Mohon tunggu...
setyagi agus murwono
setyagi agus murwono Mohon Tunggu... Wiraswasta - maju bersama

laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ken Arok Pembuat Sejarah

21 Juni 2021   04:49 Diperbarui: 21 Juni 2021   06:44 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

KEN AROK PEMBUAT SEJARAH

Halaman 19

"Itu nama kakek, paman?," tanya Mahesa Wong Ateleng pada Mpu Purwa. "Ya benar itu nama kakekmu," jawab Mpu Purwa. Patra dan Ranu sempat termangu-mangu mendengar penuturan Mahesa Wong Ateleng. "Paman, aku juga ingin bertemu dengan kakek, aku belum pernah bertemu kakek," minta Mahesa Wong Ateleng. "Nanti adi, kita selesaikan dulu masalah paman patra dan Paman Ranu," kata Anusapati. "Ya, kita selesaikan masalah paman berdua," jawab Mahesa Wong Ateleng.

Jadi saya sekarang berhadapan dengan cucu Mpu Purwanatha dari panawijen. "Ya benar," jawab Mahesa Wong Ateleng. Dan paman bukan saja bertemu dengan cucu Mpu Purwanatha tapi paman juga sudah bertemu dengan putra Mpu Purwanatha. Pamanku ini putra Mpu Purwanatha.

Kalau begitu sudah jalan yang diberikan oleh Hyang Widhi, kami bisa bertemu dengan tuan-tuan semua. "Kisanak berdua," kata Mpu Purwa. Kalau kalian akan menemui Mpu Purwanatha di panawijen, kalian tidak akan menemukannya. Karena Mpu Purwanatha sekarang sedang tidak ada di panawijen.

Kalau demikian cerita kisanak, marilah kita ke Junwatu menemui senopati Tumapel di perbatasan Tumapel dan Kediri ini, ajak Mpu Purwa. Kemudian mereka berlima meneruskan perjalanan menuju ke Junwatu. Wilayah perbatasan dan Junwatu tidak terlalu jauh, kalau sekarang matahari baru naik, mudah-mudah sedikit malam kita sudah sampai ke Junwatu.

Maka berangkatlah rombongan kecil itu menuju ke Junwatu. Tapi ditengah jalan mereka terpaksa harus berhenti. Berhenti!!!, kalian pasti orang-orang Kediri yang mau mengungsi ke Tumapel, kata pemimpin yang menghentikan rombongan Mpu Purwa itu. Kisanak, kenapa kalian menghentikan perjalanan kami?, kata Mpu Purwa dengan sarehnya. Kalian pasti membawa harta benda yang banyak, kata pemimpin itu. Serahkan harta kalian dan kalian boleh menerusksn perjalanan kalian.

"Kami tidak membawa apa-apa kisanak," jawab Mpu Purwa. Kami hanya membawa pakaian dibadan kami ini dan sedikit bekal. Karena kami memang pengembara yang ingin melihat indahnya bumi Hyang Widhi, kata Mpu Purwa. Kalian bohong, sudah banyak pengungsi yang lewat sini dan kami rampok, kata pemimpin perampok itu.

"Jadi kalian telah merampok para pengungsi dari Kediri yang mau mencari perlindungan ke Tumapel," tanya Anusapati. Ya, mereka semuanya pergi ke Tumapel pasti membawa harta bendanya dan kami menginginkan harta itu, jawab pemimpin perampok itu dengan tegas.

"Kalau mereka melawan kalian, apa yang kalian lakukan terhadap pengungsi itu," tanya Mahesa Wong Ateleng yang mulai gusar juga pada para perampok itu. Lihat itu pekuburan disebelah pohon yang besar, mereka kami bunuh dan teman-temannya yang mengubur disitu, jawab pemimpin perampok itu.

"Kalian benar-benar biadab, tak ada welas asih terhadap sesama. Orang mengungsi dalam keadaan kesusahan, justru kalian rampok," kata Anusapati. Ha..ha...tertawalah para perampok itu, tak ada yang berani dan dapat mengalahkakan gerompolan kami, anak muda. Semua yang melawan pasti dapat kami binasakan. Termasuk kalian kalau melawan gerombolan celeng alas, maka kalian akan mengalami nasip yang sama dengan orang di pekuburan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun