Mohon tunggu...
Sheila Rebeca
Sheila Rebeca Mohon Tunggu... -

Journalism student

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Rama Pradja: Abdi Dalem Rangkap Guru Macapat

23 September 2017   23:05 Diperbarui: 24 September 2017   11:07 2502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.tagtung.com

Kenal dengan macapat? Kalau berasal dari Jawa dan Bali, kalian pasti tahu hal ini. Macapat adalah puisi tradisional Jawa yang setiap baitnya dibacakan dengan cara bernyanyi. Tak hanya sebuah karya sastra, setiap tembang atau lagu dari macapat ini juga memiliki makna tersendiri. Mendengar namanya, pasti akan terpikirkan kesan kuno dan sangat ketinggalan zaman. Meskipun begitu, hingga sekarang ini, masih banyak kok yang mau belajar macapat.

Sekolah khusus macapat

Di Kraton Yogyakarta, ada sebuah sekolah khusus macapat bernama Pamulangan Sekar KHP. Kridha Mardawa. Letaknya ada di depan persimpangan pintu masuk Kraton Yogyakarta, tepatnya di Jalan Rotowijayan 03. Sekolah ini didirikan dengan tujuan untuk mengajarkan terlebih melestarikan budaya Jawa, khususnya macapat di lingkungan Kraton.

Plang Sekolah Macapat | Sumber: Dokumentasi Pribadi
Plang Sekolah Macapat | Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dengan tiga pengajar yang ada, yaitu Rama Pradja Suwarsono, Rama Dwija Cipta Wandawa, dan Rama Jaya Atmaja, yang merupakan abdi dalem Kraton Yogyakarta sekaligus alumni dari sekolah macapat ini. Hal ini dikarenakan gaya yang diajarkan dalam sekolah macapat ini adalah gaya Kridha Mardawa atau gaya dengan cengkok khas Kraton. Pengajaran juga berdasarkan oleh apa yang dulu diterima para pengajar waktu masih belajar di sini.

Merupakan sekolah milik Kraton Yogyakarta

Dulu, sekolah ini bertempat di rumah-rumah pengajarnya. Mulai tahun 1960, sekolah macapat menetap di Kraton atau di rumah dinas abdi dalem Kraton yang mengurus bagian kesenian. Karena merupakan lembaga milik Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, segala biaya operasional seperti listrik dan honor pengajar semuanya dibiayai oleh Kraton.

Siswa di sini terbagi dalam beberapa generasi: lansia, dewasa, hingga anak-anak. Asalnya pun juga berbeda-beda, ada yang dari Jogja, luar Jogja, bahkan luar negri seperti Jepang, Belanda, Kanada, dan Inggris. Profesi dari murid di sini juga beragam, mulai dari pelajar sekolah, mahasiswa, pegawai, pensinan, ibu rumah tangga, petani, hingga buruh.

Suka, belajar, lestarikan

Tujuan utama Kraton menyelenggarakan sekolah macapat ini adalah untuk melestarikan dan mengembangkan budaya, khususnya tembang-tembang macapat.

"Kalau tidak kami lakukan siapa lagi yang akan melestarikan budaya? Jangan sampai budaya Jawa, khususnya macapat ini diakui bangsa lain." terang Rama Pradja.

Jika ingin belajar di sini, kita tidak akan dipungut biaya karena Kraton berharap setelah lulus dari sini, murid-murid bisa mengembangkan dan mempraktekkan apa yang ia dapatkan. Karena pada dasarnya, budaya itu perlu dipelajari dan diterapkan, baru kemudian dilestarikan. Tembang-tembang macapat ini juga memiliki filosofi dalm kehidupan di mana menggambarkan kehidupan manusia dari lahir sampai mati, bahkan dari sebelum lahir hingga sesudah mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun