Perkenalan saya dengan Jalur Nugraha Ekakurir atau yang sering disebut JNE belum begitu lama. Baru sekitar dua setengah tahun lalu, tepatnya pada Mei 2012. Saat itu, saya memulai usaha online untuk menambah penghasilan. Awalnya bingung, jasa pengiriman apa yang akan saya gunakan untuk mengirim pesanan para pelanggan, karena di Yogyakarta―kota tempat tinggal saya―ada banyak layanan pengiriman barang dengan harga bersaing. Namun karena agen JNE bertebaran di mana-mana, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan jasanya.
Berawal dari alasan lokasi agennya yang dekat, lama-lama jadi ketagihan. Dalam pelayanannya, yang  pernah saya gunakan ada tiga macam tarif, yaitu: YES (Yakin Esok Sampai), Reguler, dan OKE (Ongkos Kirim Ekonomis). Dari ketiga tarif tersebut, saya lebih sering menggunakan yang OKE, karena di samping tidak begitu memberatkan pelanggan saya, pelayanannya juga termasuk cepat sampai: dalam situasi normal, paling tidak 3 hingga 5 hari sudah sampai. Namun terkadang, saya juga menggunakan tarif Reguler, bahkan yang YES (sesuai permintaan pelanggan). Menggunakan tarif YES rasanya seperti sangat dispesialkan, dalam resinya diberi cap berupa jaminan barang pasti sampai dalam sehari, jika tidak sampai, garansi uang kembali. Dan, ketika barang sudah diantar ke alamat tujuan, pihak JNE mengirimkan laporan melalui SMS pada saya.
[caption id="attachment_354252" align="aligncenter" width="300" caption="awal perkenalan dengan JNE, resinya masih manual"][/caption]
[caption id="attachment_354253" align="aligncenter" width="300" caption="ada cap garansi dalam resi pengiriman YES"]
Selain ketiga macam tarif yang disebutkan di atas, saya juga pernah mencoba mengirimkan barang menggunakan layanan pengiriman melalui jalan darat (trucking). Pengiriman melalui darat ini tarifnya flat hingga 10 kilogram pertama. Ada banyak pelanggan yang berbelanja hingga berat barangnya 3 kilogram lebih,  dan untuk menghemat ongkos kirim, saya selalu menawarkan untuk menggunakan layanan tersebut. Sempat su'udzon kalau menggunakan layanan trucking pasti sampainya bakalan lama. Namun ternyata, saya salah besar, sodara-sodara! Barang tetap sampai seperti kalau menggunakan tarif OKE, asalkan masih dalam pulau Jawa.
[caption id="attachment_354254" align="aligncenter" width="300" caption="contoh resi pengiriman via trucking"]
Setelah berbagi pengalaman tentang jenis-jenis layanan yang pernah digunakan, saya akan beralih pada pengalaman dengan SDM-nya, yaitu para petugas di agen dan kurir. Jujur tanpa tedeng aling-aling (tidak ada yang ditutup-tutupi), begitu kalau kata orang Jawa, saya sangat puas dengan layanan petugas di agen yang notabene merupakan ujung tombak JNE. Mereka lah yang langsung menghadapi para pelanggan. Bagaimana cara mereka memperlakukan pelanggan, otomatis akan berdampak terhadap nama besar JNE itu sendiri. Alhamdulillah, selama dua tahu lebih menggunakan layanannya, saya belum pernah dikecewakan oleh para petugas di agen tempat saya biasa mengirim. Bahkan saya kenal baik dengan dua petugas yang bernama Mbak Fida dan Mbak Ana tersebut.
Saat website JNE sedang susah dibuka, sementara saya terburu-buru untuk cek ongkos kirim, maka saya menghubungi lewat SMS ke salah satu mbak di atas. Dengan kilat, saya pun segera mendapatkan informasi. Saking percayanya, saya juga sering meningglkan paket yang akan dikirim begitu saja. Saya melakukannya saat banyak antrian, sementara saya tak bisa menunggu. Biasanya, saya langsung meninggalkan paket di meja dan tentu saja dengan uangnya yang sudah saya kira-kira, "Mbak, paketnya saya tinggal, ya... kalo uangnya kurang, besok." Oh iya, saya biasa mengirim di JNE agen Jl. Nyai Ahmad Dahlan, Yogyakarta, siapa tahu pihak JNE ingin memberikan reward pada agen tersebut atas pelayanan baiknya. Hehehe.
[caption id="attachment_354257" align="aligncenter" width="300" caption="petugas JNE sedang serius menginput data pengiriman"]
Bersama JNE, saya tak hanya menggunakan layanannya untuk mengirim saja, tetapi juga menerima. Kalau perihal menerima paket, berarti hubungannya dengan para kurir. Sejauh ini, saya tak ada masalah yang membuat trauma atau kapok menggunakan layanan JNE. Saking seringnya menerima paket dari JNE, sampai-sampai para kurir yang mengantar tidak meminta untuk membubuhkan nama dan tanda tangan penerima, karena sudah hafal siapa-siapa saja nama anggota keluarga saya yang menerima paket.
Untuk jangkauan pengiriman, saya salut pada perusahaan yang didirikan oleh H. Soeprapto Suparno ini, karena menjangkau hingga ke pelosok negeri, meski kalau ke pelosok, tarifnya tergolong mahal. Saya memafhumi, karena memang di daerah tersebut belum ada kantor cabang JNE. Hampir seluruh provinsi di Indonesia pernah saya jangkau dengan mengirimkan barang melalui JNE, dari yang paling dekat yaitu dalam kota Yogyakarta hingga yang terjauh adalah daerah pelosok di NTT. Kalau tak keliru mengingat, saat itu tarifnya mencapai 84.000 per kilogram, tapi pelanggan saya bersedia menanggung ongkos kirim semahal itu karena memang membutuhkan apa yang saya jual. Kepuasan lain menggunakan JNE adalah mendapat 'toleransi' berat hingga 300 gram. Artinya, jika kita mengirim barang seberat 1,1 kilogram sampai 1,3 kilogram maka tarifnya masih dihitung 1 kilogram.