Dakwah adalah salah satu ajaran utama dalam Islam. Fungsinya untuk menyampaikan, menjelaskan, dan mengajak manusia menuju kebenaran. Awalnya, dakwah hanya dipahami sebagai kegiatan praktis, yaitu menyampaikan pesan agama. Namun, seiring perkembangan zaman, dakwah mulai dipelajari secara ilmiah. Dari sinilah lahir yang disebut filsafat dakwah, yaitu kajian yang membahas dasar, tujuan, dan metode dakwah secara lebih mendalam. Dengan mempelajari sejarah filsafat dakwah, kita bisa melihat bagaimana perannya dalam membentuk ilmu dakwah di masa kini.
Sejarah Filsafat Dakwah
1. Masa Klasik (Zaman Rasulullah SAW dan Sahabat)
Pada masa Nabi Muhammad SAW, dakwah dilakukan secara langsung melalui teladan, nasihat, dan dialog yang penuh hikmah. Nabi selalu menyesuaikan cara berdakwah dengan kondisi orang yang diajak. Saat itu belum ada teori dakwah tertulis, tetapi nilai-nilai filsafat dakwah sudah terlihat jelas dari praktik beliau dan para sahabat.
2. Masa Pertengahan (Abad Kejayaan Islam)
Di masa kejayaan Islam, muncul tokoh-tokoh besar seperti Al-Farabi, Ibn Sina, dan Al-Ghazali. Mereka memang tidak menulis khusus tentang filsafat dakwah, tetapi pemikiran mereka tentang etika, logika, dan akhlak menjadi dasar penting dalam pengembangan dakwah. Misalnya, Al-Ghazali banyak menekankan pentingnya akhlak dan kebijaksanaan dalam menyampaikan ajaran Islam.
3. Masa Modern (Gerakan Pembaruan Islam)
Pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20, lahir tokoh-tokoh pembaharu Islam seperti Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Mereka menekankan bahwa dakwah harus rasional, ilmiah, dan berperan dalam membangkitkan umat dari keterpurukan. Dakwah tidak hanya ritual, tetapi juga alat untuk memperbaiki masyarakat dan membangun peradaban Islam.
4. Masa Kontemporer (Dakwah sebagai Ilmu)
Di era sekarang, dakwah dipelajari lebih sistematis di perguruan tinggi Islam. Filsafat dakwah dijadikan mata kuliah dasar yang menegaskan dakwah sebagai ilmu tersendiri. Pendekatannya juga lebih luas, tidak hanya dari sisi agama, tetapi juga melibatkan ilmu komunikasi, sosiologi, psikologi, bahkan manajemen. Dengan begitu, dakwah lebih relevan dengan kondisi masyarakat modern.
Kontribusi Filsafat Dakwah terhadap Ilmu Dakwah
1. Ontologis (hakikat dakwah)
Filsafat dakwah membantu menjelaskan apa itu dakwah, siapa yang menjadi pelaku dan objeknya, serta ruang lingkupnya.
2. Epistemologis (cara mengetahui dakwah)
Filsafat dakwah menjelaskan bagaimana ilmu dakwah diperoleh, baik melalui wahyu, akal pikiran, maupun pengalaman nyata, sehingga cara mempelajari dakwah lebih kaya.
3. Aksiologis (tujuan dakwah)
Filsafat dakwah menegaskan bahwa dakwah tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga membentuk akhlak dan memperbaiki kehidupan masyarakat.