Mohon tunggu...
Shesar
Shesar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pemuja Pramoedya

Selanjutnya

Tutup

Money

[Serial Entrepreneurship] Segmentation, Target, and Position

6 Januari 2012   03:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:16 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mari menjadi entrepreneur ^_^ (sumber : shutterstock.com)

Rasanya diri saya ini pelit jika tidak membagi ilmu tentang entrepreneurship yang saya dapat selama enam semester lebih kuliah di bidang manajemen. Apalagi ada pendapat bahwa berbagi ilmu itu juga termasuk sedekah, dan lagi sedekah itu diganjar pahala berlipat-lipat banyaknya. Oleh karena itu, mulai sekarang saya niatkan untuk berbagi ilmu entrepreneurship yang saya dapat dari bangku kuliah, memperhatikan bisnis teman, orang-orang terkenal, maupun hasil diskusi dengan teman dan kenalan. Yang paling pertama akan saya bahas adalah perihal paling mendasar dari sebuah bisnis. Apa itu? Saat memulai bisnis maka hal yang harus anda perhatikan paling pertama adalah mau dijual kemana produk kita? Maka dari itu konsep dasar yang penting untuk diketahui dan dipahami adalah STP (Segmentation, Target, Position). Segmentation Pengertian mengenai segmentasi kerapkali tercampur baur dengan target. Penjelasan sederhana mengenai segmentasi adalah memilah-milah pasar bisnis anda berdasar kategori tertentu. Misalnya anda memilahnya berdasar usia, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, gaya hidup, tempat tinggal, dan lain-lain. Target Nah kalau target, maka berdasar segmentasi yang sudah ditentukan maka kita memilih mana saja dari segmen itu yang akan jadi sasaran produk kita. Sebagai contoh saya akan menganalisis produk keripik pedas Maicih :

Keripik pedas tersukses... (sumber : twitter.com/#!/infomaicih)

Usia                 : 15-30 tahun Jenis kelamin  : laki-laki dan perempuan (kalau menyasar semua, maka ga usah dibikin segmentasi, oke?!) Pendapatan     : > Rp 1,000,000/bulan (tau sendiri kan harga Maicih cukup mahal?) Pekerjan          : Pelajar, Mahasiswa, Karyawan usia muda Pendidikan      : > SMP Gaya Hidup     : Suka nyemil, suka makanan pedas Tempat Tinggal : Bandung (awal kemunculan Maicih) Position Ini adalah bagaimana anda menempatkan produk anda di mata pelanggan? Apakah sebagai produk yang paling murah? Produk yang paling berkelas? Yang pelayannya paling bagus? Paling eksklusif? Atau paling gampang didapat? Pada kasus Maicih, si pemiliknya, Axel, dengan cerdik menempatkan Maicih sebagai keripik pedas yang berkelas (karena harganya premium). Sekedar tahu, harga keripik pedas sejenis, dengan rasa yang tak kalah enaknya, bisa didapat dengan harga antara Rp 16,000-22,000/kg. Bandingkan dengan Maicih yang harganya Rp 12,000-20,000/bungkus ukuran 250 gram! Jauh sekali bukan? Axel juga membuat Maicih menjadi keripik yang ‘punya sensasi seru’ untuk bisa mendapatkannya. Maicih tidak bisa dibeli di sembarang tempat, ia hanya dijual oleh Jenderal yang lokasinya hanya bisa dilacak jika kita mengikuti timeline @infomaicih. Dan saat bisa mendapatkan apa yang kita cari setelah susah payah berusaha pasti ada rasa puas tak terkira bukan? Salut dan dua jempol buat kecerdikan Axel ^_^

<><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>

Jika anda salah dalam menentukan STP ini, bisa jadi bisnis anda tidak akan awet, kecuali hoki anda kelewat gede. Sebagai contohnya, tidak semua orang suka barang berharga murah! Menjual barang berharga murah (meskipun kualitasnya apik) kepada orang golongan menengah ke atas adalah blunder karena barang anda akan dianggap murahan. Maka dari itu, jika ingin menyasar pasar menengah ke atas, juallah barang premium yang harganya cukup wah. Contoh kesalahan lainnya adalah membuka terlalu banyak cabang. Cerita dari dosen saya, dulu orang membeli brownies Kartika Sari bukan cuma karena rasanya yang enak, tapi juga menikmati sensasi ngantri yang cukup panjang. Sekarang ini brownies Kartika Sari malah bisa didapat di pinggir jalan Cihampelas, diantar ke rumah pun bisa. Kata dosen saya, beberapa orang justru lebih suka mengantri karena begitu mendapatkannya ada perasaan seperti mendapat bonus di hati. Ya bisa dibilang hal ini relatif bagi tiap orang, tapi hal ini bisa membuat anda memiliki pelanggan yang setia. Coba lihat betapa ngefansnya beberapa orang terhadap produk Apple. Mereka merasa bangga karena produk Apple bersifat eksklusif, software Apple hanya akan jalan di hardware Apple, tidak pasaran kalau kata mereka. Nah berani mencoba jurus ini?

Berani eksklusif? (sumber : Apple.com)

Ya sekian dulu bahasan entrepreneurship untuk kali ini, insya Allah saya akan menulis bahasan serupa seminggu sekali, semoga lancar jaya, dan ayo mulai menapak jalan menuju entrepreneur sejati! ^_^


©Shesar_Andri (6/1/12)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun