Mohon tunggu...
Shintya Kusuma Adji
Shintya Kusuma Adji Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Warna Segudang Makna: Psikologi Warna dalam Film "Budi Pekerti"

15 Desember 2023   10:45 Diperbarui: 15 Desember 2023   10:47 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ada satu hal menarik dalam film Budi Pekerti yang sedang tayang di bioskop-bioskop Indonesia di awal November 2023 ini. Selain tema yang mengangkat isu kejamnya pemanfaatan kecanggihan teknologi dan media sosial oleh masyarakat; banyaknya netizen bermoral rendah; serta pengeksekusian yang apik baik dari akting para pemain, penyuguhan plot, maupun sinematografi, keberadaan warna-warna nyentrik dalam film Budi Pekerti ini pun bukan elemen yang bisa diabaikan begitu saja. Pasalnya, warna dalam film bisa menjadi kode yang menyimpan makna atau pesan tersirat untuk mendukung unsur-unsur lalin dalam film.

Film merupakan rangkaian potongan gambar bergerak yang disatukan menjadi kesatuan utuh hingga membentuk suatu cerita. Film selain sebagai sebuah seni, juga termasuk bagian dari komunikasi penting dalam mengirim dan menerima pesan di sebuah kelompok masyarakat. Bahasa biasanya menjadi unsur utama untuk berkomunikasi dan penyampaian informasi, serta tidak terbatas hanya dalam aksara atau pun dialog. Dalam praktek bermain peran, pesan dapat disampaikan pula melalui elemen lain seperti gestur/gerak tubuh, ekspresi, alat/properti, hingga gambar dan warna. Aksara, dialog, dan elemen-elemen lain yang telah disebutkan ini merupakan sebuah simbol (lambang) atau tanda-tanda yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan baik mengenai hal konkret maupun abstrak. Warna menjadi hal yang begitu penting pada film. Menurut studioantelope.com, warna dalam film dapat membantu dalam menjelaskan karakter, membantu jalannya naratif, memberi sentuhan efek dramatik, menegaskan ide, dan mempengaruhi emosi penonton.

Dalam psikologi, warna memiliki hubungan atau keterikatan dengan suasana hati, yang berarti setiap warna memiliki arti emosional. Penelitian mengenai hal ini telah dilakukan seperti oleh Louis B.Wexner pada tahun 1945 atau oleh Frank H. Mahnke, psikolog asal Amerika pada tahun 1996. Film Budi Pekerti pun berusaha menyampaikan pesan-pesan pendukung yang diselipkan melalui warna-warna dalam filmnya. Jika kita perhatikan, mulai dari poster hingga beberapa properti seperti seragam sekolah Bu Prani, masker, dan otoped milik keluarganya didominasi oleh warna kuning dan biru. 

Dilansir dari kompas.com, Wegas; sutradara dari film Budi Pekerti mengungkapkan saat Gala Premiere-nya bahwa warna tersebut terinspirasi dari sampul salah satu buku pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) tahun 1990 yang memiliki warna kuning dan biru. Ini sesuai dengan tema film yang mengangkat isu moral di antara masyarakat. Lebih dari itu, warna kuning dan biru menjadi simbol yang dapat dimaknai lain jika dilihat dari segi psikologi.

Haller, K menulis dalam bukunya The little book of colour: How to use th psychology of colour to transform your life, warna kuning menjadi warna terkuat dalam psikologi. Karakteristiknya yang menjadi paling cerah dan terang di antara warna-warna yang lain, dapat memicu respon emosional. Hal ini berdampak pada sistem saraf yang kemudian mentransimiskan sinyal ke dan dari otak ke seluruh tubuh. Warna kuning juga mampu merangsang aktivitas mental, dan menghantarkan aura kehangatan, kebijaksanaan, optimisme, dan kebahagiaan. Selain itu, pengetahuan serta idealisme disimbolkan oleh warna kuning.

Pengetahuan dan idealisme, berkaitan erat dengan sosok Bu Prani yang merupakan seorang guru BK dengan idealisme menjunjung tinggi budi pekerti yang baik. Bu Prani teguh pada caranya mengajar dengan sistem “refleksi” untuk merenungi kesalahan atau penyimpangan sikap yang dilakukan murid-muridnya. Baginya, refleksi merupakan cara paling tepat dan efektif untuk para murid dalam memberi pelajaran budi pekerti. Meski terkesan keras, Bu Prani memastikan agar muridnya tetap dalam perasaan bahagia selama menjalankan refleksi tersebut.Sifat Bu Prani yang memancarkan semangat optimisme, kebahagiaan, dan keceriaan di hadapan orang-orang, terutama di lingkungan sekolah juga sesuai dengan simbol warna kuning yang melekat pada seragam sekolahnya. Ini juga dapat diartikan bahwa penuh optimisme serta semangat harus selalu ada dalam proses menimba ilmu. Perasaan bahagia juga penting, sebab kebahagiaan dapat membantu penalaran manusia berjalan lebih logis dan analitis. Pun mengenai budi pekerti itu sendiri sejalan dengan makna bijaksana dari warna kuning. Dengan budi pekerti dan moral yang baik, seseorang dapat menjadi lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan. Manusia dapat lebih berhati-hati serta selalu menggunakan akal budi dalam menghadapi segala keadaan. 

Meski begitu, kuning dengan karakternya yang sangat mencolok, membuatnya menjadi warna yang paling melelahkan bagi mata karena memiliki banyak cahaya yang bisa dipantulkan. Besarnya perasaan energik atau emosi yang intens justru dapat memancing frustasi hingga perasaan marah. Emosi negatif inilah yang dirasakan juga oleh Bu Prani dari awal hingga penyelesaian film. Tokoh Bu Prani yang dari awal tengah frustasi dengan kondisi ekonomi keluarga dan kesehatan mental suaminya, masih harus dihadapkan dengan kesalahpahaman yang menyangkut dirinya dengan netizen media sosial. Bahkan amarah Bu Prani yang tak terkendali di awal cerita menjadi pemicu utama konflik utama dalam film Budi Pekerti.

Selain warna kuning sebagai simbol, ada pun selanjutnya warna biru yang tak kalah banyak menyimpan makna dalam cerita. Jika kuning lebih berpengaruh pada emosional, maka Haller, K dalam bukunya mengatakan bahwa biru dapat mempengaruhi respon mental seseorang yang menangkap warna tersebut. Warna ini dapat dikaitkan dengan kedamaian, ketenangan, dan harmonisasi. Dari film Budi Pekerti, ditunjukkan bahwa ketiganya bisa didapat dalam lingkungan yang rukun dan saling menghormati, dengan Bu Prani yang coba membentuk hal tersebut melaluii pelajaran budi pekerti dan refleksi yang dia terapkan. 

Namun, penggunaan warna biru di film ini lebih ditekankan pada kesedihan, kesendirian, dan kesunyian. Di beberapa poster promosinya, ada Bu Prani yang nampak mengenakan seragam sekolah berwarna biru, serta Bu Prani yang berdiri berlatar belakang biru. Ini bisa dimaknai bahwa tokoh Bu Prani menjadi objek utama yang dirundung kesedihan. Dia seorang diri melawan netizen-netizen media sosial yang tidak terhitung jumlahnya. Dia juga harus sendirian bertarung dengan idealisme dan pendiriannya untuk menghadapi situasi Bu Prani sekeluarga terhadap sosial media.

Kehadiran warna kuning dan biru sebagai detail kecil di dalam film berhasil menambah poin plus untuk karya sutrada Wegas ini. Entah disengaja atau tidak, adanya warna-warna yang begitu kontras dengan latar lain di sekitar tokoh ini, berhasil mendukung serta memperkuat penyampaian emosi atau pesan kepada para penonton. Film Budi Pekerti menjadi salah satu film yang sarat makna dan amanat, sehingga sangat layak untuk ditonton oleh masyarakat dari berbagai kalangan.

Shintya Kusuma Adji

Mahasiswa FIB UNPAD Sast

ra Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun