Mohon tunggu...
shinta tiresa
shinta tiresa Mohon Tunggu... Vocational Teacher

Baking is Refreshing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dalil Prosser dan Realitas Vokasi di Indonesia: Membangun SDM Perhotelan Unggul di Tengah Tantangan

27 Mei 2025   14:30 Diperbarui: 27 Mei 2025   14:07 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Pelatihan Upskilling dan Reskilling Guru Perhotelan berstandar Industri 

Pendidikan vokasi, sebagai tulang punggung penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang terampil, memegang peranan krusial dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Di Indonesia, upaya peningkatan mutu pendidikan vokasi terus digalakkan, salah satunya dengan merujuk pada praktik terbaik dari negara maju seperti Inggris. Filsafat Prosser, dengan 16 dalilnya, telah lama menjadi landasan kokoh bagi pengembangan strategi pembelajaran vokasi yang efektif, menekankan relevansi langsung dengan dunia kerja. Namun, mengadaptasi dalil-dalil ini ke konteks Indonesia, khususnya pada kompetensi keahlian perhotelan, bukanlah tanpa tantangan. Artikel ini akan mengulas beberapa dalil kunci Prosser dan menganalisis realitas implementasi serta tantangan yang dihadapi dalam membentuk SDM perhotelan yang unggul di Indonesia.

Dalil Prosser: Pilar Pendidikan Vokasi yang Relevan

Charles A. Prosser, seorang pelopor pendidikan vokasi, merumuskan 16 dalil yang menjadi pedoman fundamental. Beberapa dalil yang sangat relevan untuk konteks perhotelan dan tantangannya di Indonesia adalah:

1. "Pendidikan kejuruan akan efektif jika lingkungan belajarnya mirip dengan lingkungan kerja yang sesungguhnya." (Dalil 1)

  • Relevansi: Di industri perhotelan, lingkungan kerja sangat dinamis dan membutuhkan adaptasi cepat. Ruang front office, kamar tamu, dapur, atau restoran adalah "laboratorium" sesungguhnya bagi siswa perhotelan.
  • Tantangan di Indonesia: Banyak SMK perhotelan masih menghadapi keterbatasan sarana dan prasarana. Teaching factory atau mini hotel di sekolah seringkali belum sepenuhnya mereplikasi fasilitas hotel bintang. Peralatan yang usang, kurangnya simulasi software manajemen hotel yang canggih, hingga keterbatasan consumable membuat praktik siswa jauh dari standar industri sesungguhnya. Keterbatasan ini menghambat siswa merasakan atmosfer dan tekanan kerja riil.

2. "Pendidikan kejuruan akan efektif jika peserta didik dilatih dalam kebiasaan berpikir dan berbuat sebagaimana yang dibutuhkan oleh pekerjaan." (Dalil 7)

  • Relevansi: Selain keterampilan teknis, industri perhotelan sangat menuntut soft skills seperti keramahan, empati, problem-solving, inisiatif, dan ketahanan mental. Pembentukan etos kerja profesional adalah esensial.
  • Tantangan di Indonesia: Penekanan kurikulum seringkali masih cenderung pada hard skills saja, mengabaikan aspek pembentukan karakter dan kebiasaan kerja yang krusial. Guru yang minim pengalaman industri mungkin kesulitan menanamkan etos kerja dan pola pikir yang sesuai. Lingkungan belajar yang kurang simulatif juga gagal menciptakan "tekanan" yang membangun kebiasaan kerja profesional.

3. "Pendidikan kejuruan akan efektif jika instruktur memiliki pengalaman yang memadai dalam pekerjaan yang akan diajarkan." (Dalil 12)

  • Relevansi: Seorang guru perhotelan idealnya adalah mantan hotelier berpengalaman yang memahami dinamika industri, teknologi terbaru, dan tantangan di lapangan. Pengalaman praktis ini akan memperkaya proses pembelajaran siswa.
  • Tantangan di Indonesia: Mekanisme magang atau attachment guru ke industri hotel secara berkala belum terlembaga dengan baik. Kesenjangan antara gaji di sektor industri dengan gaji guru seringkali membuat praktisi terbaik enggan beralih profesi. Akibatnya, banyak guru mungkin tidak memiliki update terbaru mengenai praktik dan teknologi di industri perhotelan, yang berdampak pada kualitas pengajaran.

4. "Pendidikan kejuruan akan efektif sejauh ia memanfaatkan seluruh alat dan perangkat yang tersedia dalam pengajaran dan pelatihan yang berdaya guna dalam bidang yang akan diajarkan." (Dalil 16)

  • Relevansi: Penggunaan teknologi informasi terkini, software manajemen hotel, aplikasi mobile untuk reservasi, hingga simulasi VR untuk pelatihan layanan adalah keniscayaan di industri perhotelan modern. Pembelajaran harus memanfaatkan semua ini.
  • Tantangan di Indonesia: Anggaran yang terbatas menghambat pengadaan alat dan teknologi terkini. Adopsi software manajemen hotel berlisensi penuh atau penggunaan simulasi VR masih belum merata. Jika ada, seringkali guru belum terlatih maksimal dalam mengintegrasikan teknologi ini secara efektif dalam pembelajaran. Keterbatasan akses internet yang stabil di beberapa daerah juga menjadi kendala.

Menuju Perhotelan Vokasi Unggul di Indonesia

Mengimplementasikan dalil-dalil Prosser secara optimal di Indonesia membutuhkan upaya kolaboratif dan terencana:

  1. Investasi Infrastruktur: Pemerintah perlu mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk modernisasi fasilitas dan peralatan di SMK perhotelan, memastikan ketersediaan teaching factory yang benar-benar mereplikasi lingkungan kerja.
  2. Kemitraan Industri yang Mendalam: Perluasan dan penguatan link and match antara SMK dan industri perhotelan tidak hanya sebatas magang, tetapi juga melibatkan industri dalam penyusunan kurikulum, guest lecture, hingga program up-skilling bagi guru. Hotel-hotel besar diharapkan lebih proaktif dalam menjadi "mitra belajar" yang strategis.
  3. Peningkatan Kompetensi Guru: Fasilitasi program magang industri yang terstruktur dan berkala bagi guru-guru perhotelan. Mendorong sertifikasi profesi bagi guru, serta memberikan insentif yang menarik agar praktisi terbaik tertarik menjadi pendidik.
  4. Kurikulum Adaptif dan Berbasis Proyek: Kurikulum harus lebih fleksibel, responsif terhadap tren industri, dan berfokus pada proyek-proyek riil yang memadukan hard skills dan soft skills. Pembelajaran harus mendorong critical thinking dan problem-solving dalam konteks pelayanan tamu.
  5. Pemanfaatan Teknologi Digital: Integrasi teknologi informasi dalam setiap aspek pembelajaran, mulai dari software manajemen hotel, platform e-learning, hingga simulasi VR/AR untuk pelatihan, harus menjadi prioritas.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun