Musik itu sangat penting untuk menentukan seperti apa sih identitas sebuah generasi. Kalau dulu anak muda asyik dengan pop dan rock di tahun 90-an, hari ini panggung musik Indonesia sudah diambil alih oleh fenomena yang namanya Dangdut Kontemporer. Genre yang sering dibilang musik 'kampungan' atau 'pinggiran' ini sudah berubah total, menjadi semacam gaya atau gerakan yang berbeda dari yang lain bagi generasi sekarang. Melihat dari satu sisi, dangdut ini dapat semua orang bisa berekspresi tanpa membeda-bedakan orang. Tapi di sisi lain, ketenarannya membawa beban berat apalagi kalau liriknya jadi makin terbuka dan terlalu vulgar.
Dangdut sekarang, yang kita kenal sebagai Hip-Hop Dangdut, bukan cuma soal gendang tabla. Musik ini sudah jadi campuran genre yang enerjik dan berani. Ditambah beat elektro yang cepat, suara yang kuat, dan susunan musik yang keren, dangdut sukses memikat telinga anak muda yang biasa dengar EDM, K-Pop, atau musik luar negeri.
 Memanfaatkan media sosial mulai dari TikTok, YouTube, sampai Spotify berhasil mengubah keadaan di industri musik dan memberikan lagu-lagu viral yang tersebar tanpa batas. Anak muda tidak cuma jadi penonton pasif karena mereka juga ikut aktif melalui tren cover dan remix, yang membuat dangdut jadi milik bersama dan makin interaktif.
Ketenaran dangdut gen Z atau yang kerap dikenal dengan HIPDUT juga hebat karena ia bisa jadi pemersatu berbagai kalangan. Di berbagai macam acara, musik dangdut menciptakan tempat berkumpul yang jujur, terbuka, dan tidak membeda-bedakan orang.
Kekuatan utamanya ada pada lirik berbahasa daerah terutama Jawa. Dangdut berhasil memberikan pelampiasan emosi, menyuarakan pengalaman cinta, dan masalah sehari-hari dengan bahasa yang paling mudah diterima dan dekat dengan pendengarnya. Oleh karena itu, musik ini jadi identitas yang merayakan emosi, humor, dan kekhasan daerah secara terbuka.
Masalah Lirik yang Terlalu Blak-blakan dan Tanggung Jawab Karena Terkenal
Perubahan dangdut tidak cuma di musiknya, tapi juga pada liriknya yang makin berani. Jika  dangdut zaman dulu memakai kiasan atau sindiran untuk menyampaikan kritik sosial atau cinta, dangdut sekarang memilih jalan yang lebih "blak-blakan," bahkan seringnya terang-terangan dan vulgar.
Masalah lirik yang terlalu terbuka ini perlu kita perhatikan. Beberapa lagu yang lagi hits di kalangan anak muda sekarang menggunakan pilihan kata yang langsung merujuk pada kekecewaan yang sangat kasar, perselingkuhan, bahkan kata-kata makian. Ketika sebuah lagu yang liriknya menganggap biasa hubungan yang tidak sehat atau kata-kata yang tidak pantas didengar oleh jutaan anak muda dan jadi musik sehari-hari mereka, ini akan membawa pengaruh besar pada masyarakat.
Kepopuleran dan mudahnya akses di media sosial, berpotensi mempengaruhi bahasa dan perilaku tertentu di kalangan remaja. Ironisnya, karena musisi dangdut jenis ini sangat terkenal, konten lirik ini jauh lebih punya pengaruh daripada kritik yang muncul. Musik seharusnya jadi cerminan budaya, tapi para musisi juga punya tanggung jawab untuk tidak cuma meniru hal-hal yang vulgar, tapi juga menjaga nilai bahasa dan sopan santun yang mereka sampaikan.
Musik dangdut sekarang adalah bukti nyata budaya yang beda dari yang lain, dan ini harus kita rayakan karena keren dan tidak membeda-bedakan orang. Ia adalah identitas anak muda yang dinamis. Tapi, keberanian gaya ini harus diimbangi dengan kesadaran akan dampak ke masyarakat dari setiap lirik yang mereka buat. Tantangan bagi musisi muda dangdut adalah mencari titik tengah yakni tetap jadi diri sendiri dan "merakyat" tanpa harus mengorbankan kualitas pilihan kata dan tanggung jawab moral kepada jutaan penggemar yang tumbuh besar dengan lagu-lagu mereka. Dangdut hari ini adalah perayaan, tapi juga pengingat betapa pentingnya pilihan kata dalam sebuah budaya yang sedang mencari bentuknya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI