Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Stadion GBK Sepi, Tamparan Keras bagi PSSI

16 November 2011   01:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:37 1403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Stadion Gelora Bung Karno (GBK) selama ini dikenal angker bagi tim tamu. Namun, hal tersebut tak berlaku saat tim nasional Indonesia senior menjamu Iran, dalam laga lanjutan Pra Piala Dunia 2014 Zona Asia Grup E, Selasa (15/11) kemarin. Keheningan stadion besar dan megah itu justru meruntuhkan mental pemain kita sendiri. Indonesia dilibas 1-4 oleh Team Melli.

[caption id="attachment_143880" align="aligncenter" width="600" caption="Stadion GBK sepi senyap"][/caption]

Pertandingan melawan Iran memang sudah tidak menentukan bagi timnas. Apapun hasilnya, peluan Indonesia untuk melanjutkan perjuangan lolos ke PD 2014 sudah tertutup. Dalam empat pertandingan sebelumnya, skuad asuhan Wim Rijsbergen tak sekalipun bisa meraih poin.

Sejatinya, laga melawan Iran tetaplah penting. Harga diri bangsa dipertaruhkan di sana. Alih-alih memberikan dukungan, fans timnas justru hilang entah kemana saat dibutuhkan. Bambang Pamungkas cs. yang secara teknis memang di bawah Iran akhirnya benar-benar tak mampu memberikan perlawanan.

Minimnya suporter pada laga tersebut mungkin sudah bisa diprediksi. Tapi saya tidak menyangka jika stadion GBK akan benar-benar sepi seperti kemarin. Ironisnya, tim Iran justru sudah menyiapkan puluhan spanduk yang dipasang mengelilingi lapangan. Melihat pemandangan tersebut sepertinya justru kita yang sedang bertandang ke Teheran.

Kejadian kemarin berbeda 180 derajat dibanding saat timnas U-23 berlaga di ajang Sea Games. Riuh rendah dukungan penonton terdengar jelas tatkala Egi Melgiansyah dkk menghadapi Thailand, Minggu (13/11). GBK yang berkapasitas 80ribu-an nyaris penuh. Dari satu laga ke laga lainnya, jumlah penonton terus bertambah. Diprediksi jumlahnya akan terus meningkat jika Indonesia sukses menembus babak final.

Hal ini menunjukkan bahwa suporter kadung patah arang kepada timnas senior. Sejak dilatih Rijsbergen, timnas belum sekalipun tampil memuaskan. Jika ukurannya prestasi, Alfred Riedl, Peter Withe maupun Ivan Kolev mungkin tidak lebih baik. Tapi setidaknya, publik sempat menaruh asa pada mereka lantaran tim yang dipimpin menunjukkan permainan yang baik dan menjanjikan.

Saya tidak bermaksud menjadikan Wim seorang sebagai kambing hitam. Tanggung jawab terberat memang ada di pundak pelatih, tapi peran para pemain juga tidak kalah sentral. Satu hal yang pasti, PSSI harus melakukan evaluasi menyeluruh.

Ini juga bukan berarti harus mendepak semua pemain senior lantas menggantinya dengan skuad Garuda Muda yang sedang berlaga di Sea Games. Kebijakan yang emosional seperti itu tak akan membuahkan hasil maksimal. Cara berpikir instan sudah harus dienyahkan.

Timnas U-23 memang harus dimatangkan dengan cara memberi kesempatan luas bertanding di ajang internasional selepas Sea Games usai. Tapi, eksistensi timnas senior juga harus dipertahankan. Tim inilah yang kelak akan menjadi terminal selanjutnya bagi pemain timnas U-23 yang satu per satu akan melampaui usia 23 tahun.

[caption id="attachment_143881" align="aligncenter" width="610" caption="Kemana hilangnya keangkeran Stadion GBK?"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun