Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Benarkah Siklus Work-Life Crisis Terjadi Setiap 3-5 Tahun Sekali Selama Bekerja?

31 Mei 2021   09:00 Diperbarui: 31 Mei 2021   17:57 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karyawan yang sedang mumet bekerja. Grinvalds/Thinkstock

Sebagaimana menjalani hidup, ruang lingkup pekerjaan tidak selamanya menyenangkan. Bahkan, nggak jarang membikin kestabilan emosi pasang-surut nggak menentu.

Giliran kerjaan aman dan lancar, komunikasi antar karyawan atau dengan atasan yang bermasalah. Pun sebaliknya, belum lagi tuntutan pekerjaan yang semakin menggila dari waktu ke waktu.

Bahkan, kalimat mutiara seperti, "Semua ada waktunya, jadi jalani saja" seakan sudah tidak mempan bagi sebagian karyawan.

Pertanyaannya, apakah masalah di ruang lingkup pekerjaan bisa diprediksi atau diperkirakan datangnya, sehingga para karyawan atau pekerja di luar sana bisa mengantisipasi---agar kesehatan mental tetap terjaga---sekaligus meminimalisir rasa mumet dan/atau kalut?

Menurut saya, berdasarkan pengalaman dan curhatan dari beberapa karyawan, termasuk rekan sesama HRD yang rata-rata dari kami sudah bekerja selama 7-10 tahun bisa diprediksi dan diantisipasi.

Namun, di sisi yang berseberangan, tingkat keberhasilan dari dua hal tersebut tidak sepenuhnya akan mutlak sukses 100%, banyak faktor yang bisa dijadikan acuan. Beberapa di antaranya lingkungan kerja, komunikasi dengan sesama rekan kerja dan atasan dan di waktu yang sama, tentu saja kondisi dari karyawan itu sendiri, semuanya saling berkaitan satu sama lain.

Dari diskusi tersebut juga, saya dan beberapa rekan satu suara terkait siklus work-life crisis yang kerap kali terjadi pada sebagian karyawan.

Tidak mutlak, tapi paling tidak bisa dijadikan sebagai pertimbangan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi beberapa persoalan yang biasa terjadi pada siklus work-life crisis di kantor, mulai dari rasa bosan-jenuh-mumet-penat, burnout, pengin segera resign, dan sebangsanya.

Dari obrolan yang sudah dilakukan, kami sepakat bahwa siklus work-life crisis rata-rata berlangsung pada saat karyawan sudah bekerja 3-5 tahun, bisa di satu perusahaan yang sama atau berbeda.

Hal tersebut bukan tanpa alasan, kami juga coba melakukan brainstorming sekaligus mengingat kembali, tahap adaptasi juga rata-rata durasi yang dijalani oleh para karyawan di posisi yang mereka tempati.

Siapa yang mau memungkiri bahwa tahun pertama---baik bagi seorang fresh graduate maupun yang sudah berpengalaman---adalah masa di mana para karyawan beradaptasi di suatu perusahaan. Terhadap lingkungan kerja, bersosialisasi dengan semua rekan kerja, juga segala deskripsi pekerjaan yang diberikan. Belum lagi tuntutan problem solving dari segala masalah personal dan profesional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun