Bagi umat katolik, istilah dan substansi dari kata khatam tidak termasuk hal yang sangat diperhatikan dalam menjalani kehidupan beragama. Kondisi demikian mengakibatkan hal bahwa membaca Kitab Suci dirasa tidak terlalu penting. Sehingga jarang umat katolik membaca kitab suci sampai khatam. Syukur-syukur apabila pada Bulan Kitab Suci Nasional yang jatuh setiap Bulan September, masih sanggup mengikuti pertemuan/renungan, plus konsisten mengikuti Perayaan Ekaristi Hari Minggu. Dengan demikian setidaknya bacaan Kitab Suci bisa selalu didengar.
Mengawali sebuah homili, Romo Antonius Dwi Raharjo SCJ, salah seorang pastor Paroki St. Teresia Jambi, melempar pertanyaan, "Adakah di antara kita yang sudah katam?" Seluruh umat terdiam, tak satu pun menjawab.
Berangkat dari pertanyaan Romo Dwi tersebut, Joannes Sumardi tergugah untuk bisa khatam. Tidak hanya tuntas membaca, tetapi juga tuntas menyalin kembali seluruh Kitab Suci dengan jemarinya yang sudah mulai renta. Selain keinginan bisa khatam, pria kelahiran Boyolali 18 Mei 1942 itu mempunyai tujuan agar ada sesuatu yang bisa diwariskan kepada anak-anak. Bukan hanya warisan harta, melainkan sebuah karya sebagai ungkapan iman. "Bapaknya saja mampu menyalin seluruh Kitab Suci, masak anaknya tidak membaca," demikian ungkapnya.
Diawali dengan Injil Matius, penyalinan Kitab Suci dilaksanakan setiap hari. Rata-rata dalam sehari dijalaninya selama 2 sampai 3 jam. Ada kalanya sampai 10 jam sehari. Satu buku pertama memuat Injil Matius, Markus, Lukas, dan sebagian Yohanes. Dilanjutkan buku kedua dengan melanjutkan Injil Yohanes sampai dengan sebagian Surat Yakobus. Dan buku ketiga adalah lanjutan Surat Yakobus sampai dengan Kitab Wahyu. Maka terlaksanalah niat menyalin kembali seluruh Perjanjian Baru.
Masih pada buku ketiga, penulisan dilanjutkan dengan Kitab Kejadian. Kemudian dilanjutkan pada buku keempat. Namun ternyata 4 buah buku tidak cukup. Dibelilah lagi 8 buah buku tulis dengan ketebalan yang sama. Dan pada awal Oktober 2019, pada buku yang kedua belas, selesailah seluruh Kitab Perjanjian Lama disalin, termasuk Deuterokanonika.Â
Selama tiga tahun penyalinan itu berlangsung, menghabiskan 12 buah buku setebal kira-kira 3.000 Â halaman. Legalah hati bapak dengan 2 putra dan 3 putri itu, mampu menyalin kembali seluruh Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama dengan tulisan tangannya. Ada kepuasan hati tersendiri, karena dengan membaca dan menyalin kembali Kitab Suci itu ia bisa mendekatkan diri kepada Tuhan. Dan inilah salah satu bentuk pengabdiannya kepada Allah. Demikian ungkap pensiunan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi itu.
Joanes Sumardi memberi alasan mengapa penyalinan justru dimulai dengan Perjanjian Baru, bukan Perjanjian Lama. Menurut dia, seandainya tidak mampu menyelesaikan seluruh Alkitab mengingat usia dan kondisi badannya yang sudah renta, setidaknya sudah mampu menyelesaikan Perjanjian Baru.
Joanes Sumardi juga bercerita tentang siapakah yang akan mewarisi karya yang sangat istimewa itu. Tak lain adalah salah satu cucunya, anak pasangan Antonius Sumadi dengan Theresia Ari Sukarni yang bernama Faustina Inggrid Wiastiningtyas. Dari nama itu ternyata terkandung arti yang sangat sesuai dengan keinginannya; Wiastiningtyas artinya adalah Tuhan datang, Tuhan pasti datang. Demikian Joannes Sumardi memberi penjelasan tentang cucunya.
Demikianlah Joanes Sumardi mencapai khatam tidak hanya dalam membaca Kitab Suci, tetapi menyalin kembali seluruh Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dengan tulisan tangannya. Sampai sekarang, ia masih rajin dan konsisten membaca kembali tulisan tangannya itu, walau penglihatannya sudah tidak terlalu tajam. Dan karya yang istimewa itu tidak akan sia-sia. Seorang cucunya akan merawatnya. Semoga dari tangan cucunya itu pula akan dihasilkan karya yang lebih fenomenal daripada karya eyangnya.
Jambi, 01 Juni 2021