Mohon tunggu...
Setyani Alfinuha
Setyani Alfinuha Mohon Tunggu... -

Alumni ISHS 3 Kediri | Psikologi UIN Maliki Malang '13\r\n13410056

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Seks Pranikah, Siapa yang Salah?

1 Desember 2015   20:59 Diperbarui: 1 Desember 2015   21:24 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Perilaku sebagian remaja dan pemuda dilaporkan dari waktu ke waktu menunjukkan gejala yang sangat memperihatinkan, terutama setelah pengaruh globalisasi dan teknologi informasi Barat yang semakin mudah ditemui melalui berbagai media semisal televisi, film, majalah dan terutama internet. Dampak ini juga terjadi dalam kehidupan mahasiswa yang sebenarnya banyak mendapatkan tempaan di bidang kognitif sehingga diharapkan lebih dapat rasional dalam menampilkan perilaku tertentu. Pada mahasiswa, fase perkembangan diri yang berpadu dengan pola kehidupan di kota-kota besar memposisikan pada kondisi yang kritis. Dengan adanya pengaruh dari media yang membawa budaya Barat yang dicitrakan sebagai permisif, liberal, materialistik, dan hedonis mahasiswa mendapatkan banyak referensi tentang pergaulan dengan lawan jenis yang lebih bebas.

Kasus penyimpangan-penyimpangan seksual yang terjadi selalu akan menjadi trending topic di berbagai pemberitaan. Terlebih perbincangan tentang perilaku seks pranikah akan sangat menarik diberitakan, baik itu di negara Barat yang sudah marak dengan seks bebas atau free sex maupun di negara bagian Timur, tak terkecuali di dalam negeri. Beberapa waktu lalu, warga Malang, Jawa Timur, digegerkan dengan pemberitaan tentang perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh sepasang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Malang. Perilaku seksual yang dilakukan oleh sepasang kekasih ini terbongkar ketika si perempuan membantu pacarnya untuk memperkosa temannya sendiri karena ia berhutang keperawaan terhadap pacarnya tersebut. Si perempuan ketahuan sudah tidak perawan ketika berhubungan seks dengan pacarnya. Hal ini membuat pacarnya geram dan meminta si perempuan untuk menyerahkan keperawaan temannya. Atas nama cinta dan takut kehilangan sang pacar, perempuan itu pun bersedia menculik temannya dan menyuguhkan keperawanan temannya pada kekasihnya (http://www.merdeka.com/peristiwa/kasusu-utang-perawan-unibraw-skorsing-gama-mulya-dan-as-dua-semester.html diakses tanggal 17/11/2015).

Tidak lama kemudian, berita tentang seks pranikah yang dilakukan oleh mahasiswa kembali menghebohkan warga Malang. Kali ini, seorang laki-laki menyebarkan foto-foto bugil kekasihnya di media sosial facebook. Ia mengaku menyebarkan foto bugil kekasihnya lantaran dibakar api cemburu setelah melihat kekasihnya, yang masih mahasiswa, itu dibonceng oleh laki-laki lain. Emosi cemburu ini menyebabkan ia kalap dan berpikir pendek untuk menyebarkan foto kekasihnya tersebut. Tindakan laki-laki ini mengantarkannya pada balik jeruji penjara karena kakasihnya tidak terima dan melaporkannya atas ke pihak yang berwajib (http://radarmalang.co.id/cemburu-mahasiswa-sebar-foto-bugil-pacar-18214.htm diakses tanggal 17/11/2015).

Soetjiningsih (2008) menjelaskan bahwa perilaku seksual pranikah merupakan segala tingkah laku seksual yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenisnya, yang dilakukan oleh sepasang kekasih dalam keadaan belum menikah. Bentuk-bentuk perulaku ini umumnya bertahap dumulai dari tingkat yang kurang intim sampai dengan hubungan seksual. Secara umum, tahap-tahap perilaku seksual tersebut sebagai berikut: mulai dari perpegangan tangan, kemudian memeluk, lalu melakukan ciuman, dilanjutkan dengan meraba bagian sensitif pasangan, lalu melakukan petting (saling menempelkan alat kelamin), sampai berhubungan seksual.

Sebagian besar alasan laki-laki melakukan hubungan seksual merupakan bukti rasa cinta, selain itu juga karena keinginan untuk mencoba. Sedangkan pada perempuan adalah karena terangsang oleh pasangannya dan juga ingin mencoba. Lalu dengan adanya alasan-alasan tersebut, mereka cenderung memilih tempat yang dianggap aman untuk mereka berhubungan seksual tanpa diketahui oleh orang lain. Hubungan seksual sebagian besar dilakukan pada saat berkencan. Secara umum, persoalan seksualitas disebabkan oleh rasa keingintahuan seseorang yang membutuhkan sarana penyaluran. Namun dikarenakan sarana penyaluran yang kurang tepat maka terjadilah perilaku seksual pranikah. Dimana akses informasi yang kurang tepat ataupun disalahgunakan oleh mereka menjadi penyebab timbulnya perilaku seks pranikah tesebut.

Kurangnya kontrol diri para pelaku seks pranikah menjadi salah satu alasan mengapa mereka sampai bisa terjerumus pada permasalahan ini. Selain itu, pemahaman terhadap nilai-nilai keagamaan yang rendah juga turut menyumbang peningkatan perilaku seks pranikah. Kontrol diri yang rendah dan penghayatan terhadap nilai keagamaan yang kurang akan berdampak pada kurang terkendalinya rem-rem psikis dan melemahnya sistem pengontrol diri sehingga sangat rentan untuk terjerumus pada dunia seks bebas.

Namun, jika kita mau mencermati lebih lanjut, sebenarnya tidak hanya pelaku seks bebas yang patut disalahkan. Karena ketika berbicara soal seksualitas memang tidak terlepas dari aspek budaya yang berkembang di masyarakat. Dewasa ini, peran nilai-nilai luhur bangsa Indonesia semkain terpinggirkan sehingga menyebabkan seseorang lebih permisif terhadap perilaku seksual pranikah. Perilaku permisif ini merupakan salah satu dampak dari globalisasi dan modernisasi. Secara harfiah, permisif bersifat terbuka atau longgar atau serba boleh seperti masyarakat kita sekarang yang sudah lebih terbuka (menerima, membolehkan, mengizinkan), terhadap hal-hal yang dahulu dianggap tabu.

Sama halnya dalam perilaku seks pranikah, dewasa ini masyarakat sering kali bersikap permisif. Salah satu budaya permisif misalnya di masyarakat kita, khususnya di lingkungan kampus, dulu berjalan bersama antara wanita dan pria merupakan hal yang terlarang, sekarang ini sepertinya masyarakat mulai acuh dengan hal tersebut dan menganggapnya sebagai hal yang wajar. Di lingkugan perkuliahan, sering kita jumpai laki-laki dan perempuan bukan mukhrim yang berboncengan bahkan saling menyentuh namun lingkungan sekitar seolah mengizinkan hal tersebut.

Bukan hal asing lagi seorang laki-laki atau perempuan mendatangi kost atau kontrakan kekasihnya di malam hari. Hal yang lebih memperihatinkan adalah teman sesama mahasiswa atau lingkungan sekitar seolah tidak mau tahu dan tidak berinisiatif untuk memberikan teguran terhadap perilaku tersebut. Perilaku ini merupakan salah satu contoh perilaku permisif yang ada di lingkungan mahasiswa. Maka tidak heran jika akhir-akhir ini banyak berita tidak sedap seputar seks pranikah yang dilakukan oleh segelintir orang yang menyandang gelar mahasiswa. Maka dari itu, sebenarnya adanya penyimpangan seksual seperti perilaku pranikah ini merupakan tanggung jawab kita bersama.

Jika ditinjau dari segi agama, orang yang melakukan tindakan permisif atau serba membolehkan sebenarnya kurang tepat. Memudarnya penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, timbulnya perilaku-perilaku negatif, terkikisnya semangat pruralisme, semakin tipisnya antara kebaikan dan keburukan, serta hilangnya identitas dan jati diri seseorang merupakan beberapa kemungkinan yang dapat terjadi setiap saat akibat budaya permisif. Perilaku permisif terhadap seks pranikah sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam. Agama Islam mengajarkan kita untuk memberantas keburukan, salah satunya dengan cara mengingatkan. Dengan kita berperilaku permisif atau membolehkan perilaku seksual pranikah, maka sejatinya kita tidak menjalankan perintah agama Islam dengan benar.

Perilaku permisif terhadap seks pranikah yang terjadi di kalangan mahasiswa ini sebenarnya mengingatkan kita agar ikut merasa bertanggung jawab atas terjadinya perilaku seks pranikah. Karena apabila kita ingin mencegah perilaku seks pranikah tersebut, hendaknya kita tidak bersikap permisif dan mau membuka mata serta ikut memberi teguran maupun hal lain yang dapat mencegah terjadinya perilaku seks pranikah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membentengi diri dengan pemahaman nilai keagamaan yang kuat serta kepedulian sosial untuk mengingatkan sesama individu agar terhindar dari perilaku seks pranikah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun