Mahasiswa Giat 12 Universitas Negeri Semarang ubah minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi. Program kerja tersebut dilaksanakan pada Kamis (31/7/2025) di Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.
Minyak jelantah merupakan minyak dari sisa hasil penggorengan yang biasanya dihasilkan dari kegiatan memasak dalam rumah tangga. Peningkatan kebutuhan terhadap minyak goreng berakibat pada peningkatan potensi pencemaran lingkungan oleh minyak jelantah. maka dari itu dibutuhkan pengolahan agar tidak menjadi limbah dan mencemari lingkungan. Pemanfaatan kembali minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi merupakan salah satu solusi alternatif untuk mengurangi tingkat pencemaran.
Siapa sangka minyak jelantah atau limbah dapur yang seringkali kita sepelekan dapat di ubah menjadi lilin aromaterapi yang menarik dan bisa kita jual. Melalui program kerja Mahasiswa Giat 12 Universitas Negeri Semarang minyak-minyak bekas tersebut di sulap menjadi produk menarik dan tentunya memiliki nilai tinggi.
Program ini bukan hanya tentang inovasi produk, tetapi juga sebagai edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya daur ulang limbah. Mereka percaya bahwa hal-hal kecil dapat membawa perubahan besar contohnya melalui program kerja ini.
“Di kelurahan ini biasanya banyak warga lebih memilih menjual minyak jelantah langsung bahkan seringkali dibuang begitu saja tanpa memanfaatkannya. Melalui program kami ini ingin menunjukan bahwa dengan memanfaatkan limbah rumah tangga tersebut menjadi lilin aroma terapi dapat membuka peluang usaha baru karena dari limbah ini dapat menjadi produk bernilai ekonomi tinggi,” ujar Diah Ayu Aprila Ningsih, salah satu penanggung jawab dari program kerja kelompok tersebut.
Kegiatan ini diselenggarakan dengan menggandeng sekelompok ibu-ibu PKK (Pengabdian kepada Masyarakat) tingkat kelurahan. Para mahasiswa bekerja sama dengan ibu-ibu PKK untuk mengadakan lokakarya dan pelatihan. Tujuannya adalah untuk membekali masyarakat dengan keterampilan dan pengetahuan. Selama pelatihan, peserta diajarkan langkah-langkah mulai dari pengumpulan minyak jelantah, lalu merendam dengan bahan kimia, mencampurkan dengan pewarna crayon dan essentional oil, hingga menuangkan ke dalam cetakan dan membiarkan lilin mengeras pada suhu ruang. Proses ini dibuat agar mudah dipahami sehingga ibu-ibu PKK bisa mempraktikan sendiri dan juga dapat menciptakan pelung usaha baru.
“Memang betul biasanya di beberapa RW kelurahan Tingkir Lor belum memanfaatkan minyak jelantah, sebagian dipilah dan dikumpulkan terlebih dahulu baru dijual, dengan adanya program kerja pemanfaatan dari anak-anak mahasiswa giat 12 ini memotivasi dan memberikan pengetahuan baru yang bisa meningkatkan pendapatan keluarga karena hasil dari produk ini dapat dijual dan ini akan dijadikan kegiatan rutin PKK mbak,” ujar salah satu ibu PKK.
Lilin aroma terapi yang dihasilkan tentunya memiliki kualitas yang baik dan aroma yang beragam seperti vanilla, lavender, jasmine dan kopi. Produk-produk ini kemudian dapat dipasarkan di bazzar local maupun melalui online shop. Hasil dari penjualan lilin ini dapat mendukung program keberlanjutan lainnya dan dapat mendukung UMKM sekitar.
Dengan keberhasilan program ini, Mahasiswa Giat 12 Universitas Negeri Semarang telah menunjukan bahwa kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dapat menghasilkan solusi untuk masalah lingkungan tidak hanya memberikan manfaat praktis tetapi juga menanamkan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan dan kemajuan ekonomi masyarakat. Program ini diharapkan akan menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk terus berinovasi dan berkontribusi secara positif demi masyarakat.