Mohon tunggu...
Shafa Varera
Shafa Varera Mohon Tunggu... Freelancer - Be better everytime

bercerita untuk berbagi dan bermanfaat. mom's of two child and a wife, blogger and listener

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pamongan

10 Oktober 2020   03:34 Diperbarui: 10 Oktober 2020   03:44 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source; Facebook mbak Siska

Ada sebuah tradisi unik di Jawa yang sampai sekarang masih sering dilakukan adalah Bancaan atau Pamongan. Biasanya, setelah bayi lahir, setiap selapan (sekitar 40 hari) saat hari pasaran lahirnya (hari dalam hitungan kalender Jawa) makan akan diadakan pamongan. 

Orang tua si bayi akan membuat nasi dengan urap sayuran, lauk telur dan ikan asin goreng yang biasanya ditambah tempe atau apa saja yang mereka mau. Yang penting urap sayuran dan ikan asin menjadi lauk utama.

Nasi bancaan biasanya ditaruh diatas nampan bulat dari anyaman bambu atau di Jawa biasa disebut tampah, kemudian dialasi daun pisang yang membuat nasi menjadi makin sedap saat hangat disajikan. 

Di Bawah daun pisang akan diselipkan uang koin yang nantinya akan diperebutkan anak-anak yang makan setelah semua nasi habis. Kalau nasi belum habis, tidak boleh berebut uang di bawah daun. 

Namun, ada beberapa orang yang tidak menaruh banyak di bawah daun karena takut ada yang tidak kebagian saat berebut. Beberapa orang memilih membagikannya sama rata setelah selesai makan. 

Biasanya yang dipanggil anak-anak di sekitar rumah saja. Sebelum dikeluarkan untuk dimakan bersama, Simbah menaruh tampah berisi nasi itu di atas kasur tempat tidur si anak yang punya hajat. Berdoa yang baik agar si anak tumbuh menjadi anak yang sehat, dihilangkan nakalnya, dihindarkan dari sakit dan gangguan yang tidak baik. 

Barulah setelah semua anak dipanggil untuk berkumpul, nasi bancaan dikeluarkan untuk dimakan bersama-sama secara melingkar. Syaratnya, makanan harus habis dimakan bersama, tidak boleh bersisa. Kalau bersisa, tidak boleh pergi dulu. Berebut ikan asin atau lauk menjadi moment yang paling menyenangkan.

Tak hanya anak-anak, ibu-ibu dan Mbah-mbah pun senang melihat anak-anak lahap makan bersama dan banyak yang ikut bergabung. Pamongan, sebutan lain dari bancaan yang berarti makan bersama-sama di wadah yang sama. 

Rasanya memang nikmat makan bersama. Si empunya hajat pun akan sangat bahagia kalau nasi bancaan habis dimakan. Berkah bagi mereka yang dianggap mereka mengamini doa yang mereka panjatkan dengan nasi bancaan itu.

Tak ada patokan sampao kapan anak-anak dibuatkan bancaan. Namun, semakin besar, semakin jarang dibuatkan nasi bancaan. Setelah umur setahun, biasanya hanya setahun sekali saat hari pasaran lahirnya saja dibuatkan nasi bancaan seperti ini. 

Kebersamaan dan kesederhanaan tergambar disini. Tak ada yang berbeda, semua sama makan dalam satu tempat yang sama. Mengamini harapan si empunya hajat. Suasana seperti ini sangat kurindukan setelah tinggal di Lombok. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun