Yogyakarta, Minggu, 22 Juni 2025--- Sabtu sore kemarin (21/6), Hutan Pinus Sari Mangunan, Dlingo, menjadi saksi magis konser alam terbuka berjudul Kidung Pertiwi oleh Yogyakarta Royal Orchestra (YRO). Acara ini dipersembahkan Kawedanan Kridhamardawa Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menyambut Hari Musik Dunia 2025 sekaligus ulang tahun keempat YRO .
Gerbang dibuka sejak pukul 14.00 WIB, berbarengan dengan bazar UMKM lokal yang menghidupkan suasana. Udara sejuk dan kabut tipis di tengah rerimbunan pinus membentuk panggung alami untuk penonton yang memadati area. Panggung utama, Telaga Mardigdo, menyuguhkan harmoni antara musik orkestra dan alam semula jadi.
Konser dimulai pukul 15.30 dan berakhir sekitar pukul 18.00 WIB. Pada pembukaan, hadir prosesi simbolis pemotongan tumpeng tiwul oleh KPH Notonegoro, Penghageng Kawedanan Kridhamardawa, yang juga didampingi keluarga dan warga Keraton, termasuk GKR Hayu. Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, Pj. Sekda DIY Aria Nugrahadi, serta jajaran Forkopimda DIY turut hadir mendukung jalannya acara.
Tema konser ini menggambarkan kecintaan pada alam dan mengangkat peran perempuan sebagai "Ibu Pertiwi". Lagu-lagu yang ditampilkan memiliki nuansa lokal dan nasional, dengan inti pesan tentang pelestarian lingkungan serta penghormatan pada wanita. Dari makna "kidung" sebagai nyanyian dan "pertiwi" sebagai tanah air, rangkaian musik ini digelar sebagai bagian dari sinergi antara seni, budaya, dan keberlanjutan pariwisata.
Sebanyak 12 judul repertoar dibawakan: 9 lagu orkestra dan 3 lagu acapella. Beberapa lagu orkestra termasuk "Kodok Ngorek", "Concerto Kidung Pamuji", "Jenang Gula", "Lanang Tenan", "Balungan Kere", hingga "Concerto Pertiwi". Untuk format acapella, Yogyakarta Royal Choir menyertakan "Kidang Talun", "Pucung & Lindri", dan "Lela Ledhung".
Dipimpin konduktor MJ. Manggalawaditro, penampilan diiringi sinden Nyi ML. Larasati, violinis Riana Heath dan MJ. Cokrowaditro, serta klarinetis MJ. Jatmikowaditro. Solois tamu Ndaru dari group Ndarboy Genk memberikan sentuhan istimewa, terutama saat lagu "Koyo Jogja Istimewa" membuat penonton tak kuasa untuk berdendang dan bergoyang meriah. Suasana semakin memukau saat penonton menyalakan senter dan lampu ponsel, menambah atmosfer malam yang hangat dan interaktif.
Selain musikalitas yang memikat, konser ini juga dipusatkan pada pelestarian kawasan hutan. Penonton diimbau untuk tidak merokok, menyalakan smoke bomb, dan membawa alas duduk agar tidak merusak tanah hutan pinus.
Dua karya baru, "Concerto Kidung Pamuji" dan "Concerto Pertiwi", mendapat sorotan khusus karena menjadi persembahan perdana di Mangunan setelah sukses diperkenalkan di Jakarta bulan April lalu. Meski konser tidak disiarkan langsung, penikmat musik tetap bisa menikmati keseluruhan penampilan melalui siaran tunda di kanal YouTube Kraton Jogja.
Konser "Kidung Pertiwi" sukses menampilkan kombinasi estetika antara alam, budaya, dan musikalitas kelas tinggi. YRO tak hanya mempertunjukkan orkestra, tetapi juga memberikan pengalaman emosional dan reflektif tentang cinta tanah air, penghormatan kepada perempuan, serta kesadaran lingkungan. Dengan lokasi hutan pinus yang syahdu, konser ini menjadi tradisi tahunan yang selalu dinanti. Besar harapannya, kemasan seperti ini bisa semakin memperkuat citra Yogyakarta sebagai kota budaya serta memperkaya destinasi wisata berbasis seni dan alam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI