Mohon tunggu...
Cahaya
Cahaya Mohon Tunggu... Lainnya - Dualisme Gelombang-Partikel

Penyuka pohon johar, cahaya matahari, dan jalan setapak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rahasia Umur Panjang

29 Juni 2017   07:02 Diperbarui: 29 Juni 2017   07:10 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tembakau di desa Wombo selalu tumbuh subur dari tahun ke tahun. Sesuatu yang membuat sebuah perusahaan rokok nasional sengaja bertandang untuk mendirikan pabrik rokok di kemudian hari. Beberapa orang akan datang ke rumah-rumah warga dan mengaku sebagai pembeli tangan pertama, yang menaruh minat pada lahan tembakau mereka. Beberapa percaya begitu saja lantas menyerahkan kebun tembakaunya dengan harga murah. Ada pula yang cukup cerdas dan meminta untuk mengolah kebunnya sendiri dan pihak perusahaan hanya perlu terima hasil kebun saja.

Salah satu yang cukup cerdas adalah Mangge Toto. Meski dia tidak merokok, kebun tembakau di bawah gunung miliknya adalah salah satu yang paling luas. Jika tiba masa panen, dia membebaskan siapa saja untuk memetik daun tembakau miliknya. Jika ingin menjualnya, kalian bisa pergi ke desa Siboalong, para perokok di sana akan membelinya dengan harga yang pantas. Namun tetap saja, jarak antara Wombo dengan Siboalong yang cukup jauh membuat beberapa orang memilih menanam tembakau untuk dikonsumsi sendiri.

Waktu itu belum satu pun pabrik rokok yang mau membeli daun tembakau. Pabrik yang baru saja ingin didirikan itu, di kemudian hari akan menjadi satu-satunya pabrik rokok di kota ini, jika saja wabah itu tidak datang dengan tiba-tiba.

Setelah kesepakatan yang tidak begitu berbelit dengan para pemilik kebun, tetua adat, dan pemerintah daerah, lokasi pabrik pun ditentukan. Beberapa alat berat didatangkan dari luar kota untuk membuka lahan hutan, bakal lokasi pabrik nanti.

Belum juga menyalakan mesin alat berat, tanda-tanda wabah itu telah lebih dulu datang. Kerumunan serangga hitam beterbangan di sekitar alat berat. Semakin hari jumlah mereka semakin banyak. Hari-hari selanjutnya, serangga yang baru pertama kali ditemukan di Wombo itu mulai memasuki pedesaan. Beberapa warga berusaha mencari cara melenyapkan serangga dengan pengasapan, namun semua sia-sia. Jumlah mereka semakin hari semakin bertambah.

Satu persatu warga tumbang oleh serangga hitam berukuran lebih kecil dari nyamuk itu. Mulai dari Papa Toni, Papa Ima, Mama Fira, dan yang terakhir Mangge Lon. Kesemua orang saat itu terbaring kaku layaknya pasien koma, dengan seluruh tubuhnya diselimuti oleh serangga hitam.

Hari selanjutnya, Papa Roy, Mama Tina, Tante Ona, dan beberapa anak sekolah juga diserang. Demikian seterusnya serangga hitam itu mendatangi rumah warga lantas mengerumuni mereka, membuat mereka kaku bagaikan mayat. Anehnya yang diserang oleh serangga hitam itu hanyalah orang-orang yang tidak merokok. Mengetahui kenyataan ini, beberapa orang dari golongan kumba paha akhirnya ikut menghirup rokok meski harus bersusah payah menahan sesak napasnya sendiri.

Mangge Toto adalah salah satu dari kelompok yang terakhir diserang. Awalnya orang tua itu mengira orang-orang yang dihinggapi serangga tersebut menjadi tidak sadarkan diri. Rupanya mereka hanya kaku sebab tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya. Meski demikian, indra pendengaran dan penciuman mereka masih berfungsi. Sedang indra penglihatan terkunci oleh serangga hitam yang mendiami kelopak.

Di hari berikutnya, Mangge Toto mendengar jeritan orang-orang rumah disertai bau asap yang sangat tajam.

"Panas!"

"Tolong!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun