Mohon tunggu...
Windy Fitra Hardianti
Windy Fitra Hardianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Pendidikan Indonesia

20. she/sun. an ordinary one.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menerapkan Blended Learning, Kediaman Guru Ini Disulap Menjadi Tempat Belajar

2 Agustus 2021   02:22 Diperbarui: 2 Agustus 2021   05:49 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi Covid-19 ini berlangsung lebih lama dari yang sudah dikira-kira sebelumnya. Hal ini membuat aktivitas manusia dibatasi, termasuk kegiatan belajar di sekolah. Sebelumnya, pada Maret 2021 pemerintah sudah memutuskan untuk kembali membuka sekolah dan mempersilakan sekolah-sekolah untuk melakukan kegiatan belajar tatap muka, yang akan dimulai pada Juli 2021. Namun, lonjakan kasus Covid-19 pada Juni 2021 di Indonesia yang sangat parah membuat wacana ini kembali diurungkan. Batalnya wacana belajar tatap muka di tahun ajaran baru 2021/2022 ini membuat pihak sekolah harus memutar otak dan merancang kembali kegiatan belajar mengajar secara daring.

Begitu pun dengan SMA Negeri 1 Sagaranten, salah satu sekolah negeri yang ada di Kabupaten Sukabumi. Mau tak mau, sekolah ini juga harus mengikuti peraturan dari pemerintah, meski penyebaran Covid-19 daerah Kecamatan Sagaranten ini tidak separah daerah lain. Menyesuaikan situasi dan kondisi, SMA Negeri 1 Sagaranten menerapkan sistem blended learning alias belajar bauran. Kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring masih menjadi sistem belajar yang utama. Tetapi, pihak sekolah juga akan mengagendakan belajar tatap muka terbatas dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Salah satu guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Sagaranten, Susan Rojali, memiliki agenda blended learning tambahan, yaitu belajar tatap muka langsung di kediamannya. Di satu wawancara (23/7), Susan mengatakan bahwa agenda ini sudah beliau lakukan sejak pemberlakuan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) akibat Pandemi Covid-19.

"Ini sudah saya lakukan sejak pemerintah mengimbau sekolah untuk melaksanakan PJJ," ujarnya.

Susan memahami bahwa belajar secara daring ini memberatkan siswa. Hal ini karena kebanyakan siswa sulit memahami materi kalau tidak dijelaskan secara langsung, meski mereka mengikuti pertemuan belajar secara daring menggunakan media seperti Google Meet dan Zoom. Selain itu, tidak semua siswa memiliki perangkat memadai yang dapat menunjang mereka untuk mengikuti pembelajaran daring.

"Sebelum kegiatan belajar dimulai, di hari pertama sekolah saya selalu bertanya ke tiap siswa. Kendala yang selalu mereka keluhkan itu apa? Banyak yang menjawab kalau mereka susah mencerna materi, lalu mereka juga kesusahan untuk mencari sinyal. Bahkan, tidak sedikit siswa yang tidak punya ponsel. Itu yang bikin saya sedih." jelasnya, sambil menunjukkan form keluhan yang ditulis oleh beberapa siswa kelas 12 MIPA 3.

"Saya merasa bersalah karena tidak bisa mendampingi mereka secara langsung. Serasa makan gaji buta. Tidak enak rasanya."

Selain faktor kesiapan siswa, Susan juga memikirkan keluhan-keluhan dari orang tua dan wali siswa. Para orang tua dan wali siswa sering mempertanyakan kenapa tatap muka tidak jadi dilaksanakan.

"'Pak, kenapa sekolahnya tidak jadi tatap muka ya? 'Kan di Sagaranten kasus Covid-19 tuh jarang. Di kota yang banyak kasusnya, mal aja tetep dibuka,' Saya sering mendapat keluhan-keluhan seperti itu. Saya memberikan pengertian bahwa ada beberapa sebab kenapa sekolah ditutup, tapi mal tetap buka."

Karena faktor-faktor ini lah, Susan menjadikan rumahnya sebagai tempat belajar. Setiap satu bulan sekali, beliau mempersilakan beberapa siswa untuk datang ke kediamannya. Di sana, beliau akan mendampingi mereka belajar secara tatap muka, menjelaskan kembali materi yang telah diberikan sebelumnya secara daring, membuka sesi diskusi dan sharing mengenai keseharian siswa-siswanya, dan membiarkan mereka untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahkan, beliau mempersilakan mereka untuk menggunakan dapurnya untuk memasak untuk makan siang bersama-sama. Ini beliau lakukan selain untuk memenuhi agenda belajar tatap muka, juga bertujuan untuk mempererat pertemanan antarmurid. Karena, selama ini mereka hanya berinteraksi di ruang virual.

"Selain belajar, saya juga persilakan mereka untuk bermain. Selama ini mereka hanya berinteraksi di Whatsapp, hanya mengenal rupa dari foto Whatsapp. Mereka tidak saling mengenali kepribadian teman sekelasnya. Maka dari itu, saya agendakan untuk berkumpul di rumah saya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun