Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya yang menyimpan sejuta kisah sejarah dan warisan nenek moyang. Di antara deretan situs budaya yang tersebar di kota ini, Museum Sonobudoyo menjadi salah satu destinasi yang wajib dikunjungi bagi siapa saja yang ingin memahami lebih dalam kekayaan budaya Jawa. Terletak di kawasan yang strategis, tak jauh dari titik nol kilometer dan Keraton Yogyakarta, museum ini bukan hanya tempat menyimpan benda kuno, tetapi juga ruang hidup yang merekam denyut sejarah dan peradaban Jawa dari masa ke masa.
Sejarah Singkat Museum Sonobudoyo
Museum Sonobudoyo resmi dibuka pada 6 November 1935 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Pendirian museum ini diprakarsai oleh Java Instituut, sebuah lembaga kebudayaan Belanda yang kala itu memiliki perhatian besar terhadap pelestarian seni dan budaya Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Gedung museum dirancang oleh arsitek Belanda Ir. Thomas Karsten, seorang tokoh penting dalam dunia arsitektur kolonial yang terkenal karena desain bangunan yang adaptif terhadap budaya lokal.
Museum ini awalnya menjadi tempat penyimpanan koleksi-koleksi budaya dari berbagai daerah di Jawa dan Bali. Setelah kemerdekaan Indonesia, pengelolaan museum sepenuhnya berada di bawah pemerintah Indonesia, dan kini berada di bawah naungan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koleksi yang Kaya dan Bervariasi
Museum Sonobudoyo menyimpan lebih dari 43.000 koleksi yang terdiri dari berbagai jenis benda budaya dan sejarah. Koleksinya mencakup berbagai bidang seperti arkeologi, etnografi, numismatik, filologi, keramik, hingga seni rupa. Salah satu daya tarik utama adalah koleksi wayang kulit dan topeng tradisional yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Di bagian arkeologi, pengunjung dapat menemukan peninggalan dari masa pra-sejarah hingga era Hindu-Buddha, termasuk arca-arca kuno, prasasti, dan peralatan batu. Ruang etnografi menampilkan beragam alat musik tradisional, pakaian adat, senjata pusaka seperti keris, hingga perlengkapan rumah tangga tradisional.
Museum ini juga menyimpan manuskrip-manuskrip kuno berbahasa Jawa dan Sansekerta, termasuk naskah-naskah penting seperti Serat Centhini, Serat Wedhatama, dan berbagai lontar kuno yang menjadi saksi kejayaan literasi masyarakat Jawa di masa lalu.
Arsitektur yang Memikat