Dugaan sementara saya beserta istri waktu itu, mungkin alergi atau tidak cocok dengan makanan tertentu. Namun, lain dengan tetangga saya yang dengan sigap berkata, "oh, anaknya mau bisa jalan itu".
Pikir saya sih, jika memang membuat diagnosa bisa semudah itu, untuk apa ada ilmu kedokteran. Maksud saya, jika memang setelah sakit ada sesuatu yang bisa dilakukan oleh anak dan baik bagi perkembangannya, tentu saya bersyukur. Namun, jika menasbihkan semua anak yang sakit pasti akan bisa sesuatu, rasanya kurang pas.
Karena saya pikir Ibu tahu akan hal seperti ini, saya memutuskan untuk segera bertanya pada Ibu, apakah benar jika anak sakit tandanya akan bisa sesuatu. Ibu menjelaskan bahwa, itu hanya bagian dari kepercayaan orang dulu.
Tak jarang beberapa orang zaman dulu menyampaikan hal seperti itu sewaktu anaknya sakit agar dapat sugesti positif yang harapannya anak dapat segera sembuh dan bisa belajar banyak hal setelahnya.
Jika memang pesan moral yang ingin disampaikan demikian baik---tanpa maksud percaya 100 persen---tidak ada salahnya saya mengadopsi hal tersebut. Paling tidak, hal itu mengajarkan kepada saya sebagai orangtua "baru" untuk lebih dapat bersabar dan tidak mudah panik ketika buah hati sakit. Tidak ada pula paksaan dari Ibu bagi saya untuk percaya akan hal tersebut.
Seiring berkembangnya zaman, kepercayaan yang menyebutkan anak yang sakit akan bisa melakukan sesuatu perlahan menghilang. Hampir tidak pernah saya mendengar kembali ada seseorang yang menyampaikan hal tersebut.
Mungkin karena mulai menyadari, jika mau bisa melakukan sesuatu anak-anak tidak perlu terlebih dahulu merasakan sakit. Cukup diberi arahan, diminta untuk belajar, dengan harapan nantinya akan bisa dengan sendirinya---cepat atau lambat.