagi saya pribadi, yang menjadi daya tarik Pakistan untuk dikunjungi berasal dari budaya yang menarik, wisata belanja murah, dan keramahan orang-orangnya. Hal tersebut mungkin bisa menjadi gambaran bagi teman-teman yang penasaran dan suatu hari ingin berkunjung ke Islamabad Pakistan.
Ketika saya menanyakan perihal penjagaan yang begitu ketat tersebut kepada salah seorang mahasiswa lokal yang menjemput saya di bandara, dia menjawab bahwa hal itu merupakan bentuk kewaspadaan dan solusi pemerintah Pakistan untuk memastikan keamanan negara dari beragam hal yang bisa mengancam stabilitas negaranya.Â
Hal tersebut memang tidak terlepas dari pemberitaan media yang acap kali "lebay" dan bahkan beberapa yang terkesan menakutkan, sehingga terciptalah image bahwa kondisi Pakistan saat ini tidak aman untuk dikunjungi. Padahal tidak sepenuhnya berita tersebut benar adanya, anggapan mengenai Pakistan merupakan area konflik bahkan sarang teroris mungkin hanya benar di kawasan tertentu.
Kalaupun terjadi, kemungkinan besar berlangsung di daerah perbatasan dan termasuk wilayah konflik seperti Darra adam kheir, Swat, FATA, sebagian wilayah balochistan, dan beberapa kota yang di provinsi KPK (Khyber Pakhtun Khwa ), tapi sekarang sudah semakin berkurang karena pengamanan dari tentara semakin ketat.