Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Stereotip Orang Disiplin, Seringkali Dianggap Kaku dan Ribet

9 Juni 2020   16:45 Diperbarui: 9 Juni 2020   17:03 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tertib dan disiplin saat antre: Savvy Tokyo via health.grid.id

Sebagai orang yang mengutamakan kedisiplinan dan cukup yakin dengan kemampuan manajemen waktu cukup baik, saya sering kali dianggap kaku oleh banyak teman saya. Hal tersebut bikin saya bingung dan bertanya-tanya, memang, apa salahnya jadi seseorang yang memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik?

Misalnya saja, ketika janjian atau ada suatu acara, saya paling risih kalau kebanyakan pesertanya ngaret. Bagi saya, selain nggak menghargai waktu, diri sendiri, juga nggak menghargai orang lain yang sudah hadir lebih dulu di suatu acara. Apalagi, kalau sampai panitia atau si penggagas acara juga datang telat, dan ketika mempersiapkan ini-itu ikutan telat dengan alasan, "Waktu dijadwalin lebih awal buat ngantisipasi yang lain datang telat. Jadi, biar bisa datang lebih awal aja gitu".

Nah, ini yang menjadi kebiasaan buruk sebagian orang Indonesia. Masih sering menunggu yang telat dan kurang menghargai yang datang tepat waktu atau lebih awal. Dan lagi, memang nggak bisa gitu jadwalin sesuai dengan waktunya aja? Biar nggak terkesan PHP. Kesian orang yang sudah datang tepat waktu. Mangkanya, saya sering kali jadi orang pertama yang ngedumel kalau ada kejadian serupa. Karena hal itu juga, saya dibilang orang yang ribet dan nggak fleksibel.

Hadeeeh. Memang aneh pemikiran orang sekarang. Suka betul mempertahankan kebiasaan ngaret, seakan bagian dari budaya Indonesia. Orang yang sukanya ngaret ini sadar nggak, sih, sering banget bikin orang di sekitarnya mangkel?

Sebagai orang yang selalu on time, bahkan datang ke suatu acara sebelum waktunya dimulai, saya juga selalu menghindari mempercepat waktu pada gadget, baik waktu pada hape pun jam tangan. Bukannya apa, hal itu termasuk sia-sia dan nggak ada gunanya, apalagi malah bikin kita leha-leha dan menyia-nyiakan waktu yang ada.

Sini biar saya jelasin. Banyak, lho, orang yang mempercepat waktu pada hape atau jam tangannya mikir, "Oh, ini jamnya kecepetan 15 menit, kok. Lumayan masih ada waktu buat leha-leha". Atau "Ah, masih ada waktu 20 menit, nanti lagi aja, ah. Santai". Lha gimana, niat awal mempercepat waktu biar bisa estimasi dan semakin concern dengan waktu, malah bikin kita makin nggak menghargai waktu. Hayo, ngaku, siapa yang kelakuannya kayak gini?

Maksud saya, justru dengan disiplin dan manajemen waktu yang baik, kita bisa jadi seseorang yang fleksibel dan bisa memperkirakan segala sesuatunya dengan baik, juga terbiasa mengantisipasi jika ada hal yang kurang diinginkan terjadi.

Misalnya, ketika berangkat ke kampus lebih awal, lalu dijalan macet, atau kendaraan mogok, masih ada waktu untuk handle itu semua dan memperkirakan ulang kapan waktu tiba di kampus atau tempat tujuan. Nggak pake panik, nggak ribet bahkan. Jika dibandingkan dengan mereka yang sukanya ngaret, akan lebih panik siapa coba? Udahlah telat, di jalan ada kendala yang belum diantisipasi, apa nggak bikin mangkel?

Ini bukan soal ngatur-ngatur orang lain untuk jadi orang yang disiplin dan ujug-ujug jadi punya manajemen waktu yang mumpuni. Tapi, percaya deh sama saya. Soal disiplin dan manajemen waktu yang baik, itu akan berguna dalam hal apa pun. Di dunia kerja secara kantoran, membangun relasi dengan orang lain, termasuk dalam berwirausaha. Dan paling penting, kemampuan manajemen waktu itu termasuk dalam kemampuan softskill yang dibutuhkan dalam segala bidang.

Waktu itu termasuk manifestasi dalam membangun relasi. Jadi, saya pikir, jika ada stigma orang yang disiplin dianggap kaku dan ribet, harusnya direvisi lagi. Dengan disiplin, artinya kita menghargai diri sendiri serta waktu dan keberadaan orang lain. Jangan salah, orang lain juga punya urusan, lho. Itu kenapa, nggak heran banyak orang yang justru ngerasa risih sama orang yang ngaret.

Bagi saya, disiplin itu bagian dari komitmen. Memiliki konsekuensi, termasuk ketika seseorang memilih untuk tidak disiplin. Nggak ada yang salah untuk menjadi seseorang yang disiplin dan memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik. Rasanya, nggak fair aja gitu, ketika pada waktu yang bersamaan kita mencoba untuk menghargai diri sendiri sekaligus orang lain melalui hal yang baik, eh, malah dibilang kaku dan ribet. Parahnya, nggak ngaca gimana kelakuan diri sendiri sewaktu ngaret dan bikin mangkel banyak orang. Hih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun